Selasa, 13 Agustus 2013

Hantu Jatuh Cinta

Hantu Jatuh Cinta

Penulis idea dan skenario : Nuraeni Erina Aswari


Aku Menyesal Melupakan Bisma Karisma

Aku Menyesal Melupakan Bisma Karisma

Penulis idea dan skenario : Nuraeni Erina Aswari


Pada suatu hari ada seorang perempuan bernama Alya Nuria Savana, atau biasa dipanggil Alya, Alya ini suka banget sama Bisma Karisma, dan membuatnya menjadi sangat benci untuk menjalin pacaran. Di sekolahnya dia mempunyai dua sahabat yang selalu menemaninya, yaitu Dinda dan Rena.
“Si Rena kenapa sih Din? Dari tadi ngelamun aja. Heh Rena?” Kata Alya
“Hey Rena?” Kata Dinda
“Kenapa sih?” Tanya Rena yang merasa terganggu
“Eh lho tuh yang kenapa? Dari tadi senyam-senyum sendiri” Kata Alya
“Iya kayak orang gila tahu gak?” Kata Dinda menambahkan
“Sirik aja sih kalian berdua. Tadi pagi gue tuh ketemu sama cowo ganteng, terus dia ngeliatin gue terus dan dia itu ngasih senyuman manis sama gue, a…” Kata Rena dengan percaya dirinya
“Meskipun tatapan matanya enggak sengaja buat ngeliat lho?” Tanya Dinda
“Apaan sih? gue yakin dia sangaja kok” Jawab Rena
“Gantengan mana sama pangeran gue?” Tanya Alya
“Pangeran? Sejak kapan lho punya pangeran? Pangeran cinta? kalau menurut gue sih enggak mungkin deh kayaknya. Lho kan perempuan anti cinta jadi kayaknya enggak mungkin pangeran cinta”Kata Rena
“Ren… lho kayak yang enggak tahu aja siapa pangeran cintanya si Alya. Siapa lagi kalau bukan pengeran BISMA KARISMA” Jelas Dinda
“Ahahaha… ngefans-ngefans aja kali Al, jangan sampai ngarep jadi pacarnya, mending kayak gue satu bulan udah dua cowo gue taklukin” Kata Rena
“Iya lho tuh, om-om aja mau” Kata Alya
“Enak aja lho, amit-amit deh” Kata Rena
“Menurut gue sih cinta itu enggak ada, dan cowo setia itu enggak ada tuh” Jelas Alya
“Kata siapa lho Al? jangan salah ngomong! Kalau udah terpanah oleh cinta. ahh… udah deh lho kelepek-kelepek” Bantah Dinda
“Gue itu masih nunggu Bisma, enggaklah gue pasti ngejaga bibir, mata , dan telinga gue juga, gue itu enggak punya cinta sama Bisma, tapi gue cuma punya sayang” Jelas Alya lagi
“Ahahaha… sekarang lho bilang kayak gitu, besok-besok lho enggak akan bisa deh” Kata Dinda
“Betul tuh, awas jangan sampai kemakan omongan lho sendiri!” Kata Rena
“Cinta itu ngebuat kita buta Al. bukan cinta yang buta. Tapi kita yang bakal dibutain sama cinta. Al… kalau sama Bisma jangan ngarep deh lho. Cape-cape enggak ada gunanya. Percuma! Dia itu artist” Kata Dinda
“Stop…stop…stop… ALYA NURIA SAVANA perempuan anti cinta” Kata Alya
“Gimana lho aja deh, dibilangin enggak percaya” Kata Dinda
“Denger ya! cinta itu cuma perasaan yang enggak beda jauh sama perasaan benci, sayang, takut, suka dan sebagainyalah. Cinta itu cuma kalimat yang dibuat lebay oleh bangsa pribumi, buktinya perjodohan atau pernikahan tanpa didasari dengan cinta langgeng-langgeng aja tuh” Jelas Alya
“Baiklah professor Alya Nuria Savana” Kata Rena
Dan pada saat pulang sekolah.
“Eh main ke rumah gue yuk? Rumah gue sepi nih” Ajak Alya kepada Rena dan Dinda
“Gimana ya Al?” Kata Rena ragu
“Udah tenang aja di rumah gue banyak cemilan kok” Kata Alya
“Beneran Al?” Tanya Dinda
“Yeh… mas gue bohong, ayo mau enggak?” Kata Alya
“Iya deh, yuk Ren!” Kata Dinda
Dan setelah mereka sampai di rumah Alya.
“Rumah lho sepi banget Al” Kata Dinda
“Dibilangin, makanya gue ajak kalian berdua ke rumah gue” Kata Alya
“Kemana orangtua lho?” Tanya Dinda
“Ke rumah nenek gue” Jawab Alya
“Lho kok enggak ikut?” Tanya Rena
“Gue kan sekolah. Ayo masuk, langsung ke kamar gue ya!” Jawab Alya
Kemudian Alya membawa Dinda dan Rena ke kamarnya.
“YaAllah Al… ini kamar lho atau kamarnya Bisma sih?” Tanya Rena
“Kamar gue lah” Jawab Alya
“Gila, lho semuanya tembok rame banget, dominan foto Bisma lagi” Kata Dinda
“Orangtua lho enggak ngomong apa-apa?” Tanya Rena
“Mamah gue itu baik banget, ya memang sih bapak gue suka ngomong. Silahkan aja liat-liat kamar gue! Gue mau ambil air buat minum kalian. Kalian mau minum apa? Tunggu ya!” Kata Alya
“Iya, terserah lho aja deh, asal jangan air comberan” Kata Rena
“Memang bener-bener gila si Alya. Pantesan aja dia selalu rindu sama Bisma, orang di kamarnya foto Bisma semua” Kata Dinda
“Tapi kenapa dia enggak pernah mau ketemu sama Bisma ya?” Tanya Rena
Tiba-tiba Alya datang membawa air minum dan juga cemilan untuk Dinda dan Rena.
“Gue itu bukannya enggak mau, tapi gue itu malu” Jelas Alya
“Malu? Kenapa harus malu?” Tanya Dinda
“Ya bayangin aja dong kalau ketemu dia pastikan dia itu banyak fansnya bukan cuma gue, masa gue harus ekstreem dan cari perhatian di depan dia?” Kata Alya
“Malu tapi maukan lho? Secara kan Bisa itu orang ka… terkenal gitu” Tanya Rena
“Tadi lho mau bilang apa hah?” Tanya Alya
“Enggak Al… ampun Al” Kata Rena bercanda
Dan teman-teman Alya pun segera pulang, karena sudah sore.
“Al… gue pulang dulu ya?” Kata Dinda
“Iya… gue juga. Bye-bye Alya” Kata Rena
“Hati-hati ya Din, Ren!” Kata Alya
“Oke Sip” Kata Dinda dan Rena
Dan satu tahun kemudian… Alya masih menunggu Bisma. Pada suatu hari di sekolah.
“Ahahaha sampai kapan Al?” Tanya Dinda
“Alya wanita si penghayal” Jelas Rena
“Apaan sih kalian?” Tanya alya
“Lho masih nunggu lebaran monyet?” Tanya Dinda
“Atau nunggu bulan jadi dua?” Tanya Rena
“Ya paling kalau gue punya pacar atau sampai Bisma nikah, Bisma selalu ada di hati gue” Jelas Alya
“Hah? Coba ulangi lagi!” Kata Dinda
“Lho enggak sakit kan Al?” Tanya Rena
“Sejak kapan lho ngomongin pacar?” Tanya Dinda
“20 detik yang lalu” Jawab Alya sambil mengambil minum
“Ahahahahahahahaha” Dinda dan Rena tertawa terbahak-bahak
“Kok kalian pada ngetawain gue sih?” Tanya Alya
“Gak salah ngomong? Kayaknya Alya Nuria Savana mulai cape nih nungguin pulang pangerannya” Kata Rena
“Apa gue bilang satu tahun yang lalu? Kayaknya Alya udah punya gebetan nih. Siapa tuh?” Kata Dinda
“Gebetan apa sih? Sumpah gue enggak punya” Jawab Alya
“Akhirnya satu tahun penantian panjang, kamu udah kecapean juga” Kata Dinda
“Jangan ngarep gue bakal ngelupain Bisma ya!” Kata Alya
“Kayak lagu setia band aja jangan ngarep” Kata Dinda
“Kalau udah punya pacar, lho pasti lupa sama Bisma, seriusan, beneran, percaya deh sama gue!” Jelas Rena
Dan pada saat Alya pulang sekolah, Alya pulang sendirian dan berjalan kaki, Alya melihat seorang pencuri yang akan mengambil dompet seorang laki-laki yang sedang memperbaiki mobilnya.
“Hey… lho mau nyuri ya?” Kata Alya sambil ngejar malingnya
Dan pencuri itu langsung lari begitu saja.
“Makasih ya?” Kata Andi
“Sama-sama” Jawab Alya jutek
“Kalau enggak ada kamu aku pasti udah kecopetan” Jelas Andi
“Enggak. Biasa aja” Jawab Alya
Dan pada saat Alya akan pergi, Andi menarik tangan Alya dan membuat Alya marah.
“Hey” Kata Andi
“Jangan sentuh gue. Don’t disturb me!” Kata Alya
“Nama aku Andi” Kata Andi
“Alya, diusahakan jangan pernah memegang wanita yang bukan mukhrim!” Kata dengan kejuteknya
“Ma’af. Enggak sengaja” Kata Andi
Kemudian Andi mengajak Alya ke tempat makan.
“Kalau aku boleh tahu, kamu sekolah kelas berapa?” Tanya Andi
“Kelas 2 SMA, kamu sendiri?” Tanya Alya
“Aku udah kerja dan usia aku udah 23 tahun” Jelas Andi
“Hah? 23 tahun kok udah kerja sih?” Tanya Alya kaget
“Kenapa kaget? Enggak ada salahnya kan kalau kita temenan?” Kata Andi
“Enggak ada yang salah sih. Tapi aku jadi bingung manggil kamu apa? Enggak mungkin aku bilang kamu, enggak sopan. Kamukan lebih tua dari aku” Kata Alya
“Terserah apa aja. Kamu mau manggil aku dengan sebutan apa” Jelas Andi
“Kamu kerja apa?” Tanya Alya
“Aku bekerja sebagai masinis” Jawab Andi
“Wow… hebat banget ya? orangtua kamu pasti bangga punya anak seperti kamu” Kata Alya
“Iya, tapi sayang orangtua aku udah meninggal” Kata Andi
“Ohh… Ma’af! Pastikan mereka seneng di sana liat kau sesukses ini” Jelas Alya
“Ya mudah-mudahan. Makanya aku pesan sama kamu kejar cita-cita kamu dan sayangilah kedua orangtua kamu! Aku yakin kamu pasti bisa” Kata Andi
“Kamu tinggal sama siapa sekarang?” Tanya Alya
“Aku tinggal sama adik angkatku. Ya walaupun dia bukan adik kandung tapi aku snagat menyayangi dia. Kasihan dia masih kecil 8tahunanlah udah jadi pengemis, dan aku angkat aja dia jadi adik aku sendiri, daripada aku tinggal sendiri” Jelas Andi
“Kamu hebat loh, salut deh sama kamu” Kata Alya
“Itu karena dia anak yatim piatu sama kayak aku” Jelas Andi
“Tapi kamu mempunyai hati yang tulus” Kata Alya yang hatinya mulai luluh kepada Andi
“Aku boleh minta no. handphone kamu?” Tanya Andi
“E… boleh kok” Jawab Alya
Dan setelah mereka makan di restoran.
“Kamu mau aku anterin pulang?” Tanya Andi
“Ohh… enggak usah, nanti bisa-bisa kamu dimarahin” Kata Alya
“Dimarahin sama siapa?” Tanya Andi
“Sama bapak aku, bapak aku itu galak. Pacaran aja aku enggak boleh” Jelas Alya
“Mungkin itu karena bapak kamu sayang sama kamu” Kata Andi
“Aku juga enggak tahu. Akukan masih nunggu Bisma” Kata Alya
“Bisma? Pacar kamu?” Tanya Andi
“Bukanlah. Pacar khayalan iya. Yaudah aku pulang dulu ya” Kata Alya
“Iya… hati-hati ya! nanti aku sms kamu. Gadis itu baik sekali dan sangat polos tapi sayang sekali saking baik dan polosnya membuat dia menjadi korbanku selanjutnya” Kata Andi
Dan pada saat malam harinya. Alya menerima sms dari Andi yang tertulis “Hay”
“Ini siapa ya? Apa jangan-jangan Andi. Iya ini pasti andi. Hay juga” Kata Alya dengan bahagia dan membalas sms Andi
Tiba-tiba ada telpon dari Dinda.
“Hay Alya. Lagi ngapain nih?” Tanya Dinda
“Lagi sms-an aja nih” Jawab Alya
“Sms-an? Sama siapa? Si Rena? Enggak biasanya lho suka sms-an?” Kata Dinda
“Enggak papa dong sekali-sekali” Kata Alya
“Ya aneh aja. Kalau boleh tahu sms-an sama siapa sih?” Tanya Dinda
“Udah tenang aja besok gue cerita sama lho” Kata Alya
Dan pagi harinya di sekolah.
“Ahahaha…” Kata Rena dan Dinda setelah mendengar penjelasan dari Alya
“Kok kalian gitu sih? Emang ada yang lucu ya pake ketawa-ketiwi segala? Gue itu cuma temenan aja sama dia” Jelas Alya
“Rena?” Kata Dinda sambil melirik kepada Rena
“Ahahaha… biasanya ya Al, kalau ada cowo minta no. handphone cwe pasti ada maunya” Jelas Rena
“Maksud lho?” Tanya Alya
“Dia masih bego juga Ren” Kata Dinda
“Si cowo itu naksir sama si cwe itu” Kata Rena
“Enggak kok, dia malah bilang ke aku kalau aku harus kejar cita-cita aku, menyayangi orangtua aku sendiri, jadi dia enggak mungkin naksir sama aku. Secaran akukan calon pacarnya Bisma” Kata Alya
“Al…” Kata Dinda
“Iya?” Kata Alya
“Sejak kapan lho bilang aku? Jangan bilang sejak cowo itu si Andi!” Kata Dinda
“Emang kenapa? Enggak ada salahnyakan gue berubah jadi lebih baik karena dia?” Tanya Alya
“Bisma mau lho kemanain Al?” Tanya Rena
“Guekan udah bilang sama kalian kalau gue enggak pacaran sama si Andi” Kata Alya
“Itu sekarang Al, iya enggak Ren?” Kata Dinda
“Bener banget tuh, bisa aja si Andi nanti nembak lho” Kata Rena
“Masa iya sih?”  Tanya Alya di dalam hatinya
Dan pada saat pulang sekolah.
“Nih ya kalau nanti gue punya anak sama Bisma gue bakal kasih nama anak gue dari huruf C” Jelas Alya
“Kenapa tuh kenapa?” Tanya Dinda
“Soalnya nama guekan inisialnya dari A, Bisma dari B, jadi anak gue harus C dong jadi panggil keluarga gue keluarga ABC” Jelas Alya
“Ahahaha… bisa banget tuh” Kata Rena
“Emang bisa ya lho bertahan? Emang Bisma mau sama lho?” Tanya Dinda
“Gue bakal prustasi banget kalau semua itu enggak bakal terjadi, dan gue enggak akan pernah mengkhayal dia lagi karena udah terlalu gila banget” Jelas Alya
“Baguslah kalau lho jadi enggak ngekhayal Bisma lagi” Kata Dinda
“Alya…” Kata Andi
“Andi? Ngapain disini? Punya adik yang sekolahnya disini?” Tanya Alya
“Enggak kok, aku sengaja kesini mau ketemu kamu lagi” Jeawab Andi
“Oh jadi ini yang namanya Andi, kenalin aku Rena temennya Alya” Kata Rena
“Aku Dinda temennya Alya juga. Ternyata Andi ganteng juga ya? kok bisa sih mau deket-deket sama Alya gadis pengkhayal?” Kata Dinda
“Apaan sih lho? Jangan malu-maluin gue deh!” Kata Alya
“Yaudah mas Andi bawa aja Alyanya! Iya enggak Din?” Kata Rema
“Iya banget tuh” Kata Dinda
“Eh lho jangan nyari cara supaya gue bolos ngaji ya!” Kata Alya
“Enggak kok, kita cuma temenan enggak lebih dari itu” Jelas Andi
“Denger tuh pake kuping! Dibilangin enggak percaya” Kata Alya
“Yaudahlah Din kita pulang duluan yuk” Kata Rena
“Yuk… bye bye Alya” Kata Dinda
“Hati-hati di jalan ya!” Kata Rena
“Sipp… lho juga tuh jangan pacaran terus!” Kata Dinda
“Lihat besok ya!” Kata Alya
Dan setelah Dinda dan Rena pergi.
“Al…” Kata Andi
“Iya?” Tanya Alya
“Kamu mau enggak aku ajak makan siang? Mau ya please! Temenin aku makan siang sebentar aja” Tanya Andi
“Boleh” Jawab Alya singkat
Dan pada saat di tempat makan.
“Al…sebenarnya aku ajak kamu kesini bukan hanya untuk ngajak makan kamu aja, aku mau bilang sesuatu sama kamu” Kata Andi
“Bilang apa? Maaf…” Kata Alya kaget dan ingin meninggalkan tempat itu
“Ini mas makananya” Kata seorang pelayan caffe
“Oh iya makasih” Kata Andi
“Permisi” Kata pelayan caffe
“Kamu jangan pergi! Aku mau tanya satu hal sama kamu” Kata Andi
“Tanya apa?” Tanya Alya
“Kamu udah punya pacar?” Tanya Andi
“Aku?” Kata Alya
“Iya kamu” Jawab Andi
“Aku enggak punya pacar, aku enggak boleh pacaran sama bapak” Jelas Alya
“Kenapa? Kamu kok keliatannya buru-buru gitu?” Tanya Andi
“Enggak papa kok, aku takut pulang terlambat” Kata Alya
“Aku bakal anterin kamu pulang kok” Kata Andi
“Jangan! Bapak aku galak banget, pokonya aku enggak mau pacaran titik” Jelas Alya sedikit emosi
“Kok jadi ke aku marahnya?” Tanya Andi
“Maaf aku enggak sengaja, aku emang suka kayak gitu. Maaf ya” Kata Alya
“Iya enggak papa kok Al” Jawab Andi
“Iya” Kata Alya
“Dari pertama aku ketemu kamu aku tuh kagum banget sama kamu, kamu itu mandiri kayak orang dewasa. Kamu mau enggak jadi isteri aku?” Kata Andi
“Hah?” kata Alya kaget sambil batuk tak tertahan
“Kamu kenapa? Minum dulu! Maaf ya aku terlalu kecepetan ya? aku enggak tahu tapi hati aku memilih kamu” Jelas Andi
“Kamu kok gitu sih? Kamu bilang ke aku katanya kejar dulu cita-cita kamu, tapi kok kamu… bener kata sahabat aku kamu itu ada maunya, maaf aku harus pulang aku mau ngaji” Kata Alya marah
“Alya… Alya aku tahu aku salah” Kata Andi
“Kamu salah besar dan amat besar” Kata Alya
“Aku minta maaf ya please!” Kata Andi
“Untuk kali ini aku maafin kamu, tapi aku enggak mau denger lagi kamu bilang kalimat itu ke aku” Kata Alya
“Iya aku enggak akan ngomong lagi kayak gitu” Kata Andi
“Kenapa perasaan aku ajdi enggak enak ya? Bisma... Bisma… ya Allah aku tahu ini godaan besar untuk aku” Kata Alya di dalam hatinya
“Al aku jujur aku aku salut sama kamu, aku engga bisa bohongin hati aku sendiri, kamu mau ya api aku enggak mau kamu marah lagi” Kata Andi
“Kamu mau bilang kalimat yang tadi?” Tanya Alya
“Aku cinta sama kamu aku enggak tahu tuh kan diulangin lagi, terserah kamu mau marah atau enggak aku akan tunggu kamu” Kata Andi
“Aku butuh waktu” Kata Alya
“Aku sanggup nunggu kamu” Kata Andi
“MasyaAllah…” Kata Alya
“Aku mau Al” Jawab Andi dengan tidak sadar
“Mau apa?” Tanya Alya
“Aku mau jadi pacar kamu” Jawab Andi
“Apaan sih? Walaupun Andi suka sama aku maksud aku walaupun kak Andi suka sama aku, kak Andi harus tahan nafsu!” Kata Alya
“Tapi aku suka sama kamu. Dan aku mau nikah sama kamu” Kata Andi
“Astagfirullah… kalau kak Andi emang bener-bener mau nikah jangan aku juga kali yang jadi pengantin wanitanya!” Kata Alya
“Kalau aku maunya gitu gimana?” Tanya Andi
“Aku enggak suka kamu kayak gitu” Kata Alya
“Iya-iya aku enggak bakal ngulangin lagi. Aku engga butuh cwe cantik, aku enggak peduli sama fisik, yang aku mau cwe baik kamu bisa enggak cariin buat aku kalau memang kau enggak mau?” Kata Andi
“Aku masih sekolah dan tugas pelajar itu bukan untuk cari kerjaan tapi untuk cari ilmu” Jelas Alya
“Ya aku cuma nanya dan minta tolong sama kamu” Kata Andi
“Jodoh itu jangan dicari! Pasti suatu hari nanti kamu bakal nemuin tulang rusuk kamu yang hilang” Kata Alya
“Dan aku harap tu kamu Alya” Kata Andi di dalam hatinya
“Oh iya aku punya doa ya mudah-mudahan bermanfaat, katanya sih suapaya dapet pacar yang sayang. Bismilahirohmanirrohim… allahuma inni asaluka rohmatan minnindika tahdi biha qolbi watajmaubiha shamli wata roddu bihal fitnata anni sodakallahulazim” Kata Alya
“Kamu cantik sekali” Kata Andi di dalam hatinya
“Jangan terlalu serius makanya kalau liatin perempuan! Jadi kebawa setan kan!” Kata Alya
“Aku salut sama kamu… aku…” Kata Andi salah tingkah
“Mau bilang itu lagi? Aku enggak marah kok, kamu punya hak kamu udah ngulangin kalimat itu berulang-ulang jadi artinya kamu belum ikhlas aku tolak” Kata Alya
“Aku bakal nunggu jawaban dari kamu” Kata Andi
“Jam 21.00 tepat malam nanti, aku bakal ngasih jawabannya ke kamu” Kata Alya
Dan setelah Alya sampai di rumah.
“Aku enggak mungkin pacaran banyak banget alasannya aku enggak mungkin ninggalin Bisma, aku juga enggak mau ngecewain bapak. Apa aku harus bener-bener lupa sama Bisma? Aku bingung ya Allah aku tahu ini buaian setan tapi aku… entah mengapa aku susah untuk menjauh dari Andi” Kata Alya
“Alya kamu kenapa? Bukannya amusk ke dalam, kok malam di luar?” Tanya ibu
“Bu… aku itu lagi bingung banget sekarang” Kata Alya
“Bingung kenapa?” Tanya ibu
“Ibu tahukan Alya ngefans…. Banget sama Bisma” Tanya Alya
“Tahu sekali” Jawab ibu
“Tapi bu… Alya itu ada yang nyukain, dan Alya bingung yang harus Alya lakuin itu apa?mapa Alya harus ngelupain Bisma? Apa alya harus nolak laki-laki yang nyukain Alya?” Kata Alya
“Dia teman sekolah kamu?” Tanya ibu
“Bukan… dia itu orang yang pernah ditolongin sama Alya, dan dia jadi akrab gitu sama Alya dan tadi dia nanya Alya apa Alya mau jadi pacarnya dia?” Jelas Alya
“Apa? Kamu tahukan pacaran itu haram?” Tanya ibu
“Alya tahu bu… tapi entah kenapa susah banget Alya buat nolak dia” Kata Alya
“Kamu sudah terhasut oleh setan” Kata ibu
“Izinin Alya buat sekali ini aja pacaran bu” Kata Alya
“Nama dia siapa?” Tanya ibu
“Andi, dia bekerja sebagai masinis bu… orang tua dia udah meninggal” Jelas Alya
“Pekerja?” Tanya ibu kaget
“Iya bu, dia bekerja sebagai masinis. Ya emang Alya enggak tahu dia pegawai negeri sipil atau bukan, menurut ibu gimana? Usia dia 23 tahun” Jelas Alya
“Ibu takut, ibu takut dia mengajak kamu untuk menikah. Memang kalau kamu seusia dengannya dia adalah laki-laki pilihan daripada Bisma” Kata ibu
“Tapi Alya belum siap melupakan Bisma, Alya belum sempat ketemu sama Bisma” Jelas Alya
“Satu masalah saja belum terselesaikan, tentang masalah kamu selalu mengkhayal Bisma, eh kamu tambahin lagi. Satu lagi Bisma itu artis sedangkan kamu? Andi itu 23 tahun, sedangkan kamu?” Kata ibu
“Jadi gimana dong bu? ibu jangan kasih tahu bapak dulu ya! alya takut” Kata Alya
“Ibu tahu hati kecil kamu, kamu mencintai diakan? Yasudah kalau begitu untuk sementara waktu ini kamu ikuti hati kecil kamu, kamu yang akan menentukan amsa depan kamu baik atau buruk” Kata ibu
Kemudian Alya pergi ke kamarnya.
“Alya… Alya… tadi minta solusi sekarang malah pergi” Kata ibu
Di kamar Alya.
“Aku bingung ya Allah” Kata Alya
Kemudian Alya melihat foto-foto Bisma.
“Aku enggak mungkin ninggalin kamu Bis, walaupun kamu pacar khayalan aku tapi cinta aku bukan khayalan. Tapi aku juga enggak mau nolak cinta laki-laki itu” Kata Alya
Pada malam hari, pukul 21.15 malam.
“Satu jam lagi bahkan sudah lewat 15 menit. Aku harus gimana? Enggak mungkin aku kasih tahu Dinda sama Rena tentang masalah ini, bisa-bisa aku jadi badut di mata mereka” Kata Alya
“Alya…?” Tanya ibu
“Iya bu?” Kata Alya
“Kamu kenapa? Enggak belajar?” Tanya ibu
“Alya masih bingung bu, Alya udah janji sama Andi kalau Alya bakal ngasih jawaban iya etau enggak ke dia jam 9 tepat dan Alya bingung sekarang udah jam 8 lewat” Jelas Alya
“Hati kamu?” Tanya ibu
“Itu dia masalahnya” Jawab Alya
“Kamu itu perempuan yang mandiri Alya, jadi kamu seharusnya tahu apa yang harus kamu lakukan dalam menanggapi masalah ini. ibu tahu kok kamu menyukai dia” Kata ibu
“Enggak kok bu… sedikit” Kata Alya
“Ibu tidak bisa memaksa kamu untuk menolak ataupun menerima. Karena kamu sudah dewasa” Kata ibu
Dan setelah ibu Alya meninggalkan Alya di kamarnya. Alya mendapatkan 1 pesan dari Andi yaitu: “Selamat Malam… “
“Andi? Aduh gimana ya? Ya Allah” Tanya Alya
Kemudian Alya membalas pesan Andi: “Malam juga”
Kemudian Andi membalas pesan Alya: “Lagi ngapain? Belum tidur?”
Kemudian Alya membalas pesan Andi: “Aku belum ngantuk aja, Aku lagi nonton aja, kamu?”
Kemudian Andi membalas pesan Alya: “Aku lagi pusing nih biasa… oh iya kalau aku boleh minta jawabannya sekarang boleh? Solanya aku pusing banget nih kepala aku kayak ditancapin jarum sama kawat”
Kemudian Alya membalas pesan Andi: “Bismilahirohmanirrahim… kamu jangan kecil hati ya! tapi ini adalah jawaban aku dan dari hati aku, jawaban aku insyaAllah iya”
“YaAllah pesannya sudah terkirim, apa yang harus aku lakukan lagi? Aku harap jawaban aku ini benar YaAllah” Kata Alya
Kemudian Andi membalas pesan Alya: “Makasi banyak ya aku akan sayang, perhatian, dan ngertiin kamu, kamu emang pacar aku yang paling baimdan sitimewa walaupun aku belum kenal banget sama kamu pesan aku meskipun kita long dintance kita harus saling percaya ya supaya hubungan kita bertahan sampai ke pelaminan, punya anak, dan kakek nenek selamanya, aduh kepala aku sakit banget aku tidur dulu ya”
“Dia bahagia banget tapi dia kok sampai sakit kepala apa dia Cuma bercanda? Cuma ingin cari perhatian? Aku enggak tahu deh pokoknya” Kata Alya
Kemudian Alya menerima pesan dari adiknya Andi yaitu Indra: “Maaf ini sama pacarnya kak Andi ya? aku Indra diknya Andi, kak Andi pinsan kaka, kak Andi emang suka kayak gitu pusing mendadak sekarang juga aku lagi manggil dokter”
“Jadi dia beneran? Hah gimana dong? Masa baru aja jadian udah ditinggalin” Kata Alya
Kemudian Alya membalas pesan Indra: “Indra? Terus kakak harus gimana dong? Kakak enggak mungkin ngejenguk kakak kamu”
Kemudian Indra membalas pesan Alya: “Kakak jangan khawatir! Kakak juga enggak usah ngejenguk kak Andi. Kak Andi udah biasa”
Kemudian Alya membalas pesan Indra: “Alhamdulillah kalau gitu syukur deh”
Kemudian Indra membalas pesan Alya: “Kak, kak Andi dibawa ke rumah sakit kak sekarang lagi menuju rumah sakit, penuh banget terus di opname kakak yang sabar ya! kakak jangan khawatir!”
“Apa? Kenapa jadi kayak sinetron gini?” Tanya Alya
Tiba-tiba ada ibu Alya.
“Kenapa Alya? Kamu masih bingung ngasih jawaban ke Andi? Udah jam 9 lewat 20” Tanya ibu
“Dia masuk rumah sakit bu” Jawab Alya
“Kenapa? Kok masuk rumah sakit kamu apakan dia Alya?” Tanya ibu
“Ibu aku serius” Kata Alya
“Alya dengarkan ibu, ibu tahu dan ibu juga pernah mersakan bagaimana keadaan hati pada usia seperti kamu, kalau lagi seneng perasaannya enggak kepalang kalau lagi sedih ditanggapinya berlebihan dan sekarang kamu sedang serius jadi kamu menanggapi keseriusan kamu sungguh-sungguh. Ibu kasih tahu ya jangan pernah seperti itu! Cobalah lebih dewasa lagi!” Jelas ibu
“Aku udah nerima dia bu… tiba-tiba ada sms dari adiknya katnya Andi sakit parah dan sekarang dia lagi dibawa ke rumah sakit” Jelas Alya
“Kamu tanya dia sakit apa? Jangan panik! Di usia kamu yang seperti ini tidak sepantsnya kamu menerima beban berat ini! Andi itu bagaimana sih laki-laki yang kekanak-kanakkan, konsentrasi kamu jadi keganggukan gara-gara dia?” Kata ibu
“Ibu…” Kata Alya
“Yasudah kamu yang sabar saja! Kamu wajib menanggung resikonya bukan berhak lagi tapi wajib!” Kata ibu
Pada pagi harinya di sekolah.
“Hay Al…” Kata Rena
“Selamat pagi… pagi-pagi kok udah ngelamun?” Kata Dinda
“Yeh ini anak kenapa sih? Al… Alya?” Kata Rena
“Alya…?” Kata Dinda
“Iya gue denger” Kata Alya
“Lho kenapa?” Tanya Dinda
“Lho sakit? Enggak biasanya lho kayak gini? Ada apakah gerangan” Kata Rena
“Sepertinya kita harus menanyakan kepada rembulan yang tadi malam menemani Alya gadi cilik yang dirundung kegalauan” Kata Dinda lebay
“Ahaha… iya betul-betul mumpung rembulannya kesiangan kita tanyain yuk! Ahahaha” Kata Rena
“Punya pacar tapi berasa hidup sendiri” Kata Alya
“Yah… lho kan udah bilang kalau lho udah kebal lagian itukan cuma khayalan aja. Hubungan long distance sama si Bisma Karisma itu” Kata Dinda
“Iya Al lho gimana sih lho itu berubah satu lingkaran penuh hanya dengan dengan waktu satu malam” Kata Rena
“Satu malam sajajajajaja…” Kata Dinda sedikit menyanyi
“Denger ya yang sekarang lagi gue omongin itu bukan si Bisma Karisma pacar khayalan gue. Tapi…” Kata Alya menghentikan pembicaraannya
“Tapi apa? Maksud lho?” Tanya Dinda
“Lho udah jadian sama siapa Al?” Tanya Rena
“Serius lho Al udah jadian? Sama siapa kasih tahu kita!” Tanya Dinda
“Lho enggak lagi bercanda kan Al? siapa?” Tanya Rena
“Apa jangan-jangan Andi?” Tanya Dinda
“Hah? Lho serius Al? bener yang dikatain Dinda?” Kata Rena
“Al… lho ngomong dong!” Kata Dinda
“Ya gimana gue mau ngomong kalau kepotong terus sama kalia. Katanya mau ngedengerin tapi kalian malah sibuk sendiri” Kata Alya
“Tapi lho beneran Al udah ajdian sama si Andi?” Tanya Rena
“Kalau udah emangnya kenapa?” Tanya Alya
“Lho serius Al?” Tanya Dinda
“Iya-iya semuanya benar” Jawab Alya kesal
Kemudian Rena dan Dinda saling menatap muka.
“Ahahahaha” Dinda dan Rena tertawa sekencang-kencangnya
“Kok kalian ketawa sih? Emang lucu apa?” Tanya Alya
“Ya… bukannya lucu Al, ya kita aneh aja, lho udah berubah sekarang Al, udah dewasa, punya pacar lagi” Kata Dinda
“Iya bener tuh, terus maksud omongan lho tadi apa? Yang kata lho punya pacar tapi berasa hidup sendiri” Tanya Rena
“Hmm… baru aja gue jadian sama dia eh dia malah masuk rumah sakit dan sekarang dia belum sadar-sadar” Jelas Alya
“Hah? Drama banget ya” Kata Dinda berhenti tertawa
“Yang sabar ya Al” Kata Rena
“Dia itu cinta pertama gue, maksud gue dia itu cinta pertama gue di dunia nyata” Kata Alya
“Lho tahu si Andi masuk rumah sakit darimana? Kan secara dia udah enggak punya orangtua” Tanya Rena
“Adiknya… emang sih bukan adik kandung, Andi sengaja ngadopsi anak jalanan itu karena dia gak punya temen di rumahnya” Jelas Alya
“Oh” Kata Rena
“Parah banget lho Al, baru aja pertama punya pacar udah kayak gini” Kata Dinda
“Dan enggak seharusnya keluarga Andi ngasih tahu ke kamu tentang masalah ini, masalah ini keliatan ringan tapi padahal untuk anak seusia kita ini itu masalah yang serius” Kata Rena
“Gue juga berfikirnya gitu sih Al sama kayak Dinda, ya Andi enak dia uda kerja sedangkan kamu? Kamu pelajar” Kata Dinda
Tiba-tiba bel masuk berbunyi.
“Eh masuk-masuk!” Kata Dinda
“Kok gue ngerasa enggak yakin ya sama si Andi. Ahh… lho apaan sih Rena?” Kata Rena di dalam hatinya
Dan pada saat pulang sekolah.
“Eh main yuk ke rumah gue!” Kata Alya
“Ayo Al gue mau banget, tapi Al gue enggak mau lho murung kayak gini” Kata Rena
“Iya Al bener banget tuh Rena” Kata Dinda
Dan setelah sampai di rumah Alya.
“Assalamualaikum…” Kata Alya
“Udah pulang?” Tanya ibu
“Iya bu, itu ada Rena sama Dinda” Kata Alya
“Eh… bukannya disuruh masuk, Dinda sama Rena ayo masuk!” Kata ibu
“Ayo Din! Ren! Langsung amsuk ke kamar gue yuk!” Kata Alya
“Ibu buatkan minum dulu ya” Kata ibu
“Makasih bu” Kata Dinda
“Maaf ya bu ngerepotin” Kata Rena
“Oh enggak papa, lagian ibu sudah menganggap kalian sama dengan Alya” Kata ibu
“Bu… kita ke kamar dulu ya!” Kata Alya
“Iya. ayo Dinda, Rena! Ikuti Alya!” Kata ibu
Dan pada saat Rena dan Dinda masuk ke kamar Alya.
“Loh Al… kamar lho yang sekarang beda banget” Kata Rena
“Iya Al, poster-poster Bisma dikemanain? Semua tentang Bisma juga enggak ada disini, kok bisa sih?” Tanya Dinda
“Lho ngelakuin ini semua karena lho cinta sama Andi?” Tanya Rena
“Iya. emangnya kenapa? Semua tentang Bisma udah gue simpen di gudang” Kata Alya
“Lho serius Al?” Tanya Rena
Tiba-tiba datang ibu membawa minum.
“Maaf ya ibu mengganggu, ini minum sama makananya” Kata ibu
“Iya enggak papa kok bu, malam makasih banyak bu” Kata Dinda
“Yasudah lanjutkan saja ngobrol-ngobrolnya! Aneh ya sama kamar Alya yang sekarang?” Tanya ibu
“Iya bu jadi kosong kayak gini, kosong enggak ada poster Bisma maksudnya bu” Kata Rena
“Iya ibu juga aneh, yasudah ibu keluar dulu ya” Kata ibu
Dan setelah ibu keluar dari kamar Alya.
“Ibu lho enggak tahu masalah ini?” Tanya Rena
“Tahu… malah ibu yang bantu gue buat nerima atau nolak Andi” Kata Alya
“Baik banget ibu lho, tapi sayangnya Andi malah langsung ngasih ujian ke lho” Kata Rena
“Iya belum aja ulangan harian bahkan belajar juga belum” Kata Dinda
“Maksudnya bukan ujian nasional” Kata Rena sedikit kesal
Tiba-tiba handphone alya bordering.
“Eh Al ada sms tuh” Kata Rena melihat handphone Alya
Kemudian alya membuka pesan dari Indra: “Kak, Alhamdulillah kak andi udah siuman, kakak boleh kok hubungan lagi sama kak Andi”
“A… Din, Ren, andi udah siuman kata adiknya” Kata Alya girang
“Kenapa ngasih tahunya enggak telpon?” Tanya Rena
“Enggak tahu deh pokonya” Jawab Alya yang amsih terbawa suasana senang
“Kok andi bisa sembuh secepat itu? Penyakit apa yang diderita andi ya?” Tanya Rena di dalam hatinya
Kemudian alya menerima pesan dari Andi: “Gimana kabar kamu? Maaf ya aku enggak bisa ngejagain kamu”
“Wahhh… Al sosweet banget… gue jadi mau” Kata Dinda
“Cie… yang lagi punya pacar” Kata Rena
“Apaan sih kalian?” Tanya Alya
Dan setelah lama Alya berpacaran dengan Andi.
Alya menerima pesan dari Andi: “Jalan yuk!”
Kemudian Alya membalas pesan Andi: “Jalan kemana?”
Kemudian Andi membalas pesan Alya: “Di tempat makan biasa ya? aku tunggu”
Kemudian Alya membalas pesan Andi: “Iya”
Pada saat Alya akan pergi.
“Kemana Al?” Tanya ibu
“Ketemu sama Andi sebentar kok” Kata Alya
“Hati-hati ya! istiqpar kalau lagi tatapan mata sama dia!” Kata ibu
“Iya ibu jangan khawatir!” Kata Alya
Dan setelah sampai di tempat makan.
“Hay?” Kata Alya
“Eh isteriku udah datang” Kata Andi sambil mau memeluk dan mencuium Alya
“Jangan aja deh, kita belum mukrim” Kata alya
“Ok. Maaf istriku” Kata andi
“Calon…” Kata Alya membenarkan
“Iya-iya calon istriku. Kangen solanya udah lama enggak ketemu” Kata Andi
“Kamu udah nunggu lama?” Tanya Alya
“Belum kok, baru aja nyampe 10 menit yang lalu” Jawab Andi
“Oh iya Ndi, aku boleh tanya sesuatu enggak sama kamu?” Tanya Alya
“Tanya apa?” Tanya Andi
“Sebenernya kamu sakit apa sih? Perasaan kamu sering banget masuk rumah skait terus pusing-pusing gitu” Kata Alya
“Aku enggak papa kok sayang” Jawab Andi salah tingkah
“Aku cuma mau tahu aja, akukan pacar kamu” Kata Alya
Tiba-tiba handphone Andi berdering.
“Pesan dari siapa?” Tanya Alya
“Siapa ya?” Kata Andi sambil melihat handphonenya
“Dari siapa?” Tanya Alya
“Mala” Jawab Andi
“Mala? Siapa?” Tanya Alya
“Dia itu dulu kenalan aku, tapi sekarang udah enggak kok, dianya jarang sms aku seibuk terus sama pacarnya. Oh iya dia juga pernah loh main ke rumah aku, udah 2 kali kalau enggak salah dan aku juga pernah main ke rumahnya” Jelas Andi
“Kok jadi ngomongin cwe itu sih?” Kata Alya di dalam hatinya
“Dan dia anaknya asyik… banget” Kata Andi
“Kok jadi ngomongin cwe itu sih? Dia mantan pacar kamu? Kamu belum jawab pertanyaan aku?” Kata Alya
“Enggak kok cuma temen deket aja aku enggak mau sama dia habis dia anaknya sedikit nakal, dulu juag dia pernah nak…” Kata Andi
“Udah… jangan dibahas lagi! Aku enggak mau denger, kenapa kamu enggak jawab pertanyaan aku? Apa kamu cuma pura-pura sakit?” Kata Alya sambil memotong pembicaraan
“Ada apa nih sama kamu? Enggak biasanya kamu kayak gini? Bukannya kamu selalu ngertiin aku?” Kata Andi
“Enggak kok aku cuma bercanda aja, siapa juga yang kayak gini” Kata Alya
“Emang udah takdir ya aku selalu aja disakitin sama perempuan, kalau kamu enggak cinta, enggak sayang lagi sama aku, pergi aja sekarang juga!” Kata Andi marah
“Loh kok bilangnya kayak gitu sih? Ih Andi jangan marah dong!” Kata Alya
Tiba-tiba Andi menerima pesan dari bosnya yang katanya agar dia cepat mengambil tempat pergantian masinis.
“Aku harus cepat-cepat pulang, bos aku barusna sms ada pergantian masinis” Jelas Andi
“Tapi Andi enggak marahkan? Andi? Andi?” Kata Alya
“Enggak” Jawab Andi jutek
“Andi…” Kata Alya
“Enggak, enggak Alya kalau aku bilang enggak yaudah enggak jangan manja deh kamu! Aku jadi pusing nih, kamu pulang sendiri aja deh! Males deh pacaran sama anak SMA” Kata Andi
Pada saat Alya pulang dengan berjalan kaki. Ada Rena dan Dinda yang mengendarai mobil.
“Din…Din… itukan si Alya?” Kata Rena sambil mengendarai mobilnya
“Mana? Mana ahh?” Tanya Dinda
“Itu pake baju warna hijau” Kata Rena sambil menunjuk
“Oh iya, samperin-samperin!” Kata Dinda
“Alya…?” Kata Rena
“Kamu ngapain?” Tanya Dinda
“Dinda? Rena?” Kata Alya
Dan pada saat di caffe.
“Kok Andi kayak gitu sih? Ini minum dulu!” Tanya Dinda
“Pacaran itu bukan kayak gitu Al, ada juga laki-laki yang harus manjain cwe, ah lho lemah sih pribadi lho aja kuat, tangguh, tapi waktunya lho ngehadapin cinta lho malah jadi lemah. Menurut gue lho itu beda banget sama sifatnya Andi” Kata Rena
“Maksud lho?” Tanya Alya
“Yah… masih bego juga nih anak” Kata Dinda
“Sabar Din! Alya kan baru kali ini pacarannya, jadi gini Cuma lho aja yang ngertiin si Andi sedangkan si Andi enggak ngertiin lho kan?” Kata Rena
“Masa iya gitu sih?” Kata Alya
“Yah…” Kata Dinda dan Rena
“Dibilangin” Kata Rena
“Lho inget enggak waktu pertama lho kenal sama si Andi? Kan kita bilang kalau lho itu pasti ditembak sama dia, ternyata benerkan sekarang juga lho harus percaya sama kita!”Kata Dinda
“Iya betul banget, tapi… lho jalanin aja dulu deh nanti juga lho tahu sendiri, habis pemikiran kita sama lho itu berbeda entah karena lho belum berpengalaman atau karena apa gue enggak tahu” Kata Rena
“Apa bener yang dikatain Rena sama Dinda?” Tanya Alya di dalam hati
“Tapi lho jangan berfikir kalau kita ngeraguin lho!” Kata Rena
“Iya tenang aja kaliankan sahabat-sahabt gue aman mungkin gue kecewa sama kalian” Kata Alya
Dan pada sore hari di rumah Alya.
“Kamu baru pulang Al? katanya cuma sebentar?” Tanya ibu
“Iya bu” Jawab Alya sambil pergi
“Kenapa dia?” Tanya ibu
Dan pada saat di kamar Alya.
“Tapi omongan Rena sama Dinda itu ada betulnya juga sih… YaAllah” Kata Alya bingung
Tiba-tiba Alya menerima pesan dari Andi: “Lagi apa?”
“Andi sms?” Kata Alya
Dan kemudian Andi menelpon Alya.
“Lagi apa Al?” Tanya Andi
“Aku baru pulang” Jawab Alya
“Baru pulang? Emang habis darimana?” Tanya Andi
“Tadi waktu aku pulang aku ketemu sama Dinda sama Rena jadi main dulu deh” Kata Alya
“Ohh” Kata Andi
“Kok dia enggak minta maaf sih udah ninggalin aku sendiri di caffe?” Tanya Alya di dalam hatinya
“Oh iya sekarang aku lagi bawa kereta eksekutif dan besok aku mau ke Yogja bawa kereta gaya baru malam selatan kira-kira 3 hari 3 malam” Jelas Andi
“Yaudah kamu hati-hati aja ya! Jangan lupa shalat, makan, sama minum obat” Kata Alya
“Iya Alyaku… oh iya Al nanti insyaAllah aku tanggal 4 aku ke rumah kamu ya? mau main ke rumah kamu, rumah orangtua kamu” Kata Andi
“Emang mau apa?” Tanya Alya
“Aku rencananya mau ngikat kamu?” Kata Andi
“Ngikat aku? Pake apa?” Tanya Alya
“Pake tali, ya pake cincin lah Al kamu maukan?” Tanya Andi
“Kamu serius?” Tanya Alya
“2 rius, yaiyalah aku janji bakalan nepatin janji aku asalkan kamu setia sama aku, dan kalau nanti kita udah nikah semua harta yang aku milikki buat kamu dna aku hanya minta sedikit buat Indra ya?” Kata Andi
“Beneran?” Tanya Alya
“Bukannya aku sombong orangtua aku itu meninggal, ninggalin harta banyak banget, kebun cengkehnya aja 3 hektare, kebun sayurannya 1 hektare setengah, kudanya punya 50 ekor kuda” Jelas Andi
“Hah? Kamu serius? Perasaan banyak banget harta kamu?” Tanya Alya
“Ya Alhamdulilalh sekarang juga lagi diurus sama pegawai-pegawainya” Kata Andi
“Ohh” Kata Alya
Dan pada saat pagi harinya di sekolah.
“Hey… pagi-pagi di kantin” Kata Alya
“Laper tahu belum makan” Kata Rena
“Iya nih. Eh lho hari ini keliatan bahagia banget” Kata Dinda
“Emangnya keliatan ya?” Tanya Alya
Rena dan Dinda saling menatap wajah.
“Kok malah ngeliat satu sama lain?” Tanya Alya
“Abis lho itu enggak berubah-berubah Al iya enggak Ren?” Kata Dinda
“Betul banget damdamna masih nempel” Kata Rena
“Gue kira setelah lho ninggalin pacar khayalan lho si Bisma Karisma itu, lho akan berubah enggak damdam lagi eh ternyata eh ternyata” Kata Dinda
“Apaan sih lho? Udah deh masa lalu itu” Kata Alya
Kemudian Dinda dan Rena saling menatap wajah lagi.
“Ahahaha” Dinda dan Rena tertawa
“Ah kalian selalu aja ngetawain gue. Kenapa sih?” Tanya Alya
“Ya…” Kata Dinda
“Walaupun damdam lho enggak berubah tapi cinta lho sama Bisma bisa berubah juga ternyata. Iya enggak Din?” Kata Rena
“Iya tuh 1 tahun yang lalu” Kata Dinda
“Gue masih nunggu Bisma, gue pasti ngejaga mata, bibir, dan telinga gue” Kata Rena menyindir
“Masih inget enggak?” Tanya Dinda
“Iya-iya. Udah ah! Jangan ngomongin yang udah lewat! Mendingan sekarang lho dengerin cerita baru gue” Kata Alya
“Apaan tuh?” Tanya Rena
“Tanggal 4 bulan depan Andi bakalan tunangan sama gue” Jelas alya
“Hah?” Kata Rena dan Dinda
“Lho serius?” Tanya Rena
“Kenapa? Kalian kayak yang enggak seneng gitu?” Kata Alya
“Umur lhokan masih muda banget Al, lho mau jadi pengantin remaja?” Kata Dinda
“Gue serius, dan cinta itu enggak mandang dari umurkan?” Kata Alya
“Emang bener cinta itu bukan datang menghampiri kita tapi kita yang ngundang cinta” Kata Dinda
“YaAllah Alya gue enggak nyangka banget secepat itu lho tunangan?” Kata Rena
“Di masa modern ini masih ada juga pernikahan dini” Kata Dinda
“Denger ya! lagian walaupun gue kawin muda geu enggak bakalan sengsara friend’s karena apa? Karena Andi tiu kaya lho enggak tahu sih sekaya apa dia? Hartanya aja sampai tujuh turunan enggak akan habis” Jelas Alya
“Hah? Ya seenggaknya Al… lho itukan, aduh Al lho kayaknya udah dibutain sama harta, sejak kapan lho jadi kayak gini Rena aja enggak kayak gini-gini amat matrenya” Kata Dinda
“Emang Andi kaya apaan Al? bagi-bagi ya!” Kata Rena
“Yaelah lho gimana sih?” Kata Dinda
“Andi itu punya warisan dari orangtuanya yang meninggal” Kata Alya
“Warisan?” Tanya Rena
“Ya, pada saat orangtuanya meninggal, orangtua dia itu ninggalin harta banyak… banget 3 hektare kebun cengkeh, 1 hektare kebun sayuran, dan 50 ekor kuda hebatkan?” Jelas Alya
“Hah? Lho beruntung banget Al, padahalkan Rena yang mau dapet mertua kaya kenapa jadi lho” Kata Dinda
“Emang ada ya orang sekaya itu? Hartanya banyak banget. Dan enggak mungkin juga dong ada orang yang hartanya tapi dia bisa hapal semua harta miliknya dia” Kata Rena
“Sirik aja lho” Kata Alya
“Ya gue kurang percaya aja” Kata Rena
Dan bel masuk pun berbunyi.
“Eh masuk-masuk tuh” Kata Dinda
“Kok gue makin ngerasa enggak yakin ya sama si Andi-Andi itu?” Tanya Dinda di dalam hatinya
Pada saat pulang sekolah.
“Al, tumben lho enggak sms si Andi?” Tanya Dinda
“Dia lagi kerja, bawa kereta ke Yogja” Kata Alya
“Wih.. hebat banget tunangan lho”Kata Dinda
“Calon… Din” Kata Alya membenarkan
“Ohiya Al ngomong-ngomong kalau misalnya Bisma nyasar ke rumah lho mau ngomong apa lho?” Tanya Rena
“Cinta guekan cuma sama Andi” Kata Alya
“Awas tuh jangan terlalu serius nanti sakit hati baru tahu lho” Kata Rena
“Gue enggak ngerti deh Ren sama apa yang lho omongin” Kata Alya
“Enggak, enggak gue Cuma bercanda kok, gue Cuma ngetest lho doang, sorry ya” Kata Rena
“Aduh Ren lho enggak percaya sama cinta gue buat Andi?” Tanya Alya
“Al sebenarnya tadi tuh gue serius tapi gue takut lho kecewa sama gue” Kata Rena di dalam hatinya
Pada saat di rumah ada telpon dari Andi.
“Hallo Al?” Kata Andi
“Kamu kok bisa telponan sih?” Tanya Alya
“Ya bisa dong, aku lagi tukar tugas sama temen” Kata Andi
“Oh… hati-hati ya!” Kata Alya
“Iya calon istriku, ini nih sama si Dani” Kata Andi
“Ohiya kamu tanggal 4 jadikan?” Tanya Alya
“Iya jadi, aku pasti datang kok sayang” Jawab Andi
“Bener ya?” Tanya Alya
“Iya Alya bawel banget sih kamu, nanti kalau aku udah nyampe di Yogja aku mau beli cincinnya ya” Kata Andi
“Iya, aku sayang sama kamu” Kata Alya
“Iya aku tahu kok” Kata Andi
Kemudian Alya menutup telponnya.
“Ada apa Al? enggak biasanya kamu nyuruh ibu buat ke kamar kamu. Ada apa sih?” Tanya ibu
“Jadi gini bu… tanggal 4 bulan depan Andi mau ngikat Alya” Jelas Akya
“Apa?” Kata ibu kaget
“Iya bu… tapi bapak enggak akan marahkan?” Tanya Alya
Dan keesokan malamnya.
“Bapak kurang setuju Alya, bapak bukan enggak setuju tapi bapak hanya kurang setuju” Kata bapak
“Itu sama aja pak, emang kenapa sih pak?” Tanya Alya
“Ya… kamukan baru aja kenal sama dia, masa dia udah mau tunangan lagi sama kamu?” Kata bapak
“Pak, masa sih Alya harus bercerita 4 kali walaupun Alya tunangan bukan berarti Alya nikah dan lagian kalau nikah juga enggak papakan? Dia kaya kok pak” Kata Alya
“Harta enggak menjamin Alya, ilmu itu sangat penting bapak hanya ingin yang terbaik buat kamu” Kata bapak
“Kalau bapak ingin yang terbaik untuk Alya turutin kemauan Alya dong pak!” Kata Alya
“Alya dengerin bapak ya! lebih baik kamu sekolah dulu yang benar!” Kata bapak
“Ahh… bapak” Kata Alya marah
“Alya… kamu belum paham tentang pernikahan, pernikahan itu bukanlah sebuah permainan, pernikahan itu sangat sulit Alya, enggak seperti semudan yang kamu fikirkan benar kata bapak” Kata ibu
“Bapak lebih setuju kamu mengkhayal, mengharapkan idola kamu Bisma-Bisma itu daripada kamu harus menikah apalagi sama orang yang belum bapak kenal dan juga dia itu… Ahh… memang susah nasihatin kamu Alya” Kata bapak
“Pokoknya bapak harus ngerestuin hubungan aku sama Andi” Kata Alya
Kemudian Alya pergi meninggalkan pembicaraan.
“Ikuti dia bu!” Kata bapak
“Iya pak”Jawab ibu
“Disimpan dimana otaknya?” Tanya bapak sambil marah
Dan pada saat ibu menemui Alya di kamarnya.
“Alya… kamu jangan seperti ini dong! Lagiankan tanggal 4 masih lama sekali, mungkin saja nanti fikiran bapak bisa berubah” Kata ibu
“Bener ya bu?” Kata Alya
“Iya, kamu denegr ibu! Kalau Andi memang jodoh kamu, pilihan Allah swt untuk kamu, apapun rintangannya kamu akan berakhir bersama dengan Andi, namun sebaliknya apabila Andi bukan jodoh kamu sesetia kamu sama Andi sesetia Andi sama kamu semuanya enggak akan pernah berakhir dengan apa yang kamu harapkan, lebih baik sekarang kamu berfikir besok gimana jangan gimana besok. Ya?” Jelas ibu
“Iya bu” Kata Alya
“Ibu sangat merindukan sekali sikap kamu yang dulu, kamu yang ingin sekali mengejar cita-cita kamu, dan ibu enggak mau cita-cita kamu hancur cuma gara-gara hal seperti ini, ingat Alya setiap kita akan melakukan sesuatu kita pasti selalu dihadapkan dengan rintangan dan godaan. Dan juga kamu ini anak satu-satunya ibu sama bapak jadi kamu bisa mengerti kami ya? yasudah sekarang kamu tidur! Biar besok bisa sekolah!” Jelas ibu
Pada pagi harinya di sekolah.
“Hay Al?” Tanya Rena
“Kenapa lho Al?” Kata Dinda
“Hari ini seneng, besoknya sedih lagi, silih berganti aja perasaanya” Kata Rena
“Iya Al, ada apa sih? Cerita dong sama kita! Jangan sampai kita nanya kepada gerangan” Kata Dinda
“Bahasa lho campur aduk” Kata Rena
“Waktu malem gue bilang sama bapak tentang pertunangan gue sama Andi” Kata Alya
“Terus jawaban bapak lho apa?” Tanya Dinda
“Kalau menurut gue sih pasti bapak lho enggak setuju, iyakan?” Kata Rena
“Iya, tapi bapak sih bilangnya gini, bapak bukan enggak setuju tapi bapak hanya kurang setuju, ya bagi guekan kurang setuju sama enggak setuju sama enggak ada bedanya pasti finishnya ke enggak setuju” Kata Alya
“Tuhkan… kalau menurut gue gimana ya? lho kan anak satu-satunya” Kata Rena
“Udah gue duga Al, lagian maaf ya Al umur lho kan masih muda banget gila banget lho mau langsung kawin pernikahan itu bukan hal yang spele Al, coba lho fikir 2 kali berturut-turut!” Kata Dinda
“Ya kalau bapak gue sayang sama gue seharusnya dia tuh nurutin semua permintaan gue, biasanya juga selalu diturutin tapi kenapa yang ini enggak?” Kata Alya
“Arti kata sayang bukan berarti harus ngabulin semua permintaan lho juga kali Al, bapak lho pasti ngimbang-ngimbang dulu” Jelas Dinda
“Jadi intinya kalian enggak ngedukung hubungan gue sama Andi? Gitu?” Kata Alya kesal
“Bukan gitu Al, lho jangan salah pengertian dong sama maksud kita! Kita juga sebagai sahabat ingin yang terbaik buat lho” Kata Rena
“Iya Al kita setuju-setuju aja sama hubungan lho dan Andi” Kata Dinda
“Kita jalanin aja dulu semuanya!” Kata Rena
“Nanti juga bakalan lho yang nentuin semuanya. bukan gue, bukan Rena, dan juga bukan kedua orangtua lho” Kata Dinda
Dan pada saat pulang sekolah Dinda melihat brosur-brosur konser Smash.
“Eh liat deh Al!” Kata Dinda
Kemudian Dinda mengambil satu brosur itu.
“Liat Al! smash mau ngadain konser di kota kita, lho mau datang enggak?” Kata Dinda
“Datang aja Al! udang datang aja ini kesempatan baik buat lho, kapan lagi coba lho bisa ketemu sama pujaan hati lho yang lho udah nunggu hingga bertahun-tahun” Kata Rena
“Ahahaha… Dinda… Rena…” Kata Alya
Dinda dan Rena saling bertatap wajah.
“Denger ya! gue itu sekarang udah enggak Bisma-Bisamaan lagi, kalau kalian pada mau sama si Bisma ambil aja! Kejar tuh sampai ke laut! Udah buang aja brosurnya! Sini gue yang buang” Kata Alya
Setelah Alya membuang brosurnya.
“Al… lho serius?” Tanya Rena
“Lho berubah lebih dari 100% banget” Kata Dinda
“Udah deh Din, Ren! Enggak usah lebay gitu!” Kata Alya
“Gue kasih saran ya sama lho Al, awas lho nanti nyesel” Kata Dinda
“Iya Al, nanti kalau udah nyesel gimana hayo?” Kata Rena
“Udah-udah ahh…! Capek tahu enggak” Kata Alya
Pada malam harinya ada telpon dari Andi.
“Lagi apa Al?” Tanya Andi
“Lagi belajar, ada apa? Baru pulang kerja ya? oh iya kamu mau enggak bantuin aku ngerjain PR?” Kata Alya
“Iya aku baru pulang, gimana ya Al? aku capek nih” Kata Andi
“Oh yaudah enggak papa kalau enggak bisa enggak papa kok, ada apa?” Kata Alya
“Temen aku kan tinggalnya di kontrakan terus sekarang itu kontrakannya sepi jadi dia” Kata Andi
Tiba-tiba batre handphone Alya mati.
“Yah… malah mati” Kata Alya
Kemudian Alya mengecash handphonenya dan menghidupkannya kembali, tiba-tiba Alya menerima pesan salah sambung dari Andi yang tertulis “Revi… kalau kamu takut di rumah sendirian, nginep aja di rumah aku, lagian di rumah aku banyak kamar kok”.
“Revi? Siapa dia? Pasti Andi salah ngirim sms” Kata Alya
Tiba-tiba ada pesan lagi dari Andi yang tertulis “Al, kenapa handphonenya mati? Oh iya aku pergi beli sate dulu ya enggak tahu nih aku mendadak mau bali sate”.
“Beli sate? Tanyain enggak ya? Jangan aja deh” Kata Alya
Kemudian Alya membalas pesan Andi: “Mau beli sate? Katanya… enggak jadi deh”
Kemudian Andi membalas pesan Alya: “Ada apa sih Al? kok kamu jadi aneh gitu? Yaudah aku pergi beli sate dulu ya?”
“Hati aku kenapa ya? kenapa jadi enggak enak gini? Apa bener Andi… ah enggak Alya” Kata Alya kepada dirinya
Tiba-tiba Alya menerima pesan salah sambung dari Andi yang tertulis “Yaudah rev, sekarang kamu tunggu diluar ya! aku sekarang lagi ngeluarin motornya”.
“Tuh kan bener… dia pasti bohong sama gue, katanya dia paling enggak suka sama kebohongan” Kata Alya
Kemudian Alya mengirim pesan kepada Andi: “Kamu enggak bohongkan mau beli sate?”. Tiba-tiba Andi langsung menelpon Alya.
“Al, maaf ya tapi kamu ngebolehinkan?” Tanya Andi
“Ya aku ngebolehin aja lagian itukan rumah kamu, tapi kenapa kamu harus bohong tadi sama aku?” Kata Alya
“Iya aku minta maaf Al” Kata Andi
“Tapi… Tapi… Ndi tunggu dulu! Ahh kenapa ditutup sih telponnya?” Kata Alya
Kemudian Alya mengirim pesan kepada Andi “Aku enggak setuju kamu bawa perempuan kamu ke rumah kamu, ingat Andi di rumah kamu, kamu hanya berdua kamu dan Indra kalau kamu membawa masuk perempuan itu, itu artinya kamu menghadirkan setan”.
“Mudah-mudahan Andi membaca pesan yang aku kirim ini” Kata Alya dengan kekhawatirannya
Tiba-tiba ibu Alya menemui Alya.
“Al?” Tanya ibu
“Iya bu? ada apa?” Tanya Alya
“Mau enggak ngater ibu ke supermarket?” Tanya ibu
“Sekarang bu?” Tanya Alya
“Iya sekarang, sebentar kok” Kata ibu
“Iya bu” Kata Alya
Dan Alya pergi ke supermarket tanpa membawa handphone. Dan setelah Alya pulang dari supermarket Alya menerima pesan salah sambung dari Andi yang seharusnya dikirim kepada temannya yaitu Dani “Sebentar ya Dan mendingan kamu gantiin posisi aku dulu aja! Aku tanggung lagi nganter Revi ke dokter kandungan”.
“Apa? Dokter kandungan?” Kata Alya kaget
Kemudian Alya melihat pesan salah sambung dari Andi “Kemarin siang lho apain si Revi? Lho jangan macam-macam ya sama dia! Sekarang lho punya urusan sama gue karena lho udah bikin masa depan Revi hancur”.
“Sms apa lagi ini? Enggak penting banget, ada apa sih ini sebenarnya?” Tanya Alya
Tiba-tiba Alya menerima telpon dari Andi.
“Hallo Al? maaf Al aku salah sambung” Kata Andi
“Kamu ada masalah apa sih?” Tanya Alya
“Maaf Al aku udah ngelibatin kamu ke masalah aku, sekarang aku kasian banget sama Revi teman aku” Jelas Andi
“Yang mau nginep di rumah kami itu? Kamu lagi ada di dokter kandungan? Ngapain?” Tanya Alya
“Aku lagi nganter Revi Al”
“Aku tahu kok apa permasalahannya dan aku enggak mau bahas itu serinci-rincinya, teman kamu yang melakukan kenapa jadi kamu yang bertanggung jawab?”
“Alya…”
“Aku tahu apa yang kamu lakukan itu bagus banget, tapi kamu fikirin dong perasaan aku!”
“Sayang…”
“Aku tahu ini bukan saatnya aku memikirkan perasaan aku karena kamu lebih mementingkan permasalahan teman kamu”
“Al udah dulu ya, giliran Revi diperiksa nih”
“Apa?”
Pagi harinya di sekolah, Alya berada di kantin.
“Hay Alya Nuria Savana?” Tanya Dinda
“Pagi… pagi-pagi udah ngelamun. Eh eh dengerin cerita baru gue, gue sekarang lagi ngedeketin tetangga baru gue dan dia itu selain ganteng dia tajir banget” Kata Rena
“Gantengnya banget enggak?” Tanya Dinda
“Ya enggak sih tapikan dia berasalh dari keluarga yang terhormat, namanya dia Rama beu… namana aja udah keliatan banget kalau dia itu anak gedongankan?” Kata Rena
“Ceritanya… cinta bertepuk sebelah tangan nih?” Tanya Dinda
“Iya bisa sih dibilang gitu” Jawab Rena
“Kalau gue sekarang lagi nyari cowo ganteng di facebook sama di twitter” Kata Dinda
“Ahh lho selalu aja nyari cowo ganteng” Kata Rena
“Alah lho juga nyari cowo yang tajir terus” Kata Dinda
Kemudian Rena dan Dina saling bertatap wajah kemudian melihat Alya yang sedang melamun.
“Al? lho kenapa sih? Enggak biasanya lho kayak gini? Ada masalah apa?” Tanya Rena
“Iya Al lho kenapa? Curhat sama kita!” Kata Dinda
“Gue mau nanya sama kalian Din, Ren. Kalau ada cowo sama cwe ke dokter kandungan artinya apa?” Tanya Alya
“Ya bisa aja karena mereka suami istri yang mau punya anak” Kata Dinda
“Tapi bisa juga nganter Al, ya… yang pasti kalau pergi ke dokter kandungan mereka mau ya kayak tadi yang diomongin si Dinda, enggak mungkinlah orang sakit gigi pergi ke dokter kandungan, lho kira gigi bisa hamil” Jelas Rena
“Yaiyalah Ren… lho gimana sih?” Kata Dinda
“Terus gue mau nanya lagi sama kalian berdua, apa orang yang ada di rumah sakit itu akan berfikir kalau cowo sama cwe itu suami istri walaupun mereka cuma teman?” Tanya Alya
“Kemungkinan besar iya. Tapi enggak tahu juga sih, iya enggak Ren?” Kata Dinda
“Iya, enggak mungkinlah paling sebagian orang nganggap gitu, tapi jarang-jarang kali Al ada seorang temen nganterin temennya ke dokter kandungan kecuali kalau temennya cwe” Kata Rena
“Apa nanti dokter bakal keceplosan nganggap cowo itu suaminya cwe itu?” Tanya Alya lagi
“Meneketehe” Jawab Dinda
“Iya Al, pagi-pagi lho udah ngasih pertanyaan mana enggak dapet nilai di rapor lagi. Emang kenapa sih lho Al? nanyain yang begituan?” Kata Rena
“Iya Al, pemikiran lho itu jauh banget” Kata Dinda
“Andi kayak gitu” Jelas Alya
“Maksud lho?” Tanya Dinda dan Rena kaget
“Yaiya gitu, Andi nganter temennya ke dokter kandungan dan dengan cara ngebohongin gue, dia bilangnya mau beli sate ternyata dia mau jemput cwe” Jelas Alya
“Apa? Enggak nyangka gue Andi separah itu” Kata Dinda
“Lho harus kuat Al, gue tahu lho pengen banget nangis sekarang” Kata Rena
“Sampe sekarang dia enggak sms gue ataupun nelpon lagi ke gue” Kata Alya
“Udah jangan cengeng gitu! Tarik lagi air matanya sayang dibuang-buang kalau cuma buat cowo gila kayak si Andi. Gue tahu kok perasaan lho kayak gimana sekarang, walaupun kita belum pernah ngalamin hal ini” Kata Rena
“Iya bener, di buku sejarah perjalanan cinta gue enggak pernah tuh kejadian hal kayak gini, gue aja baru denger sekarang, atau mungkin karena lho pacarannya sama orang dewasa Al jadi lho asing banget sama kehidupan Andi yang beda sama lho” Kata Dinda
“Iya Al, ini itu kayak sinetron gitu, Andi emang keterlaluan” Kata Rena
“Tapi… kalian jangan bilang keterlaluan sama Andi! Gue masih cinta kok sama dia, mungkin aja apa yang gue bayangin enggak seperti yang ada dikenyataan” Kata Alya
“Yaelah Al…” Kata Dinda
“Cinta gue sekarang inikan cuma buat Andi” Kata Alya
“Lho enggak sakit hati apa?” Tanya Rena
“Gue akan coba pertahanin semuanya” Jawab Alya dengan keyakinannya
“Alya… cwe yang hatinya kayak lho itu jarang banget Al ditemuin, sabar, ikhlas, baik hati, selalu ngemaafin” Kata Rena
“Heuh… kalau gue sih ogah banget deh, pergi aja sana gue enggak butuh cowo kayak gitu” Kata Dinda
“Kalau menurut gue sih lho itu terlalu baik. Bisa ajakan nanti Andi jadi ngelunjak” Kata Rena
“Ngelunjak itu… enak banget ya ngelunjak di siang hari” Kata Dinda bercanda
“Itu ngerujak Dinda… ini lagi serius nih” Kata Rena
“Udah-udah! Percaya sama gue semuanya akan berjalan dengan lancar!” Kata Alya
“Iya deh gue coba percaya sama lho” Kata Dinda
“Sekarang Andi udah ngehubungin lho?” Tanya Rena
“Belum, cuma gue udah beberapa kali sms dia, miskol dia” Kata Alya
“Tapi enggak dianggap? Beu…” Kata Dinda
“Emang susah nasihatin lho Al” Kata Rena
Dan pada saat pulang sekolah. Dinda dan Rena pergi ke rumah Alya dan Alya menerima sms dari no. Andi yang tertulis “Hay”.
“Din, Ren, Andi sms gue” Kata Alya
“Apa katanya?” TanyaDinda
“Hay doang sih” Jawab Alya
“Bisa aja bukan Andi Al, enggak mungkin kalau Andi enggak pake basa-basi” Kata Rena
“Gue yakin kok ini Andi yang sms” Kata Alya
“Oh ya?” Kata Dinda dan Rena
“Tapi kok enggak ngebales lagi ya? biasanya Andi selalu balas cepat” kata Alya
“Lagi sibuk kali” Kata Rena
“Hmm… kalau lagi sibuk kenapa tadi sms aku?” Kata Alya
“Sabar Al, lho pasti yang lebih ngerti Andi” Kata Rena
Tiba-tiba ada telpon dari Revi.
“Ada telpon-ada telpon, Andi?” Kata Alya
“Angkat-angkat Al!” Kata Dinda
“Loadspeakerin!” Kata Rena
“Hallo Andi?” Kata Ala
“Ini bukan Andi, ini aku Revi” Kata Revi
“Andinya kemana? Kok handphonenya bisa ada di kamu sih?” Tanya Andi
“Dia lagi tidur, kasian dia dari malem sampai pagi dia nemenin aku tidur” Kata Revi
“Hah gila?” Kata Dinda tanpa suara
“Ssttts…!” Kata Rena
“Salam kenal ya Alya?” Kat Revi
“Oh iya, kamu masih ada di rumah Andi?” Tanya Alya
“Iya kamu beruntung sekali Alya punya calon tunangan yang baik hati, bertanggung jawab banget, aku aja yang dari dulu cinta sama Andi enggak pernah dibalas, kamu beruntung banget ya” Kata Revi
“Makasi” Jawab Alya singkat
“Iya memang kenyataan kok” Kata Revi
“Gila yah ini cwe” Kata Dinda tanpa suara
“Oh iya Al, kata Andi kamu tipe perempuan yang mandiri dan enggak pernah cemburuan katanya, aku bolehkan sayang sama Andi?” Tanya Revi
Kemudian Rena dan Dinda saling bertatap wajah dengan wajah bingung.
“E… boleh kok, emang Andi bilang gitu ya?” Kata Alya
“Iya” Kata Revi
“Kamu boleh kok pacaran sama Andi asalakan kamu dan Andi bahagia” Kata Alya
“Bener ya Al?” Tanya Revi
“Iya” Jawab Alya
“Terimakasih banyak ya Al, yaudah udah dulu ya Al, aku mau masak dulu buat Andi” Kata Revi
“Iya sama-sama. Silahkan!” Kata Alya
“Al lho gila apa?” Kata Dinda
“Iya Al, hal konyol apa lagi yang akan lho perbuat?” Tanya Rena
“Lho baik banget sih Al, Andi itu cowo lho dan kalian mau tunangan, lho masih ada hati yang bersih buat ngelakuin ini?” Kata Dinda
“Gue enggak ngerti, sebenernya apa sih yang ada di otak lho? Gimana sih jalan fikrian lho?” Tanya Rena
“Itu semua gue lakuin karena gue sayang sama dia Din, Ren” Jawab Alya
“Dia siapa?” Tanya Dinda dan Rena
“Sama Andi, gue sayang sama Andi, dan gue mau ngelakuin apa aja demi Andi asalkan dia bahagia” Jawab Alya
“Al berapa kali lagi sih gue harus bilang sama lho? Harus ngejelasin semuanya sama lho, arti kata cinta, sayang, itu bukan berarti kita harus nurutin semua keinginan orang yang lho sayang itu” Kata Dinda
“Lagian Al, semua itu belum tentukan bisa ngebahagiain Andi?” Kata Rena
“Gue yakin Revi bisa kok, buktinya tadi dia perhatian sama Andi, dia masakin buat Andi, gue rasa dia bisa gantiin posisi gue sewaktu gue enggak ada, dan Andi juga pasti…” Kata Alya
“Dengan mereka tinggal serumah aja itu udah termasuk hal yang enggak wajar Al, gimana kalau sesuatu terjadi kepada mereka?” Tanya Rena
“Gue juga bingung, gue ngerasa enggak nyaman banget sekarang sama Andi, makanya gue ngelakuin itu dan mikirin hal itu, gue ngerasa makin kesini cinta gue ke Andi itu makin enggak ada” Kata Alya
“Pudar? Sekarang aja lho baru sadar” Kata Rena
“Coba pertahanin dulu aja Al, kalau misalkan ada hal yang kayak gitu lagi, lho baru bertindak!” Kata Dinda
“Thank’s ya Din, Ren” Kata Alya
“Iya Al walaupun kadang-kadang lho itu ngebuat jengkel kita” Kata Dinda
Tiba-tiba ada telpon dari Andi.
“Andi Al, nih-nih!” Kata Rena sambil memberikan handphone kepada Alya
“Hallo?” Kata Alya
“Hallo Al, kok kamu ngejual cinta sih Al? kamu udah enggak cinta sama aku? Cinta kamu palsu buat aku? Pake dikasih-kasihin ke si Revi dia cuma temen aku dan aku ngebantu dia bukan karena aku cinta sama dia” Jelas Alya
“Bukan gitu Ndi, aku ngelakuin itu karena aku juga ngerasain gimana rasanya jadi dia, seperti kamu waktu malem kamu pasti kasiankan sama dia sampe-sampe nganter dia ke dokter kandungan? Sekarang juga aku kayak gitu” Jelas Alya
“Ahh… udahlah!” Kata Andi
“Andi… Hallo? Hallo?” Kata Alya
Kemudian Alya menutup telponnya.
“Andi kenapa Al? Andi marah sama lho?” Tanya Dinda
“Andi marah sama gue Din, Ren” Jelas Alya
“Apa gue bilang?” Tanya Rena
“Terus gue sekarang harus ngapain?” Tanya Alya
“I don’t now” Kata Rena
“Sabar aja Al, kita juga enggak bisa nyalahin lho gitu ajakan? Kita juga tahu kok dan selalu tahu perasaan lho gimana walaupun kita enggak ngalamin hal yang sama” Kata Dinda
“Kita tunggu aja kabar selanjutnya beri satu kesempatan lagi buat si Andi!” Kata Rena
Dan sampai jam 3 sore Alya tidak menerima informasi apa-apa dari Andi, meskipun dia sudah menghubungi Andi berulang kali, dan terpaksa Dinda dan Rena harus pulang dan berpamitan kepada ibu Alya.
“Mamah Alya aku pulang dulu ya?” Kata Rena
“Iya mamah Alya, aku juga” Kata Dinda
“Terimakasih ya udah mau main ke rumah Alya, hati-hati ya dijalannya!” Kata mamah Alya
“Iya mamah Alya” Kata Dinda
“Makasi mamah Alya maaf juga udah ngerepotin” Kata Rena
“Iya enggak papa kok sayang” Kata mamah Alya
“Al kita pulang dulu ya? yang tabah ya Al!” Kata Rena
“Iya Al sampai ketemu besok ya!” Kata Dinda
“Iya makasih Din, Ren” Kata Alya
“Sama-sama” Kata Dinda dan Rena
Dan pada saat Alya pergi ke kamar lagi, Alya mengangkat telpon dari Andi.
“Hallo Andi? Kamu kemana aja sih? Aku telp…” Kata Alya
“Maaf ya aku baru balas soalnya…” Kata Andi
“Kenapa? Soalnya kenapa?” Tanya Alya
“Kamu benar Revi itu enggak beda jauh sama kamu” Kata Andi
“Maksud kamu?” Tanya Alya
“Tadikan aku masuk angin dan aku langsung di kerokin sama Revi dan aku tadi ketiduran sama Revi, dan aku tidur berdua sama Revi di kamar” Jelas Andi
Dan Alya langsung duduk di kasurnya.
“Kenapa? Kok kamu enggak jawab apa-apa?” Tanya Andi
“Aku enggak percaya sedikitpun sama omongan kamu Andi, dan aku yakin kamu cuma manas-manasin akukan? Kamu masih marahkan sama aku jadi kamu pura-pura ngasih kabar ini ke aku?” Kata Alya
“Alya… sumpah demi Allah Alya, aku enggak tahu bisa kayak gini, aku kira kamu enggak akan marah, dan sungguh aku enggak sengaja ngelakuin ini semua” Kata Andi
“Kamu jangan bercanda Andi! Sekarang kamu mau gimana? Kamu fikir aku bakal nanggepin masalah ini dengan spele gitu?” Kata Alya
“Aku enggak tahu aku harus gimana, aku enggak tahu harus ngelakuin apa, tapi aku mau tunangan sama kamu” Kata Andi
“Tunangan? Lebih baik kamu tanggung jawab atas perbuatan kamu ke Revi! Bukannya kamu tahu Revi itu lagi hamil dan bukan anak kamu, sekarang kamu malah… that meaning that you like Danni your friend” Jelas Alya dengan kedewasaannya
“Aku minta maaf Alya” Kata Andi
“Denger ya Andi aku kurang apa sih sama kamu? Aku selalu nyoba sabar mencoba tabah dengan apa yang kamu perbuat, aku selalu memaafkan semua kesalahan kamu, tapi kamu? Kamu malah nyia-nyiain semuanya? aku emang enggak bisa jadi perempuan murahan kayak Revi” Jelas Alya
“Kamu jangan bilang gitu dong sama Revi! Aku minta maaf Alya, aku sungguh benar-benar minta maaf” Kata Andi yang masih membela Revi
“Aku selalu memaafkan kamu bukan berarti aku enggak punya line kesabaran, akukan udah pernah bilang sama kamu sebelumnya, kamu jangan bawa perempuan itu masuk ke rumah kamu, tapi kamu? Kamu malah ngeyel, malah ngebohong sama aku demi dia, demi perempuan itu. Kamu bilang kamu enggak suka sama kebohongan? Denger ya aku enggak suka sama orang yang buat kata khiasan yang cuma buat ngekhias dirinya sendiri” Jelas Alya
“Aku hilaf Al, aku melakukannya tanpa sadar” Kata Andi
“Itu karena kamu hanya mengandalkan nafsu kamu sendiri. Sekarang aku mau tanya satu kali lagi sama kamu dan jawab dengan sejujurnya apa kamu melakukan hal itu sama Revi?” Jelas Alya dengan sangat marahnya
“Sumpah demi Allah aku tidak melakukannya Alya, aku, aku hanya berpelukan dengan Revi sambil tidur” Kata Andi
“Kamu bilang itu hanya? Itu dosa besar Andi kalian bukan mukhrim, anak TK aja tahu, kamu sama aja udah ngekhianatin cinta aku dan kepercayaan aku” Jelas Alya
“Aku udah bilang sama kamu kalau aku enggak sengaja melakukannya Alya” Kata Andi
“Melakukan apa? Kamu bukan cuma pelukankan? Skenario kamu tuh bagus banget tahu enggak” Kata Alya
“Oke kalau gitu aku besok akan datang ke rumah kamu dan menunang kamu” Kata Andi
“Aku enggak mau” Kata Alya
“Kenapa? Kamu enggak yakin sama aku?” Tanya Andi
“Kamu benar-benar tidak mengerti perasaan aku ya” Kata Alya
“Apa sih maksud kamu?” Tanya Andi
Kemudian Alya menutup telephonenya.
“Ya Allah… kenapa harus terulang lagi? Dan ini sudah lebih parah daripada keterlaluan” Kata Alya
Keesokkan harinya di rumah Alya. Dinda dan Rena sudah menjemput Alya.
“Bu… pergi dulu ya? Assalamualaikum” Kata Alya
Dan ibu keluar dari dalam rumahnya.
“Waalaikumsalam… hati-hati!” Kata ibu
“Iya” Kata Alya
Dan pada saat di mobil.
“Al kenapa lho? Kayak yang seneng gitu?” Tanya Dinda
“Masalah kemarin? Memangnya Andi udah ngehubungin lho? Atau malah enggak sama sekali” Tanya Rena
“Ada masalah yang lebih parah dari Din, Ren, gue sengaja pura-pura bahagia supaya ibu gue nganggap gue baik-baik aja” Kata Alya
“Kenapa? Masalah apa?” Tanya Dinda
“Andi nidurin temennya” Kata Alya
“Apa?” Kata Dinda dan Rena kaget
“Bentar-bentar! Maksud lho Andi tidur sama Revi-Revi itu?” Tanya Rena
“Iya dan rasanya itu sakit banget Din, Ren, gue hampir-hampir gila ngeladenin masalah ini” Kata Alya
“Kita juga ngerasain kok Al, dna kita juga yakin lho itu kuat” Kata Dinda
“Terus lho bilang apa sama Andi?” Tanya Rena
“Gue nggak bilang apa-apa sama dia, gue langsung lemes banget Ren, gue cuma nanya apa dia ngelakuin atau enggak?” Kata Alya
“Terus dia jawab apa?” Tanya Dinda
“Dia ngasih jawaban yang bagi dia itu hal yang dia lakuin itu spele, lho fikir dia bilang gini sumpah demi Allah aku enggak ngelakuin apa-apa, aku sama Revi cuma pelukan sambil tidur” Kata Alya
“Emang bener-bener gila tuh si Andi, sialan banget Al. lho bisa-bisanya pacaran sama cowo kayak gitu? Lho ketemu sama dia dimana sih?” Tanya Rena
“Yang sabar ya Al. dia itu dewasa tapi kok… ini itu kayak trap tahu enggak” Kata Dinda
“Gue udah yakin kok sebelumnya kalau semuanya enggak akan bener, gue makin kesini makin tahu aja sifat buruknya dia, gue juga nganggap kalau pelet si Andi itu udah enggak manjur lagi” Kata Alya
“Maksud lho dia pake jampi-jampi gitu buat ngedeketin lho?” Tanya Dinda
“Gue nganggap gitu sih sekarang, ya habis gimana mau cinta coba ketemu aja jarang, gimana mau manjur peletnya natap gue aja enggak pernah” Jelas Alya
“Yang gue takutin itu kalau lho ngelakuin hal yang aneh dia bakal nyantet lho” Kata Dinda
“Dinda… Ssttsss…!” Kata Rena
Dan pada saat jam istirahat di sekolah.
“Lho duluan aja Al, gue belum selesai prakteknya nih” Kata Dinda
“Oh yaudah gue tungg di kantin ya?” Kata Alya
“Oke” Kata Dinda dan Rena
“Aku sekarang mulai berfikir seperti dulu, aku lebih baik menunggu Bisma meskipun Bisma enggak mungkin datang daripada harus sakit hati dengan cinta laki-laki lain yaitu Andi. Dan sekarang aku menyesal telah melukapan Bisma Karisma. Mungkin gue harus membuka bahkan membeli lembaran baru untuk hidup gue selanjutnya gue enggak mungkin nulis diatas tulisan lagi, sebelum menuju ke lembaran baru, gue bakal beli banyak penghapus buat ngehapusin semua kenangan buruk gue bersama mungkin… Cinta Pertama, orang bilang cinta pertama itu susah dilupain tapi menurut gue, gue bisa ngelupain soalnya cinta pertama gue buruk banget tapi gue enggak ngebayangin kalau cinta pertama gue itu Bisma? Happy ending gak ya?” Kata Alya di dalam hatinya
Tiba-tiba datang Rena dan Dinda mengangetkan Alya.
“Hay” Kata Dinda
“Jangan ngelamun!” Kata Rena
“Ye… siapa juga yang lagi ngelamun gue itu lagi mengkhayal sama Bisma” Kata Alya
“Hah? Al lho serius?” Tanya Rena
“Iya Al, lho serius?” Tanya Dinda
“Lho pasti enggak percayakan? Hari ini gue baru sadar ternyata Bisma itu lebih baik daripada Andi dan skait hati sama Bisma itu enggak akan pernah terasa” Kata Alya
“Sumpah Al gue lebih suka lho yang kayak gini. Dan sebenernya waktu itu tuh gue enggak seneng banget waktu lho mau tunangan sam si Andi” Kata Rena
“Iya Al gue juga sama, lho yang kemarin-kemarin itu bukan lho yang sekarang” Kata Dinda
“Dan hari ini gue akan mencoba mencintai Bisma lagi Ye… dan gue akan beli buku sejarah gue yang baru dengan pensil yang baru. Liat aja nanti” Kata Alya
“Itu terbaik. Itu kalimat dan tindakan yang terbaik yang pernah ada di sejarah hidup lho, gue dan Rena” Kata Dinda
“Yaudah nanti siang lho anterin gue ke gudang ya buat ngambil semua barang-barang tentang Bisma lagi dan bakal gue pajang lagi di kamar” Kata Alya
“Ya… gue lebih baik punya sahabat kayak gini, Alya gadis yang gila” Kata Rena
“Ahahahaha” Mereka tertawa
Dan pada saat Alya pulang sekolah.
“Ahaha… sekarangkan lho nganter gue ke gudang buat ngambil barang-barang Bisma nanti lho anter gue ke konser Smash ya!” Kata Alya
“Pasti…” Kata Rena dan Dinda
Tiba-tiba ibu Alya memanggil Alya dan terlihat di luar rumah Alya ada tamu.
“Alya…?” Kata ibu
“Al, ibu lho tuh!” Kata Dinda
“Itu siapa Al?” Tanya Rena
“Enggak tahu tuh. Kesana yuk?” Kata Alya
Dan setelah Alya sampai di depan rumahnya.
“Alya kamu bilang dong sama bapak kalau tunangan kamu itu seperti dia!” Kata bapak
“Alya aku datang untuk menunang kamu” Kata Andi
(senyum terpaksa) aku enggak sudi tunangan sama cowo seperti kamu Andi” Kata Alya
“Alya…?” Kata bapak
“Alya kamu ini apa-apaan sih?” Tanya ibu
“Bu dengerin Alya wanita mana yang enggak sakit hati kalau pacarnya tidur seranjang dengan wanita lain? Ibu sama bapak juga tahukan kalau itu dosa? Apalagi yang belum mukhrimnya” Tanya Alya
“Astagfirullah Alya kamu bicara apa sih? Jelas-jelas Andi itu anak yang baik” Kata ibu
“Denger ya kamu Andi sekarang juga lepasin jampi-jampi kamu di raga ibu sama bapak aku!” Kata Alya
“Alya kamu keterlaluan, dia datang jauh-jauh untuk menunang kamu” Kata bapak
“Aku lebih baik sakit hati nunggu Bisma Karisma yang enggak datang-datang daripada harus tunangan sama laki-laki seperti kamu yang bisanya hanya mengandalkan nafsunya aja” Kata Alya kepada Andi
“Beri aku satu kesempatan lagi!” Kata Andi
“Aku udah ngasih kesempatan sama kamu. Beribu-ribu kesempatan aku itu cuma jadi kayak garam yang dikasih ke laut sekarang kesabaran aku buat kamu udah habis” Kata Alya
“Alya… kamu tidak boleh seperti itu!” Kata bapak
“Pak, Alya itu sekarang lagi belajar mencintai Bisma lagi dan udah 99% masa Alya harus belajar mencintai laki-laki penasfsu ini yang jelas-jelas berbeda jauh dan tidak lebih baik daripada Bisma. Alya enggak mau pak” Jelas Alya
“Kenapa kamu tidak mencobanya lagi Alya?” Tanya bapak
“Pak, apa bapak mau dipermalukan? Enggak maukan? Bapak dengerin Alya! Nanti pada saat Alya dan Andi tunangan tapi itu apabila bukan berarti Alya mau. Nanti bakal banyak perempuan yang datang kesini, ke rumah ini untuk meminta tanggung jawab dari Andi” Kata Alya
“Sstts… Alya” Kata ibu
“Memang benar bu, ibu sama bapak itu sudah terhipnotis sama dia sudah banyak sekali perempuan yang jadi korbannya Andi ibu enggak percaya sama omongan Alya? Ya bisa aja Alya jadi istri satu-satunya dia tapi Alya enggak bisa milikin dia satu-satunya dia itu penjahat dan lebih kejam daripada penjahit ibu sama bapak pasti ngerti itukan?” Kata Alya
“Kamu ini bicara apa Alya?” Tanya bapak
“Aduh bapak… bapak percaya dong sama Alya! Andi lepaskan pelet kamu dari bapak dan ibu saya!” Kata Alya
“Sumpah demi Allah Alya aku tidak… tidak” Kata Andi
“Jangan main-main Andi kamu dengan sumpah, dulu aku percaya kamu tapi sekarang aku enggak percaya lagi” Kata Alya
“Al, aku benar-benar minta maaf” Kata Andi
“Kamu fikir dengan kata-kata itu aku akan mengambil semua perkataan aku yang tadinya pahit kayak empedu lebah bisa jadi manis semanis madu kambing? Maaf ya enggak akan mungkin, pelet kamu buat aku udah luntur” Kata Alya
“Hal apapun akan aku lakukan Alya asalkan kamu mau memaafkan aku, dan jadi nikah sama aku” Kata Andi
“Alya…?” Bentak bapak
“Bapak itu sekarang lagi kena mantra setannya laki-laki ini, buaknnya bapak dulu enggak setuju sama pertunangan ini apalagi sama laki-laki ini tunangannya?” Kata Alya
“Dan kamu yang minta-mintakan agar bapak mau merestuinya. Sekarang bapak sudah setuju kamu malah tidak mengharagai usaha bapak” Kata bapak
“Bapak bukannya gitu, bapak enggak tahu sih laki-laki ini udah ngasih jampi-jampi supaya bapa itu tunduk sama kemauan dia. Pokonya Alya tegasin sekali lagi sama bapak sama ibu, Alya enggak akan pernah mau nikah sama lelaki ini” Kata Alya
“Kamu jangan tidak sopan ya Alya!” Kata bapak
“Pak dengan omongan laki-laki itu aja udah kebukti kalau dia itu mau menghancurkan cita-cita Alya dengan cara menikahi Alya” Kata Alya
Kemudian Alya pergi bersama Dinda dan Rena.
“Bapak sama ibu udah kehipnotis sama si penafsu ini. Ayo Din, Ren, kita pergi dari sini! Gue jadi males pulang” Kata Alya
“Mau kemana Alya?” Tanya ibu
“Alya malas pulang bu” Jawab Alya
Pada saat di mobil.
“Sorrry ya Al gue enggak bisa bantu lho ngomong tadi!” Kara Rena
“Enggak papa kok, lho bener Ren, Din yang nentuin itu bukan siapa-siapa tapi gue sendiri” Kata Alya
Di rumah Alya.
“Maafkan Alya ya Andi?” Kata bapak
“Iya nak Andi” Kata ibu
“Enggak papa bu, pak. Saya akan membawa Alya pulang sekarang juga. Hallo? Sekarang lho ikutin Alya dan bawa dia ke markas!” Kata Andi
“Nak Andi menelpon siapa?” Tanya ibu
“Enggak kok bu, yasudah kalau begitu saya pergi dulu untuk mencari Alya bu” Jawab Andi
Di perjalanan Alya, Dinda, dan Rena.
“Eh-eh mereka siapa Al?” Tanya Dinda
“Gue juga enggak tahu Din, Ren. Eh mereka kesini” Kata Alya panik
“Ayo turun!” Kata penjahat itu
“Eh ini apa-apaan nih? Kalian siapa?” Tanya Alya
“Lepasin!” Kata Dinda
“Jangan macam-macam ya sama kita” Kata Rena
“Jangan banyak omong ayo masuk mobil!” Kata penjahat itu
“Itu mobil saya gimana?” Tanya Rena
“Ayo ah!” Kata ketiga penjahat itu
Setelah mereka sampai di rumah tua. Disana sudah ada Andi.
“Lepasin gue ahh!” Kata Alya
“Ini bos orangnya!” Kata salah satu penjahat
“Andi?” Kata Alya kaget
“Selamat datang Alya di istanaku tercinta ini” Kata Andi
“Maksud lho apa hah?” Tanya Alya
“Ya ini dia rumah yang megah yang sering gue ceritain ke lho” Jelas Andi
“Jadi lho bohong sama gue kalau lho itu…” Kata Alya tidka percaya
“Iya gue bohong. Gue enggak butuh temannya, suruh mereka pergi!” Kata Andi
“Kita enggak bakal pergi tanpa Alya” Kata Rena
“Iya kitakan datang bareng-bareng” Kata Dinda
“Banyak omong” Kata penjahat yang memegang Dinda dan Rena
Si penjahat itu memukul Dinda dan Rena sampai pinsan.
“Eh kalian apain temen gue? Andi lho pengecut ya” Kata Alya
“Oh ya? Alya… Alya… kamu belum mengenal saya, siapa aja yang punya urusan dengan saya dia enggak akan pernah menang” Kata Andi
“Kata siapa? Gue selalu jadi juara kelas, Mau lho apa hah?” Tanya Alya
“Gue cuma mau  lho nikah sama gue” Kata Andi
“Guekan udah bilang sama lho gue enggak sudi, lho itu gila, lho itu enggak beda jauh sama om-om yang ada di diskotik tahu enggak?” Kata Alya
“Terserah lho mau ngomong apa kek, yang terpenting sekarang lho nikah sama gue kalau enggak nyawa orangtua lho yang akan jadi korban” Kata Andi
“Eh lho jangan bawa keluarga gue ke masalah ini ya! dan lho juga jangan mempermalukan keluarga gue” Kata Alya
“Yasudah kalau begitu menikalah denganku Alya!” Kata Andi sambil memegang pipi Alya
“Gue enggak mau, lho itu bukan laki-laki yang bener, gue enggak mau dijadiin permen karet” Kata Alya
“Oh… ternyata lho ngerti bisnis permen karet?” Tanya Andi
“Gue bisa ya ngeludahin lho” Kata Alya
“Silahkan aja! Tapi enggak bakalan kena” Kata Andi
“Lepasin gue! Lho licik ya, gue dipegangin gini mana bisa gue ngeludah di depan wajah lho yang very badface “ Kata Alya
“Anak SMA udah berani ya” Kata Andi
“Lho juga dewasa tapi drama, over drama” Kata Alya
“Lho jangan banyak omong ya!” Kata Andi sambil menampar Alya
“Aw” Kata Alya yang ditampar oleh Andi
“Lama-lama lho juga yang gue matiin” Kata Andi
“Gue enggak takut” Kata Alya
“Ih… dasar cwe enggak tahu diuntung” Kata Andi
“Diuntung? Emang gue dapet keuntungan apa dari lho?” Tanya Alya
“Oke kalau lho masih berani juga sama gue, sekarang gue bakal manggil semua anak buah gue buat ngebunuh orangtuan lho” Kata Andi
“Enggak lucu ya dramanya. Bisanya keroyokan dewasa kekanak-kanakkan tahu enggak?” Kata Alya
“Satu…” Kata Andi
“Kalau lho mau bunuh orangtua gue, bunuh gue dulu!” Kata Alya
“Lho itu pinter banget ya, gue itu enggak butuh orangtua lho yang gue butuhin itu lho” Kata Andi
“Lepasin gue laki-laki penafsu!” Kata Alya
“Asalkan lho mau nikah sama gue” Kata Andi
Tiba-tiba ada telpon dari orangtua Alya dan Alya ditutup mulutnya.
“Ada apa bu? saya masih mencari Alya bu, nanti saya akan bawa pulang Alya. Ibu tenang ya!” Kata Andi
Kemudian Alya tidak ditutup lagi mulutnya.
“Munafik lho” Kata Alya
“Jadi gimana? Bawa paksa dia cepat!” Kata Andi
“Gue bisa aja kabur ya dari lho” Kata Alya
“Terus?” Kata Andi
“Ya gue kasihan aja orangtua gue” Kata Alya
“Bagus kalau gitu” Kata Andi
Setelah sampai di rumah Alya.
“Alya kamu sudah pulang?” Tanya bapak
“Kamu kok kotor begitu? Dinda? Rena? Kok muka kalian?” Tanya ibu
“Masuk guys!” Kata Alya kepada Dinda dan Rena
“Andi dimana mereka ditemukan?” Tanya ibu
“Mereka tadi hampir aja ketabrak bu, jadi saya tolongin mereka” Jawab Andi
“Terimakasih banyak ya Andi kamu memang menantu yang baik” Kata bapak
Keesokkan harinya Alya sudah didandani oleh perias pengantin.
“Enggak usah cantik-cantik deh! Sana keluar!” Kata Alya
“Al gue pasti doain yang terbaik buat lho” Kata Rena
“Maafin gue ya kalian jadi harus terlibat dalam masalah gue” Kata Alya
“Eggak papa kok, kitakan sahabat” Kata Dinda
“Oh iya tapi gue enggak cinta sama Andi sama sekali, kebusukannya udah gue tahu” Kata Alya
“Kita lihat aja nanti bakal ada apa Allah swt kan selalu ngedenger doa kamu kok Al percaya sama kita!” Kata Dinda
“Thank’s ya” Kata Alya
“Iya. kita bakal bantu lho kok buat keluar dari masalah ini kok” Kata Rena
Pada saat Alya dibawa ke samping Andi. Mereka malah berbisik-bisik.
“Lepasin gue ahh!” Kata Alya
“Duduk disamping aku Al!” Kata Andi
“Jangan so’ imut deh lho! Gue yakin lho enggak akan pernah menang” Kata Alya
“Lihat aja nanti siapa yang lebih pintar!” Kata Andi
“Bu, Alya enggak mau nikah, tunangan aja enggak mau apalagi nikah” Kata Alya
“Alya” Bentak bapak
“Bagaimana siap untuk dimulai acaranya?” Tanya penghulu
“Pak penghulu beri saya waktu untuk mengejar cita-cita saya! Saya belum jadi penulis hebat seperti Raditya Dika saya juga belum ketemua sama Bisma, belum pacaran sama Bisma” Kata Alya
“Alya kamu apa-apaan sih?” Tanya bapak
“Pak penghulu saya enggak mau pernikahan dini. Saya masih sekolah” Kata Alya
“Jadi bagaimana ini? Saya sudah kehilangan waktu banyak untuk menunggu mempelai siap, pernikahan bukan permainan ya” Kata pak penghulu sedikit marah
“Lanjutkan saja pak!” Kata Andi
“Eh munafik diem ya lho!” Kata Alya
“Alya?” Bentak bapak
“Pak, sekarang bapak boleh pergi saya tidak jadi menikah!” Kata Alya
“Tidak pak, kita jadi nikah, saya akan bayar bapak berapun. Lho jangan macam-macam ya!” Kata Andi
“Eh lho tuh yang jangan ngerusak masa depan ABG” Kata Alya
Pada saat acara akan dimulai datang 2 orang perempuan yang hadir ke acara pernikahan Alya dan Andi.
“Tunggu!” Kata Revi
“Pak, bu! ini saatnya kebusukkan Andi terbongkar” Kata Alya
“Revi? Puspa?” Kata Andi kaget
“Bapak sama ibu jangan mau menikahkan Alya dengan laki-laki ini!” Kata Revi
“Revi kamu apa-apaan sih?” Tanya Andi
“Oh jadi ini yang namanya Revi yang hamil duluan itu? Yang udah tidur sama kamu itu?” Kata Alya
“Aku datang kesini untuk menolong kamu Alya” Kata Revi
“I don’t care. Terus itu satu lagi siapa?” Tanya Alya
“Kamu yang sopan ya! saya Puspa istrinya Andi kita mau menikah tahun depan” Kata Puspa
“Ohh… tapi kok calon suami lho tega ya ngekhianatin lho?” Kata Alya
“Alya… kamu sudah mempermalukan bapak” Kata bapak
“Bapak, aku bertingkah enggak sopan karena Alya tahu mana yang salah mana yang benar, Rena sama Dinda tahu kok dan bisa ngertiin Alya” Jelas Alya
“Heh kamu jangan ngaku-ngaku ya!” Kata Andi kepada Revi
“Andi kita itu…” Kata Puspa
“Stop ini rumah gue jadi kalau kalian mau berantem jangan disini!” Kata Alya
“Al… lho banyak omong ya” Kata Andi
Kemudian Andi menyimpan pisau di leher Alya.
“Andi? Kamu mau apakan anak saya? Jadi kamu selama ini menipu kami” Kata bapak
“Iya pak, jangan mendekat!” Kata Andi
“Apa urusan kamu melarang saya mendekati anak saya” Kata bapak
“Pak jangan dekatin Alya! Alya bisa jaga sendiri kok” Kata Alya
Kemudian Dinda dan Rena menelpon polisi secara bersembunyi.
“Hallo pak disini ada keributan tolong kami pak. baik pak, secepatnya ya pak!” Kata Dinda
“Alya…” Kata ibu
“Ibu jangan takut!” Kata Alya
“Diam lho ngomong terus” Kat Andi
“Mulut-mulut gue, lepasin pisau itu dari leher gue!” Kata Alya
“Semudah itu?” Tanya Andi
“Ini bukan sinetron ya? Juga bukan film action” Kata Alya
“Andi ayo pulang!” Kata Puspa
“Diam kamu!” Kata Andi
“Andi dia masih kecil dia masih…” Kata Revi
“Ya terus masalahnya buat lho?” Kata Andi
“Angkat tangan sodara Andi! Sekarang anda tidak bisa lari lagi dari kami” Kata polisi yang baru saja datang
“Hah?” Kata Andi kaget kemudian melepaskan pisau yang ada di leher Alya
“Sekarang anda ikut kami ke kantor polisi!” Kata polisi
“Pak saya tidak mau lagi bertemu dengan anda” Kata Andi
“Bapak… ibu… terimakasih sudah membantu kami menemukan orang ini” Kata salah satu orang polisi
“Maksud bapak dia buronan?” Tanya bapak
“Iya pak, dia sangat terkenal di salah satu daerah, dan sekarang kami tidak tahu kalau dia kabur ke daerah bapak ini” Kata komandan polisi itu
“Pak polisi terimakasih banyak” Kata Alya
“Sama-sama. Ayo bawa dia!” Kata pak polisi
“Lihat aja lho nanti Alya!” Kata Andi
“Kenapa? Mendekam aja lho dipenjara selamanya” Kata Alya
“Alya maafkan bapak ya” Kata bapak
“Iya maafin Alya juga ya” Kata alya sambil mencium tangan bapak
“Sekarang aku mulai mengerti kalau kita mau melakukan sesuatu yang baik selalu aja ada godaannya seperti seorang pelajar pada saat mereka akan menggapai cita-citanya mereka selalu berhadapan dengan rintangan dan hanya ada 2 pilihan menanggapinya dengan menerima rintangan sebagai masa depan atau menghindarinya kalau bisa menghancurkannya. Dan gue salah satu pelajar yang udah kejebak sama rintangan itu walaupun gue bisa menghacurkannya jadi kalian harus lebih hati-hati daripada gue” Kata Alya di dalam hatinya
Pada sore hari di caffe seperti biasa Dinda dan Rena sudah menunggu Alya, tidak lama setelah itu Alya datang membawa barang-barang Bisma.
“Alya mana sih? Katanya janjian disini? Tapi kok belum datang juga?” Kata Rena
“Konsernya bisa kebagian paling belakang nih” Kata Dinda
“Eh itu si Alya?” Kata Rena
“Hay sorry ya gue lama habis gue berat banget bawa barang-barang ini” Kata Alya sambil menyimpan kardus di atas meja
“Lho gila Al, lho bener-bener gila” Kata Dinda
“Gue bakal buktiin kalau gue itu smashblast dan bismaniak fanatic” Kata Alya
“Yaudah kita pergi sekarang yuk. Nanti kebagian tempat paling belakang lagi” Kata Dinda
“Memang pake kursi konsernya?” Tanya Alya
“Enggak sih, berdiri” Jelas Dinda
“Yaudah kita sempit-sempitan aja. Ayo ahh! Ini itu hari yang paling penting buat gue tulis di buku sejarah gue” Kata Alya
“Kegilaan inilah yang gue suka dari lho Al” Kata Rena
“Masa lalu get out” Kata Alya
Setelah sampai di tempat konser Smash. Alya, Dinda, Rena berdiri paling depan. Kemudian Smash menyanyikan lagu Pahat Hati. Alya berteriak sekencang-kencangnya.
“Bisma…” Teriak Alya
“A… Bisma keren tuh, gue suka Smash sekarang” Kata Rena
“Gue juga…” Kata Dinda
Kemudian Bisma menjabat tangan Alya. Dunia berasa berhenti dan hanya ada Alya dan Bisma yang sedang berpegangan tangan. Kemudian Bisma melepaskannya dan kembali menyanyi dengan memberikan senyuman kepada Alya. Alya senang tidak kepalang dan kembali menonton Smash.
“Gue janji suatu saat gue bakal bikin film yang melibatkan kisah gue dan nama Bisma judulnya “AKU MENYESAL MELUPAKAN BISMA KARISMA” gue enggak pernah nyangka gue bakal pacaran sama seorang buronan polisi dan yang lebih gue heranin seorang buronan polisi bisa jadi seorang buronan cinta. Gue yakin film gue bakal lebih tenar daripada film Romeo & Juliet karya William Shakspeare dan gue juga bakal nyeritain pengalaman hidup gue ini sama Bisma, dan gue enggak sabar gimana sih ekspresi dia? Semangat gue kembali lagi terimakasih Bisma”
Selesai