Penulis Gagal
Selasa, 13 Agustus 2013
Aku Menyesal Melupakan Bisma Karisma
Aku Menyesal Melupakan Bisma Karisma
Penulis idea dan skenario : Nuraeni Erina Aswari
Pada
suatu hari ada seorang perempuan bernama Alya Nuria Savana, atau biasa
dipanggil Alya, Alya ini suka banget sama Bisma Karisma, dan membuatnya menjadi
sangat benci untuk menjalin pacaran. Di sekolahnya dia mempunyai dua sahabat
yang selalu menemaninya, yaitu Dinda dan Rena.
“Si Rena kenapa sih Din? Dari
tadi ngelamun aja. Heh Rena?” Kata Alya
“Hey Rena?” Kata Dinda
“Kenapa sih?” Tanya Rena yang merasa terganggu
“Eh lho tuh yang kenapa? Dari
tadi senyam-senyum sendiri” Kata Alya
“Iya kayak orang gila tahu gak?”
Kata Dinda menambahkan
“Sirik aja sih kalian berdua.
Tadi pagi gue tuh ketemu sama cowo ganteng, terus dia ngeliatin gue terus dan
dia itu ngasih senyuman manis sama gue, a…” Kata
Rena dengan percaya dirinya
“Meskipun tatapan matanya enggak
sengaja buat ngeliat lho?” Tanya Dinda
“Apaan sih? gue yakin dia
sangaja kok” Jawab Rena
“Gantengan mana sama pangeran
gue?” Tanya Alya
“Pangeran? Sejak kapan lho punya
pangeran? Pangeran cinta? kalau menurut gue sih enggak mungkin deh kayaknya.
Lho kan perempuan anti cinta jadi kayaknya enggak mungkin pangeran cinta”Kata Rena
“Ren… lho kayak yang enggak tahu
aja siapa pangeran cintanya si Alya. Siapa lagi kalau bukan pengeran BISMA
KARISMA” Jelas Dinda
“Ahahaha… ngefans-ngefans aja
kali Al, jangan sampai ngarep jadi pacarnya, mending kayak gue satu bulan udah
dua cowo gue taklukin” Kata Rena
“Iya lho tuh, om-om aja mau” Kata Alya
“Enak aja lho, amit-amit deh” Kata Rena
“Menurut gue sih cinta itu
enggak ada, dan cowo setia itu enggak ada tuh” Jelas Alya
“Kata siapa lho Al? jangan salah
ngomong! Kalau udah terpanah oleh cinta. ahh… udah deh lho kelepek-kelepek” Bantah Dinda
“Gue itu masih nunggu Bisma,
enggaklah gue pasti ngejaga bibir, mata , dan telinga gue juga, gue itu enggak
punya cinta sama Bisma, tapi gue cuma punya sayang” Jelas Alya lagi
“Ahahaha… sekarang lho bilang
kayak gitu, besok-besok lho enggak akan bisa deh” Kata Dinda
“Betul tuh, awas jangan sampai
kemakan omongan lho sendiri!” Kata Rena
“Cinta itu ngebuat kita buta Al.
bukan cinta yang buta. Tapi kita yang bakal dibutain sama cinta. Al… kalau sama
Bisma jangan ngarep deh lho. Cape-cape enggak ada gunanya. Percuma! Dia itu
artist” Kata Dinda
“Stop…stop…stop… ALYA NURIA
SAVANA perempuan anti cinta” Kata Alya
“Gimana lho aja deh, dibilangin
enggak percaya” Kata Dinda
“Denger ya! cinta itu cuma
perasaan yang enggak beda jauh sama perasaan benci, sayang, takut, suka dan
sebagainyalah. Cinta itu cuma kalimat yang dibuat lebay oleh bangsa pribumi,
buktinya perjodohan atau pernikahan tanpa didasari dengan cinta
langgeng-langgeng aja tuh” Jelas Alya
“Baiklah professor Alya Nuria
Savana” Kata Rena
Dan
pada saat pulang sekolah.
“Eh main ke rumah gue yuk? Rumah
gue sepi nih” Ajak Alya kepada Rena dan
Dinda
“Gimana ya Al?” Kata Rena ragu
“Udah tenang aja di rumah gue
banyak cemilan kok” Kata Alya
“Beneran Al?” Tanya Dinda
“Yeh… mas gue bohong, ayo mau
enggak?” Kata Alya
“Iya deh, yuk Ren!” Kata Dinda
Dan
setelah mereka sampai di rumah Alya.
“Rumah lho sepi banget Al” Kata Dinda
“Dibilangin, makanya gue ajak
kalian berdua ke rumah gue” Kata Alya
“Kemana orangtua lho?” Tanya Dinda
“Ke rumah nenek gue” Jawab Alya
“Lho kok enggak ikut?” Tanya Rena
“Gue kan sekolah. Ayo masuk,
langsung ke kamar gue ya!” Jawab Alya
Kemudian
Alya membawa Dinda dan Rena ke kamarnya.
“YaAllah Al… ini kamar lho atau
kamarnya Bisma sih?” Tanya Rena
“Kamar gue lah” Jawab Alya
“Gila, lho semuanya tembok rame
banget, dominan foto Bisma lagi” Kata
Dinda
“Orangtua lho enggak ngomong
apa-apa?” Tanya Rena
“Mamah gue itu baik banget, ya
memang sih bapak gue suka ngomong. Silahkan aja liat-liat kamar gue! Gue mau
ambil air buat minum kalian. Kalian mau minum apa? Tunggu ya!” Kata Alya
“Iya, terserah lho aja deh, asal
jangan air comberan” Kata Rena
“Memang bener-bener gila si
Alya. Pantesan aja dia selalu rindu sama Bisma, orang di kamarnya foto Bisma
semua” Kata Dinda
“Tapi kenapa dia enggak pernah
mau ketemu sama Bisma ya?” Tanya Rena
Tiba-tiba
Alya datang membawa air minum dan juga cemilan untuk Dinda dan Rena.
“Gue itu bukannya enggak mau,
tapi gue itu malu” Jelas Alya
“Malu? Kenapa harus malu?” Tanya Dinda
“Ya bayangin aja dong kalau
ketemu dia pastikan dia itu banyak fansnya bukan cuma gue, masa gue harus
ekstreem dan cari perhatian di depan dia?” Kata
Alya
“Malu tapi maukan lho? Secara
kan Bisa itu orang ka… terkenal gitu” Tanya
Rena
“Tadi lho mau bilang apa hah?” Tanya Alya
“Enggak Al… ampun Al” Kata Rena bercanda
Dan
teman-teman Alya pun segera pulang, karena sudah sore.
“Al… gue pulang dulu ya?” Kata Dinda
“Iya… gue juga. Bye-bye Alya” Kata Rena
“Hati-hati ya Din, Ren!” Kata Alya
“Oke Sip” Kata Dinda dan Rena
Dan
satu tahun kemudian… Alya masih menunggu Bisma. Pada suatu hari di sekolah.
“Ahahaha sampai kapan Al?” Tanya Dinda
“Alya wanita si penghayal” Jelas Rena
“Apaan sih kalian?” Tanya alya
“Lho masih nunggu lebaran
monyet?” Tanya Dinda
“Atau nunggu bulan jadi dua?” Tanya Rena
“Ya paling kalau gue punya pacar
atau sampai Bisma nikah, Bisma selalu ada di hati gue” Jelas Alya
“Hah? Coba ulangi lagi!” Kata Dinda
“Lho enggak sakit kan Al?” Tanya Rena
“Sejak kapan lho ngomongin
pacar?” Tanya Dinda
“20 detik yang lalu” Jawab Alya sambil mengambil minum
“Ahahahahahahahaha” Dinda dan Rena tertawa terbahak-bahak
“Kok kalian pada ngetawain gue
sih?” Tanya Alya
“Gak salah ngomong? Kayaknya
Alya Nuria Savana mulai cape nih nungguin pulang pangerannya” Kata Rena
“Apa gue bilang satu tahun yang
lalu? Kayaknya Alya udah punya gebetan nih. Siapa tuh?” Kata Dinda
“Gebetan apa sih? Sumpah gue
enggak punya” Jawab Alya
“Akhirnya satu tahun penantian
panjang, kamu udah kecapean juga” Kata
Dinda
“Jangan ngarep gue bakal
ngelupain Bisma ya!” Kata Alya
“Kayak lagu setia band aja jangan ngarep” Kata
Dinda
“Kalau udah punya pacar, lho
pasti lupa sama Bisma, seriusan, beneran, percaya deh sama gue!” Jelas Rena
Dan
pada saat Alya pulang sekolah, Alya pulang sendirian dan berjalan kaki, Alya
melihat seorang pencuri yang akan mengambil dompet seorang laki-laki yang
sedang memperbaiki mobilnya.
“Hey… lho mau nyuri ya?” Kata Alya sambil ngejar malingnya
Dan
pencuri itu langsung lari begitu saja.
“Makasih ya?” Kata Andi
“Sama-sama” Jawab Alya jutek
“Kalau enggak ada kamu aku pasti
udah kecopetan” Jelas Andi
“Enggak. Biasa aja” Jawab Alya
Dan
pada saat Alya akan pergi, Andi menarik tangan Alya dan membuat Alya marah.
“Hey” Kata Andi
“Jangan sentuh gue. Don’t
disturb me!” Kata Alya
“Nama aku Andi” Kata Andi
“Alya, diusahakan jangan pernah
memegang wanita yang bukan mukhrim!” Kata
dengan kejuteknya
“Ma’af. Enggak sengaja” Kata Andi
Kemudian
Andi mengajak Alya ke tempat makan.
“Kalau aku boleh tahu, kamu
sekolah kelas berapa?” Tanya Andi
“Kelas 2 SMA, kamu sendiri?” Tanya Alya
“Aku udah kerja dan usia aku
udah 23 tahun” Jelas Andi
“Hah? 23 tahun kok udah kerja
sih?” Tanya Alya kaget
“Kenapa kaget? Enggak ada
salahnya kan kalau kita temenan?” Kata
Andi
“Enggak ada yang salah sih. Tapi
aku jadi bingung manggil kamu apa? Enggak mungkin aku bilang kamu, enggak
sopan. Kamukan lebih tua dari aku” Kata
Alya
“Terserah apa aja. Kamu mau
manggil aku dengan sebutan apa” Jelas
Andi
“Kamu kerja apa?” Tanya Alya
“Aku bekerja sebagai masinis” Jawab Andi
“Wow… hebat banget ya? orangtua
kamu pasti bangga punya anak seperti kamu” Kata
Alya
“Iya, tapi sayang orangtua aku
udah meninggal” Kata Andi
“Ohh… Ma’af! Pastikan mereka
seneng di sana liat kau sesukses ini” Jelas
Alya
“Ya mudah-mudahan. Makanya aku
pesan sama kamu kejar cita-cita kamu dan sayangilah kedua orangtua kamu! Aku
yakin kamu pasti bisa” Kata Andi
“Kamu tinggal sama siapa
sekarang?” Tanya Alya
“Aku tinggal sama adik angkatku.
Ya walaupun dia bukan adik kandung tapi aku snagat menyayangi dia. Kasihan dia
masih kecil 8tahunanlah udah jadi pengemis, dan aku angkat aja dia jadi adik
aku sendiri, daripada aku tinggal sendiri” Jelas
Andi
“Kamu hebat loh, salut deh sama
kamu” Kata Alya
“Itu karena dia anak yatim piatu
sama kayak aku” Jelas Andi
“Tapi kamu mempunyai hati yang
tulus” Kata Alya yang hatinya mulai luluh
kepada Andi
“Aku boleh minta no. handphone
kamu?” Tanya Andi
“E… boleh kok” Jawab Alya
Dan
setelah mereka makan di restoran.
“Kamu mau aku anterin pulang?” Tanya Andi
“Ohh… enggak usah, nanti
bisa-bisa kamu dimarahin” Kata Alya
“Dimarahin sama siapa?” Tanya Andi
“Sama bapak aku, bapak aku itu
galak. Pacaran aja aku enggak boleh” Jelas
Alya
“Mungkin itu karena bapak kamu
sayang sama kamu” Kata Andi
“Aku juga enggak tahu. Akukan
masih nunggu Bisma” Kata Alya
“Bisma? Pacar kamu?” Tanya Andi
“Bukanlah. Pacar khayalan iya.
Yaudah aku pulang dulu ya” Kata Alya
“Iya… hati-hati ya! nanti aku
sms kamu. Gadis itu baik sekali dan sangat polos tapi sayang sekali saking baik
dan polosnya membuat dia menjadi korbanku selanjutnya” Kata Andi
Dan
pada saat malam harinya. Alya menerima sms dari Andi yang tertulis “Hay”
“Ini siapa ya? Apa jangan-jangan
Andi. Iya ini pasti andi. Hay juga” Kata
Alya dengan bahagia dan membalas sms Andi
Tiba-tiba
ada telpon dari Dinda.
“Hay Alya. Lagi ngapain nih?” Tanya Dinda
“Lagi sms-an aja nih” Jawab Alya
“Sms-an? Sama siapa? Si Rena?
Enggak biasanya lho suka sms-an?” Kata
Dinda
“Enggak papa dong sekali-sekali”
Kata Alya
“Ya aneh aja. Kalau boleh tahu
sms-an sama siapa sih?” Tanya Dinda
“Udah tenang aja besok gue
cerita sama lho” Kata Alya
Dan
pagi harinya di sekolah.
“Ahahaha…” Kata Rena dan Dinda setelah mendengar penjelasan dari Alya
“Kok kalian gitu sih? Emang ada
yang lucu ya pake ketawa-ketiwi segala? Gue itu cuma temenan aja sama dia” Jelas Alya
“Rena?” Kata Dinda sambil melirik kepada Rena
“Ahahaha… biasanya ya Al, kalau
ada cowo minta no. handphone cwe pasti ada maunya” Jelas Rena
“Maksud lho?” Tanya Alya
“Dia masih bego juga Ren” Kata Dinda
“Si cowo itu naksir sama si cwe
itu” Kata Rena
“Enggak kok, dia malah bilang ke
aku kalau aku harus kejar cita-cita aku, menyayangi orangtua aku sendiri, jadi
dia enggak mungkin naksir sama aku. Secaran akukan calon pacarnya Bisma” Kata Alya
“Al…” Kata Dinda
“Iya?” Kata Alya
“Sejak kapan lho bilang aku?
Jangan bilang sejak cowo itu si Andi!” Kata
Dinda
“Emang kenapa? Enggak ada
salahnyakan gue berubah jadi lebih baik karena dia?” Tanya Alya
“Bisma mau lho kemanain Al?” Tanya Rena
“Guekan udah bilang sama kalian
kalau gue enggak pacaran sama si Andi” Kata
Alya
“Itu sekarang Al, iya enggak
Ren?” Kata Dinda
“Bener banget tuh, bisa aja si
Andi nanti nembak lho” Kata Rena
“Masa iya sih?” Tanya
Alya di dalam hatinya
Dan
pada saat pulang sekolah.
“Nih ya kalau nanti gue punya
anak sama Bisma gue bakal kasih nama anak gue dari huruf C” Jelas Alya
“Kenapa tuh kenapa?” Tanya Dinda
“Soalnya nama guekan inisialnya
dari A, Bisma dari B, jadi anak gue harus C dong jadi panggil keluarga gue keluarga
ABC” Jelas Alya
“Ahahaha… bisa banget tuh” Kata Rena
“Emang bisa ya lho bertahan?
Emang Bisma mau sama lho?” Tanya Dinda
“Gue bakal prustasi banget kalau
semua itu enggak bakal terjadi, dan gue enggak akan pernah mengkhayal dia lagi
karena udah terlalu gila banget” Jelas
Alya
“Baguslah kalau lho jadi enggak
ngekhayal Bisma lagi” Kata Dinda
“Alya…” Kata Andi
“Andi? Ngapain disini? Punya
adik yang sekolahnya disini?” Tanya Alya
“Enggak kok, aku sengaja kesini
mau ketemu kamu lagi” Jeawab Andi
“Oh jadi ini yang namanya Andi,
kenalin aku Rena temennya Alya” Kata Rena
“Aku Dinda temennya Alya juga.
Ternyata Andi ganteng juga ya? kok bisa sih mau deket-deket sama Alya gadis
pengkhayal?” Kata Dinda
“Apaan sih lho? Jangan
malu-maluin gue deh!” Kata Alya
“Yaudah mas Andi bawa aja
Alyanya! Iya enggak Din?” Kata Rema
“Iya banget tuh” Kata Dinda
“Eh lho jangan nyari cara supaya
gue bolos ngaji ya!” Kata Alya
“Enggak kok, kita cuma temenan
enggak lebih dari itu” Jelas Andi
“Denger tuh pake kuping!
Dibilangin enggak percaya” Kata Alya
“Yaudahlah Din kita pulang
duluan yuk” Kata Rena
“Yuk… bye bye Alya” Kata Dinda
“Hati-hati di jalan ya!” Kata
Rena
“Sipp… lho juga tuh jangan
pacaran terus!” Kata Dinda
“Lihat besok ya!” Kata Alya
Dan
setelah Dinda dan Rena pergi.
“Al…” Kata Andi
“Iya?” Tanya Alya
“Kamu mau enggak aku ajak makan
siang? Mau ya please! Temenin aku makan siang sebentar aja” Tanya Andi
“Boleh” Jawab Alya singkat
Dan
pada saat di tempat makan.
“Al…sebenarnya aku ajak kamu
kesini bukan hanya untuk ngajak makan kamu aja, aku mau bilang sesuatu sama
kamu” Kata Andi
“Bilang apa? Maaf…” Kata Alya kaget dan ingin meninggalkan
tempat itu
“Ini mas makananya” Kata seorang pelayan caffe
“Oh iya makasih” Kata Andi
“Permisi” Kata pelayan caffe
“Kamu jangan pergi! Aku mau
tanya satu hal sama kamu” Kata Andi
“Tanya apa?” Tanya Alya
“Kamu udah punya pacar?” Tanya Andi
“Aku?” Kata Alya
“Iya kamu” Jawab Andi
“Aku enggak punya pacar, aku
enggak boleh pacaran sama bapak” Jelas
Alya
“Kenapa? Kamu kok keliatannya
buru-buru gitu?” Tanya Andi
“Enggak papa kok, aku takut
pulang terlambat” Kata Alya
“Aku bakal anterin kamu pulang
kok” Kata Andi
“Jangan! Bapak aku galak banget,
pokonya aku enggak mau pacaran titik” Jelas
Alya sedikit emosi
“Kok jadi ke aku marahnya?” Tanya Andi
“Maaf aku enggak sengaja, aku
emang suka kayak gitu. Maaf ya” Kata Alya
“Iya enggak papa kok Al” Jawab Andi
“Iya” Kata Alya
“Dari pertama aku ketemu kamu
aku tuh kagum banget sama kamu, kamu itu mandiri kayak orang dewasa. Kamu mau
enggak jadi isteri aku?” Kata Andi
“Hah?” kata Alya kaget sambil batuk tak tertahan
“Kamu kenapa? Minum dulu! Maaf
ya aku terlalu kecepetan ya? aku enggak tahu tapi hati aku memilih kamu” Jelas Andi
“Kamu kok gitu sih? Kamu bilang
ke aku katanya kejar dulu cita-cita kamu, tapi kok kamu… bener kata sahabat aku
kamu itu ada maunya, maaf aku harus pulang aku mau ngaji” Kata Alya marah
“Alya… Alya aku tahu aku salah” Kata Andi
“Kamu salah besar dan amat
besar” Kata Alya
“Aku minta maaf ya please!” Kata Andi
“Untuk kali ini aku maafin kamu,
tapi aku enggak mau denger lagi kamu bilang kalimat itu ke aku” Kata Alya
“Iya aku enggak akan ngomong
lagi kayak gitu” Kata Andi
“Kenapa perasaan aku ajdi enggak
enak ya? Bisma... Bisma… ya Allah aku tahu ini godaan besar untuk aku” Kata Alya di dalam hatinya
“Al aku jujur aku aku salut sama
kamu, aku engga bisa bohongin hati aku sendiri, kamu mau ya api aku enggak mau
kamu marah lagi” Kata Andi
“Kamu mau bilang kalimat yang
tadi?” Tanya Alya
“Aku cinta sama kamu aku enggak
tahu tuh kan diulangin lagi, terserah kamu mau marah atau enggak aku akan
tunggu kamu” Kata Andi
“Aku butuh waktu” Kata Alya
“Aku sanggup nunggu kamu” Kata Andi
“MasyaAllah…” Kata Alya
“Aku mau Al” Jawab Andi dengan tidak sadar
“Mau apa?” Tanya Alya
“Aku mau jadi pacar kamu” Jawab Andi
“Apaan sih? Walaupun Andi suka
sama aku maksud aku walaupun kak Andi suka sama aku, kak Andi harus tahan
nafsu!” Kata Alya
“Tapi aku suka sama kamu. Dan
aku mau nikah sama kamu” Kata Andi
“Astagfirullah… kalau kak Andi
emang bener-bener mau nikah jangan aku juga kali yang jadi pengantin
wanitanya!” Kata Alya
“Kalau aku maunya gitu gimana?” Tanya Andi
“Aku enggak suka kamu kayak
gitu” Kata Alya
“Iya-iya aku enggak bakal
ngulangin lagi. Aku engga butuh cwe cantik, aku enggak peduli sama fisik, yang
aku mau cwe baik kamu bisa enggak cariin buat aku kalau memang kau enggak mau?”
Kata Andi
“Aku masih sekolah dan tugas
pelajar itu bukan untuk cari kerjaan tapi untuk cari ilmu” Jelas Alya
“Ya aku cuma nanya dan minta
tolong sama kamu” Kata Andi
“Jodoh itu jangan dicari! Pasti
suatu hari nanti kamu bakal nemuin tulang rusuk kamu yang hilang” Kata Alya
“Dan aku harap tu kamu Alya” Kata Andi di dalam hatinya
“Oh iya aku punya doa ya
mudah-mudahan bermanfaat, katanya sih suapaya dapet pacar yang sayang.
Bismilahirohmanirrohim… allahuma inni asaluka rohmatan minnindika tahdi biha
qolbi watajmaubiha shamli wata roddu bihal fitnata anni sodakallahulazim” Kata Alya
“Kamu cantik sekali” Kata Andi di dalam hatinya
“Jangan terlalu serius makanya
kalau liatin perempuan! Jadi kebawa setan kan!” Kata Alya
“Aku salut sama kamu… aku…” Kata Andi salah tingkah
“Mau bilang itu lagi? Aku enggak
marah kok, kamu punya hak kamu udah ngulangin kalimat itu berulang-ulang jadi
artinya kamu belum ikhlas aku tolak” Kata
Alya
“Aku bakal nunggu jawaban dari
kamu” Kata Andi
“Jam 21.00 tepat malam nanti,
aku bakal ngasih jawabannya ke kamu” Kata
Alya
Dan
setelah Alya sampai di rumah.
“Aku enggak mungkin pacaran
banyak banget alasannya aku enggak mungkin ninggalin Bisma, aku juga enggak mau
ngecewain bapak. Apa aku harus bener-bener lupa sama Bisma? Aku bingung ya
Allah aku tahu ini buaian setan tapi aku… entah mengapa aku susah untuk menjauh
dari Andi” Kata Alya
“Alya kamu kenapa? Bukannya
amusk ke dalam, kok malam di luar?” Tanya
ibu
“Bu… aku itu lagi bingung banget
sekarang” Kata Alya
“Bingung kenapa?” Tanya ibu
“Ibu tahukan Alya ngefans….
Banget sama Bisma” Tanya Alya
“Tahu sekali” Jawab ibu
“Tapi bu… Alya itu ada yang
nyukain, dan Alya bingung yang harus Alya lakuin itu apa?mapa Alya harus
ngelupain Bisma? Apa alya harus nolak laki-laki yang nyukain Alya?” Kata Alya
“Dia teman sekolah kamu?” Tanya ibu
“Bukan… dia itu orang yang
pernah ditolongin sama Alya, dan dia jadi akrab gitu sama Alya dan tadi dia
nanya Alya apa Alya mau jadi pacarnya dia?” Jelas
Alya
“Apa? Kamu tahukan pacaran itu
haram?” Tanya ibu
“Alya tahu bu… tapi entah kenapa
susah banget Alya buat nolak dia” Kata
Alya
“Kamu sudah terhasut oleh setan”
Kata ibu
“Izinin Alya buat sekali ini aja
pacaran bu” Kata Alya
“Nama dia siapa?” Tanya ibu
“Andi, dia bekerja sebagai
masinis bu… orang tua dia udah meninggal” Jelas
Alya
“Pekerja?” Tanya ibu kaget
“Iya bu, dia bekerja sebagai
masinis. Ya emang Alya enggak tahu dia pegawai negeri sipil atau bukan, menurut
ibu gimana? Usia dia 23 tahun” Jelas Alya
“Ibu takut, ibu takut dia
mengajak kamu untuk menikah. Memang kalau kamu seusia dengannya dia adalah
laki-laki pilihan daripada Bisma” Kata
ibu
“Tapi Alya belum siap melupakan
Bisma, Alya belum sempat ketemu sama Bisma” Jelas
Alya
“Satu masalah saja belum
terselesaikan, tentang masalah kamu selalu mengkhayal Bisma, eh kamu tambahin
lagi. Satu lagi Bisma itu artis sedangkan kamu? Andi itu 23 tahun, sedangkan kamu?”
Kata ibu
“Jadi gimana dong bu? ibu jangan
kasih tahu bapak dulu ya! alya takut” Kata
Alya
“Ibu tahu hati kecil kamu, kamu
mencintai diakan? Yasudah kalau begitu untuk sementara waktu ini kamu ikuti
hati kecil kamu, kamu yang akan menentukan amsa depan kamu baik atau buruk” Kata ibu
Kemudian
Alya pergi ke kamarnya.
“Alya… Alya… tadi minta solusi
sekarang malah pergi” Kata ibu
Di
kamar Alya.
“Aku bingung ya Allah” Kata Alya
Kemudian
Alya melihat foto-foto Bisma.
“Aku enggak mungkin ninggalin
kamu Bis, walaupun kamu pacar khayalan aku tapi cinta aku bukan khayalan. Tapi
aku juga enggak mau nolak cinta laki-laki itu” Kata Alya
Pada
malam hari, pukul 21.15 malam.
“Satu jam lagi bahkan sudah lewat
15 menit. Aku harus gimana? Enggak mungkin aku kasih tahu Dinda sama Rena
tentang masalah ini, bisa-bisa aku jadi badut di mata mereka” Kata Alya
“Alya…?” Tanya ibu
“Iya bu?” Kata Alya
“Kamu kenapa? Enggak belajar?” Tanya ibu
“Alya masih bingung bu, Alya
udah janji sama Andi kalau Alya bakal ngasih jawaban iya etau enggak ke dia jam
9 tepat dan Alya bingung sekarang udah jam 8 lewat” Jelas Alya
“Hati kamu?” Tanya ibu
“Itu dia masalahnya” Jawab Alya
“Kamu itu perempuan yang mandiri
Alya, jadi kamu seharusnya tahu apa yang harus kamu lakukan dalam menanggapi
masalah ini. ibu tahu kok kamu menyukai dia” Kata ibu
“Enggak kok bu… sedikit” Kata Alya
“Ibu tidak bisa memaksa kamu
untuk menolak ataupun menerima. Karena kamu sudah dewasa” Kata ibu
Dan
setelah ibu Alya meninggalkan Alya di kamarnya. Alya mendapatkan 1 pesan dari
Andi yaitu: “Selamat Malam… “
“Andi? Aduh gimana ya? Ya Allah”
Tanya Alya
Kemudian
Alya membalas pesan Andi:
“Malam juga”
Kemudian
Andi membalas pesan Alya:
“Lagi ngapain? Belum tidur?”
Kemudian
Alya membalas pesan Andi:
“Aku belum ngantuk aja, Aku lagi nonton aja, kamu?”
Kemudian
Andi membalas pesan Alya:
“Aku lagi pusing nih biasa… oh iya kalau aku boleh minta jawabannya sekarang
boleh? Solanya aku pusing banget nih kepala aku kayak ditancapin jarum sama
kawat”
Kemudian
Alya membalas pesan Andi:
“Bismilahirohmanirrahim… kamu jangan kecil hati ya! tapi ini adalah jawaban aku
dan dari hati aku, jawaban aku insyaAllah iya”
“YaAllah pesannya sudah
terkirim, apa yang harus aku lakukan lagi? Aku harap jawaban aku ini benar
YaAllah” Kata Alya
Kemudian
Andi membalas pesan Alya:
“Makasi banyak ya aku akan sayang, perhatian, dan ngertiin kamu, kamu emang
pacar aku yang paling baimdan sitimewa walaupun aku belum kenal banget sama
kamu pesan aku meskipun kita long dintance kita harus saling percaya ya supaya
hubungan kita bertahan sampai ke pelaminan, punya anak, dan kakek nenek
selamanya, aduh kepala aku sakit banget aku tidur dulu ya”
“Dia bahagia banget tapi dia kok
sampai sakit kepala apa dia Cuma bercanda? Cuma ingin cari perhatian? Aku
enggak tahu deh pokoknya” Kata Alya
Kemudian
Alya menerima pesan dari adiknya Andi yaitu Indra: “Maaf ini sama pacarnya kak
Andi ya? aku Indra diknya Andi, kak Andi pinsan kaka, kak Andi emang suka kayak
gitu pusing mendadak sekarang juga aku lagi manggil dokter”
“Jadi dia beneran? Hah gimana
dong? Masa baru aja jadian udah ditinggalin” Kata Alya
Kemudian
Alya membalas pesan Indra:
“Indra? Terus kakak harus gimana dong? Kakak enggak mungkin ngejenguk kakak
kamu”
Kemudian Indra membalas pesan
Alya: “Kakak jangan khawatir! Kakak juga enggak usah ngejenguk kak Andi. Kak
Andi udah biasa”
Kemudian
Alya membalas pesan Indra:
“Alhamdulillah kalau gitu syukur deh”
Kemudian
Indra membalas pesan Alya:
“Kak, kak Andi dibawa ke rumah sakit kak sekarang lagi menuju rumah sakit,
penuh banget terus di opname kakak yang sabar ya! kakak jangan khawatir!”
“Apa? Kenapa jadi kayak sinetron
gini?” Tanya Alya
Tiba-tiba
ada ibu Alya.
“Kenapa Alya? Kamu masih bingung
ngasih jawaban ke Andi? Udah jam 9 lewat 20” Tanya ibu
“Dia masuk rumah sakit bu” Jawab Alya
“Kenapa? Kok masuk rumah sakit
kamu apakan dia Alya?” Tanya ibu
“Ibu aku serius” Kata Alya
“Alya dengarkan ibu, ibu tahu
dan ibu juga pernah mersakan bagaimana keadaan hati pada usia seperti kamu,
kalau lagi seneng perasaannya enggak kepalang kalau lagi sedih ditanggapinya
berlebihan dan sekarang kamu sedang serius jadi kamu menanggapi keseriusan kamu
sungguh-sungguh. Ibu kasih tahu ya jangan pernah seperti itu! Cobalah lebih
dewasa lagi!” Jelas ibu
“Aku udah nerima dia bu…
tiba-tiba ada sms dari adiknya katnya Andi sakit parah dan sekarang dia lagi
dibawa ke rumah sakit” Jelas Alya
“Kamu tanya dia sakit apa?
Jangan panik! Di usia kamu yang seperti ini tidak sepantsnya kamu menerima
beban berat ini! Andi itu bagaimana sih laki-laki yang kekanak-kanakkan,
konsentrasi kamu jadi keganggukan gara-gara dia?” Kata ibu
“Ibu…” Kata Alya
“Yasudah kamu yang sabar saja!
Kamu wajib menanggung resikonya bukan berhak lagi tapi wajib!” Kata ibu
Pada
pagi harinya di sekolah.
“Hay Al…” Kata Rena
“Selamat pagi… pagi-pagi kok
udah ngelamun?” Kata Dinda
“Yeh ini anak kenapa sih? Al…
Alya?” Kata Rena
“Alya…?” Kata Dinda
“Iya gue denger” Kata Alya
“Lho kenapa?” Tanya Dinda
“Lho sakit? Enggak biasanya lho
kayak gini? Ada apakah gerangan” Kata
Rena
“Sepertinya kita harus
menanyakan kepada rembulan yang tadi malam menemani Alya gadi cilik yang
dirundung kegalauan” Kata Dinda lebay
“Ahaha… iya betul-betul mumpung
rembulannya kesiangan kita tanyain yuk! Ahahaha” Kata Rena
“Punya pacar tapi berasa hidup
sendiri” Kata Alya
“Yah… lho kan udah bilang kalau
lho udah kebal lagian itukan cuma khayalan aja. Hubungan long distance sama si
Bisma Karisma itu” Kata Dinda
“Iya Al lho gimana sih lho itu
berubah satu lingkaran penuh hanya dengan dengan waktu satu malam” Kata Rena
“Satu malam sajajajajaja…” Kata Dinda sedikit menyanyi
“Denger ya yang sekarang lagi
gue omongin itu bukan si Bisma Karisma pacar khayalan gue. Tapi…” Kata Alya menghentikan pembicaraannya
“Tapi apa? Maksud lho?” Tanya Dinda
“Lho udah jadian sama siapa Al?”
Tanya Rena
“Serius lho Al udah jadian? Sama
siapa kasih tahu kita!” Tanya Dinda
“Lho enggak lagi bercanda kan
Al? siapa?” Tanya Rena
“Apa jangan-jangan Andi?” Tanya Dinda
“Hah? Lho serius Al? bener yang
dikatain Dinda?” Kata Rena
“Al… lho ngomong dong!” Kata Dinda
“Ya gimana gue mau ngomong kalau
kepotong terus sama kalia. Katanya mau ngedengerin tapi kalian malah sibuk sendiri”
Kata Alya
“Tapi lho beneran Al udah ajdian
sama si Andi?” Tanya Rena
“Kalau udah emangnya kenapa?” Tanya Alya
“Lho serius Al?” Tanya Dinda
“Iya-iya semuanya benar” Jawab Alya kesal
Kemudian
Rena dan Dinda saling menatap muka.
“Ahahahaha” Dinda dan Rena tertawa sekencang-kencangnya
“Kok kalian ketawa sih? Emang
lucu apa?” Tanya Alya
“Ya… bukannya lucu Al, ya kita
aneh aja, lho udah berubah sekarang Al, udah dewasa, punya pacar lagi” Kata Dinda
“Iya bener tuh, terus maksud
omongan lho tadi apa? Yang kata lho punya pacar tapi berasa hidup sendiri” Tanya Rena
“Hmm… baru aja gue jadian sama
dia eh dia malah masuk rumah sakit dan sekarang dia belum sadar-sadar” Jelas Alya
“Hah? Drama banget ya” Kata Dinda berhenti tertawa
“Yang sabar ya Al” Kata Rena
“Dia itu cinta pertama gue,
maksud gue dia itu cinta pertama gue di dunia nyata” Kata Alya
“Lho tahu si Andi masuk rumah
sakit darimana? Kan secara dia udah enggak punya orangtua” Tanya Rena
“Adiknya… emang sih bukan adik
kandung, Andi sengaja ngadopsi anak jalanan itu karena dia gak punya temen di
rumahnya” Jelas Alya
“Oh” Kata Rena
“Parah banget lho Al, baru aja
pertama punya pacar udah kayak gini” Kata
Dinda
“Dan enggak seharusnya keluarga
Andi ngasih tahu ke kamu tentang masalah ini, masalah ini keliatan ringan tapi
padahal untuk anak seusia kita ini itu masalah yang serius” Kata Rena
“Gue juga berfikirnya gitu sih
Al sama kayak Dinda, ya Andi enak dia uda kerja sedangkan kamu? Kamu pelajar” Kata Dinda
Tiba-tiba
bel masuk berbunyi.
“Eh masuk-masuk!” Kata Dinda
“Kok gue ngerasa enggak yakin ya
sama si Andi. Ahh… lho apaan sih Rena?” Kata
Rena di dalam hatinya
Dan
pada saat pulang sekolah.
“Eh main yuk ke rumah gue!” Kata Alya
“Ayo Al gue mau banget, tapi Al
gue enggak mau lho murung kayak gini” Kata
Rena
“Iya Al bener banget tuh Rena” Kata Dinda
Dan
setelah sampai di rumah Alya.
“Assalamualaikum…” Kata Alya
“Udah pulang?” Tanya ibu
“Iya bu, itu ada Rena sama
Dinda” Kata Alya
“Eh… bukannya disuruh masuk,
Dinda sama Rena ayo masuk!” Kata ibu
“Ayo Din! Ren! Langsung amsuk ke
kamar gue yuk!” Kata Alya
“Ibu buatkan minum dulu ya” Kata ibu
“Makasih bu” Kata Dinda
“Maaf ya bu ngerepotin” Kata Rena
“Oh enggak papa, lagian ibu
sudah menganggap kalian sama dengan Alya” Kata
ibu
“Bu… kita ke kamar dulu ya!” Kata Alya
“Iya. ayo Dinda, Rena! Ikuti
Alya!” Kata ibu
Dan
pada saat Rena dan Dinda masuk ke kamar Alya.
“Loh Al… kamar lho yang sekarang
beda banget” Kata Rena
“Iya Al, poster-poster Bisma
dikemanain? Semua tentang Bisma juga enggak ada disini, kok bisa sih?” Tanya Dinda
“Lho ngelakuin ini semua karena
lho cinta sama Andi?” Tanya Rena
“Iya. emangnya kenapa? Semua
tentang Bisma udah gue simpen di gudang” Kata
Alya
“Lho serius Al?” Tanya Rena
Tiba-tiba
datang ibu membawa minum.
“Maaf ya ibu mengganggu, ini
minum sama makananya” Kata ibu
“Iya enggak papa kok bu, malam
makasih banyak bu” Kata Dinda
“Yasudah lanjutkan saja
ngobrol-ngobrolnya! Aneh ya sama kamar Alya yang sekarang?” Tanya ibu
“Iya bu jadi kosong kayak gini,
kosong enggak ada poster Bisma maksudnya bu” Kata Rena
“Iya ibu juga aneh, yasudah ibu
keluar dulu ya” Kata ibu
Dan
setelah ibu keluar dari kamar Alya.
“Ibu lho enggak tahu masalah
ini?” Tanya Rena
“Tahu… malah ibu yang bantu gue
buat nerima atau nolak Andi” Kata Alya
“Baik banget ibu lho, tapi sayangnya
Andi malah langsung ngasih ujian ke lho” Kata
Rena
“Iya belum aja ulangan harian
bahkan belajar juga belum” Kata Dinda
“Maksudnya bukan ujian nasional”
Kata Rena sedikit kesal
Tiba-tiba
handphone alya bordering.
“Eh Al ada sms tuh” Kata Rena melihat handphone Alya
Kemudian
alya membuka pesan dari Indra:
“Kak, Alhamdulillah kak andi udah siuman, kakak boleh kok hubungan lagi sama
kak Andi”
“A… Din, Ren, andi udah siuman
kata adiknya” Kata Alya girang
“Kenapa ngasih tahunya enggak
telpon?” Tanya Rena
“Enggak tahu deh pokonya” Jawab Alya yang amsih terbawa suasana senang
“Kok andi bisa sembuh secepat
itu? Penyakit apa yang diderita andi ya?” Tanya
Rena di dalam hatinya
Kemudian
alya menerima pesan dari Andi:
“Gimana kabar kamu? Maaf ya aku enggak bisa ngejagain kamu”
“Wahhh… Al sosweet banget… gue
jadi mau” Kata Dinda
“Cie… yang lagi punya pacar” Kata Rena
“Apaan sih kalian?” Tanya Alya
Dan
setelah lama Alya berpacaran dengan Andi.
Alya
menerima pesan dari Andi:
“Jalan yuk!”
Kemudian
Alya membalas pesan Andi:
“Jalan kemana?”
Kemudian
Andi membalas pesan Alya:
“Di tempat makan biasa ya? aku tunggu”
Kemudian
Alya membalas pesan Andi:
“Iya”
Pada
saat Alya akan pergi.
“Kemana Al?” Tanya ibu
“Ketemu sama Andi sebentar kok” Kata Alya
“Hati-hati ya! istiqpar kalau
lagi tatapan mata sama dia!” Kata ibu
“Iya ibu jangan khawatir!” Kata Alya
Dan
setelah sampai di tempat makan.
“Hay?” Kata Alya
“Eh isteriku udah datang” Kata Andi sambil mau memeluk dan mencuium
Alya
“Jangan aja deh, kita belum
mukrim” Kata alya
“Ok. Maaf istriku” Kata andi
“Calon…” Kata Alya membenarkan
“Iya-iya calon istriku. Kangen
solanya udah lama enggak ketemu” Kata
Andi
“Kamu udah nunggu lama?” Tanya Alya
“Belum kok, baru aja nyampe 10
menit yang lalu” Jawab Andi
“Oh iya Ndi, aku boleh tanya
sesuatu enggak sama kamu?” Tanya Alya
“Tanya apa?” Tanya Andi
“Sebenernya kamu sakit apa sih?
Perasaan kamu sering banget masuk rumah skait terus pusing-pusing gitu” Kata Alya
“Aku enggak papa kok sayang” Jawab Andi salah tingkah
“Aku cuma mau tahu aja, akukan
pacar kamu” Kata Alya
Tiba-tiba
handphone Andi berdering.
“Pesan dari siapa?” Tanya Alya
“Siapa ya?” Kata Andi sambil melihat handphonenya
“Dari siapa?” Tanya Alya
“Mala” Jawab Andi
“Mala? Siapa?” Tanya Alya
“Dia itu dulu kenalan aku, tapi
sekarang udah enggak kok, dianya jarang sms aku seibuk terus sama pacarnya. Oh
iya dia juga pernah loh main ke rumah aku, udah 2 kali kalau enggak salah dan
aku juga pernah main ke rumahnya” Jelas
Andi
“Kok jadi ngomongin cwe itu
sih?” Kata Alya di dalam hatinya
“Dan dia anaknya asyik… banget” Kata Andi
“Kok jadi ngomongin cwe itu sih?
Dia mantan pacar kamu? Kamu belum jawab pertanyaan aku?” Kata Alya
“Enggak kok cuma temen deket aja
aku enggak mau sama dia habis dia anaknya sedikit nakal, dulu juag dia pernah
nak…” Kata Andi
“Udah… jangan dibahas lagi! Aku
enggak mau denger, kenapa kamu enggak jawab pertanyaan aku? Apa kamu cuma
pura-pura sakit?” Kata Alya sambil
memotong pembicaraan
“Ada apa nih sama kamu? Enggak
biasanya kamu kayak gini? Bukannya kamu selalu ngertiin aku?” Kata Andi
“Enggak kok aku cuma bercanda
aja, siapa juga yang kayak gini” Kata
Alya
“Emang udah takdir ya aku selalu
aja disakitin sama perempuan, kalau kamu enggak cinta, enggak sayang lagi sama
aku, pergi aja sekarang juga!” Kata Andi
marah
“Loh kok bilangnya kayak gitu
sih? Ih Andi jangan marah dong!” Kata
Alya
Tiba-tiba
Andi menerima pesan dari bosnya yang katanya agar dia cepat mengambil tempat
pergantian masinis.
“Aku harus cepat-cepat pulang,
bos aku barusna sms ada pergantian masinis” Jelas
Andi
“Tapi Andi enggak marahkan?
Andi? Andi?” Kata Alya
“Enggak” Jawab Andi jutek
“Andi…” Kata Alya
“Enggak, enggak Alya kalau aku
bilang enggak yaudah enggak jangan manja deh kamu! Aku jadi pusing nih, kamu
pulang sendiri aja deh! Males deh pacaran sama anak SMA” Kata Andi
Pada
saat Alya pulang dengan berjalan kaki. Ada Rena dan Dinda yang mengendarai
mobil.
“Din…Din… itukan si Alya?” Kata Rena sambil mengendarai mobilnya
“Mana? Mana ahh?” Tanya Dinda
“Itu pake baju warna hijau” Kata Rena sambil menunjuk
“Oh iya, samperin-samperin!” Kata Dinda
“Alya…?” Kata Rena
“Kamu ngapain?” Tanya Dinda
“Dinda? Rena?” Kata Alya
Dan
pada saat di caffe.
“Kok Andi kayak gitu sih? Ini
minum dulu!” Tanya Dinda
“Pacaran itu bukan kayak gitu Al,
ada juga laki-laki yang harus manjain cwe, ah lho lemah sih pribadi lho aja
kuat, tangguh, tapi waktunya lho ngehadapin cinta lho malah jadi lemah. Menurut
gue lho itu beda banget sama sifatnya Andi” Kata
Rena
“Maksud lho?” Tanya Alya
“Yah… masih bego juga nih anak” Kata Dinda
“Sabar Din! Alya kan baru kali
ini pacarannya, jadi gini Cuma lho aja yang ngertiin si Andi sedangkan si Andi
enggak ngertiin lho kan?” Kata Rena
“Masa iya gitu sih?” Kata Alya
“Yah…” Kata Dinda dan Rena
“Dibilangin” Kata Rena
“Lho inget enggak waktu pertama
lho kenal sama si Andi? Kan kita bilang kalau lho itu pasti ditembak sama dia,
ternyata benerkan sekarang juga lho harus percaya sama kita!”Kata Dinda
“Iya betul banget, tapi… lho
jalanin aja dulu deh nanti juga lho tahu sendiri, habis pemikiran kita sama lho
itu berbeda entah karena lho belum berpengalaman atau karena apa gue enggak
tahu” Kata Rena
“Apa bener yang dikatain Rena
sama Dinda?” Tanya Alya di dalam hati
“Tapi lho jangan berfikir kalau
kita ngeraguin lho!” Kata Rena
“Iya tenang aja kaliankan
sahabat-sahabt gue aman mungkin gue kecewa sama kalian” Kata Alya
Dan
pada sore hari di rumah Alya.
“Kamu baru pulang Al? katanya
cuma sebentar?” Tanya ibu
“Iya bu” Jawab Alya sambil pergi
“Kenapa dia?” Tanya ibu
Dan
pada saat di kamar Alya.
“Tapi omongan Rena sama Dinda
itu ada betulnya juga sih… YaAllah” Kata
Alya bingung
Tiba-tiba
Alya menerima pesan dari Andi:
“Lagi apa?”
“Andi sms?” Kata Alya
Dan
kemudian Andi menelpon Alya.
“Lagi apa Al?” Tanya Andi
“Aku baru pulang” Jawab Alya
“Baru pulang? Emang habis
darimana?” Tanya Andi
“Tadi waktu aku pulang aku
ketemu sama Dinda sama Rena jadi main dulu deh” Kata Alya
“Ohh” Kata Andi
“Kok dia enggak minta maaf sih
udah ninggalin aku sendiri di caffe?” Tanya
Alya di dalam hatinya
“Oh iya sekarang aku lagi bawa
kereta eksekutif dan besok aku mau ke Yogja bawa kereta gaya baru malam selatan
kira-kira 3 hari 3 malam” Jelas Andi
“Yaudah kamu hati-hati aja ya! Jangan
lupa shalat, makan, sama minum obat” Kata
Alya
“Iya Alyaku… oh iya Al nanti
insyaAllah aku tanggal 4 aku ke rumah kamu ya? mau main ke rumah kamu, rumah orangtua
kamu” Kata Andi
“Emang mau apa?” Tanya Alya
“Aku rencananya mau ngikat
kamu?” Kata Andi
“Ngikat aku? Pake apa?” Tanya Alya
“Pake tali, ya pake cincin lah
Al kamu maukan?” Tanya Andi
“Kamu serius?” Tanya Alya
“2 rius, yaiyalah aku janji
bakalan nepatin janji aku asalkan kamu setia sama aku, dan kalau nanti kita
udah nikah semua harta yang aku milikki buat kamu dna aku hanya minta sedikit
buat Indra ya?” Kata Andi
“Beneran?” Tanya Alya
“Bukannya aku sombong orangtua
aku itu meninggal, ninggalin harta banyak banget, kebun cengkehnya aja 3
hektare, kebun sayurannya 1 hektare setengah, kudanya punya 50 ekor kuda” Jelas Andi
“Hah? Kamu serius? Perasaan
banyak banget harta kamu?” Tanya Alya
“Ya Alhamdulilalh sekarang juga
lagi diurus sama pegawai-pegawainya” Kata
Andi
“Ohh” Kata Alya
Dan
pada saat pagi harinya di sekolah.
“Hey… pagi-pagi di kantin” Kata Alya
“Laper tahu belum makan” Kata Rena
“Iya nih. Eh lho hari ini
keliatan bahagia banget” Kata Dinda
“Emangnya keliatan ya?” Tanya Alya
Rena
dan Dinda saling menatap wajah.
“Kok malah ngeliat satu sama
lain?” Tanya Alya
“Abis lho itu enggak
berubah-berubah Al iya enggak Ren?” Kata
Dinda
“Betul banget damdamna masih
nempel” Kata Rena
“Gue kira setelah lho ninggalin
pacar khayalan lho si Bisma Karisma itu, lho akan berubah enggak damdam lagi eh
ternyata eh ternyata” Kata Dinda
“Apaan sih lho? Udah deh masa
lalu itu” Kata Alya
Kemudian
Dinda dan Rena saling menatap wajah lagi.
“Ahahaha” Dinda dan Rena tertawa
“Ah kalian selalu aja ngetawain
gue. Kenapa sih?” Tanya Alya
“Ya…” Kata Dinda
“Walaupun damdam lho enggak
berubah tapi cinta lho sama Bisma bisa berubah juga ternyata. Iya enggak Din?” Kata Rena
“Iya tuh 1 tahun yang lalu” Kata Dinda
“Gue masih nunggu Bisma, gue
pasti ngejaga mata, bibir, dan telinga gue” Kata
Rena menyindir
“Masih inget enggak?” Tanya Dinda
“Iya-iya. Udah ah! Jangan
ngomongin yang udah lewat! Mendingan sekarang lho dengerin cerita baru gue” Kata Alya
“Apaan tuh?” Tanya Rena
“Tanggal 4 bulan depan Andi
bakalan tunangan sama gue” Jelas alya
“Hah?” Kata Rena dan Dinda
“Lho serius?” Tanya Rena
“Kenapa? Kalian kayak yang
enggak seneng gitu?” Kata Alya
“Umur lhokan masih muda banget
Al, lho mau jadi pengantin remaja?” Kata
Dinda
“Gue serius, dan cinta itu
enggak mandang dari umurkan?” Kata Alya
“Emang bener cinta itu bukan
datang menghampiri kita tapi kita yang ngundang cinta” Kata Dinda
“YaAllah Alya gue enggak nyangka
banget secepat itu lho tunangan?” Kata
Rena
“Di masa modern ini masih ada
juga pernikahan dini” Kata Dinda
“Denger ya! lagian walaupun gue
kawin muda geu enggak bakalan sengsara friend’s karena apa? Karena Andi tiu
kaya lho enggak tahu sih sekaya apa dia? Hartanya aja sampai tujuh turunan
enggak akan habis” Jelas Alya
“Hah? Ya seenggaknya Al… lho
itukan, aduh Al lho kayaknya udah dibutain sama harta, sejak kapan lho jadi
kayak gini Rena aja enggak kayak gini-gini amat matrenya” Kata Dinda
“Emang Andi kaya apaan Al?
bagi-bagi ya!” Kata Rena
“Yaelah lho gimana sih?” Kata Dinda
“Andi itu punya warisan dari
orangtuanya yang meninggal” Kata Alya
“Warisan?” Tanya Rena
“Ya, pada saat orangtuanya
meninggal, orangtua dia itu ninggalin harta banyak… banget 3 hektare kebun
cengkeh, 1 hektare kebun sayuran, dan 50 ekor kuda hebatkan?” Jelas Alya
“Hah? Lho beruntung banget Al,
padahalkan Rena yang mau dapet mertua kaya kenapa jadi lho” Kata Dinda
“Emang ada ya orang sekaya itu?
Hartanya banyak banget. Dan enggak mungkin juga dong ada orang yang hartanya
tapi dia bisa hapal semua harta miliknya dia” Kata Rena
“Sirik aja lho” Kata Alya
“Ya gue kurang percaya aja” Kata Rena
Dan
bel masuk pun berbunyi.
“Eh masuk-masuk tuh” Kata Dinda
“Kok gue makin ngerasa enggak
yakin ya sama si Andi-Andi itu?” Tanya
Dinda di dalam hatinya
Pada
saat pulang sekolah.
“Al, tumben lho enggak sms si
Andi?” Tanya Dinda
“Dia lagi kerja, bawa kereta ke
Yogja” Kata Alya
“Wih.. hebat banget tunangan
lho”Kata Dinda
“Calon… Din” Kata Alya membenarkan
“Ohiya Al ngomong-ngomong kalau
misalnya Bisma nyasar ke rumah lho mau ngomong apa lho?” Tanya Rena
“Cinta guekan cuma sama Andi” Kata Alya
“Awas tuh jangan terlalu serius
nanti sakit hati baru tahu lho” Kata Rena
“Gue enggak ngerti deh Ren sama
apa yang lho omongin” Kata Alya
“Enggak, enggak gue Cuma
bercanda kok, gue Cuma ngetest lho doang, sorry ya” Kata Rena
“Aduh Ren lho enggak percaya
sama cinta gue buat Andi?” Tanya Alya
“Al sebenarnya tadi tuh gue
serius tapi gue takut lho kecewa sama gue” Kata
Rena di dalam hatinya
Pada
saat di rumah ada telpon dari Andi.
“Hallo Al?” Kata Andi
“Kamu kok bisa telponan sih?” Tanya Alya
“Ya bisa dong, aku lagi tukar
tugas sama temen” Kata Andi
“Oh… hati-hati ya!” Kata Alya
“Iya calon istriku, ini nih sama
si Dani” Kata Andi
“Ohiya kamu tanggal 4 jadikan?” Tanya Alya
“Iya jadi, aku pasti datang kok
sayang” Jawab Andi
“Bener ya?” Tanya Alya
“Iya Alya bawel banget sih kamu,
nanti kalau aku udah nyampe di Yogja aku mau beli cincinnya ya” Kata Andi
“Iya, aku sayang sama kamu” Kata Alya
“Iya aku tahu kok” Kata Andi
Kemudian
Alya menutup telponnya.
“Ada apa Al? enggak biasanya
kamu nyuruh ibu buat ke kamar kamu. Ada apa sih?” Tanya ibu
“Jadi gini bu… tanggal 4 bulan
depan Andi mau ngikat Alya” Jelas Akya
“Apa?” Kata ibu kaget
“Iya bu… tapi bapak enggak akan
marahkan?” Tanya Alya
Dan
keesokan malamnya.
“Bapak kurang setuju Alya, bapak
bukan enggak setuju tapi bapak hanya kurang setuju” Kata bapak
“Itu sama aja pak, emang kenapa
sih pak?” Tanya Alya
“Ya… kamukan baru aja kenal sama
dia, masa dia udah mau tunangan lagi sama kamu?” Kata bapak
“Pak, masa sih Alya harus
bercerita 4 kali walaupun Alya tunangan bukan berarti Alya nikah dan lagian
kalau nikah juga enggak papakan? Dia kaya kok pak” Kata Alya
“Harta enggak menjamin Alya,
ilmu itu sangat penting bapak hanya ingin yang terbaik buat kamu” Kata bapak
“Kalau bapak ingin yang terbaik
untuk Alya turutin kemauan Alya dong pak!” Kata
Alya
“Alya dengerin bapak ya! lebih
baik kamu sekolah dulu yang benar!” Kata
bapak
“Ahh… bapak” Kata Alya marah
“Alya… kamu belum paham tentang
pernikahan, pernikahan itu bukanlah sebuah permainan, pernikahan itu sangat
sulit Alya, enggak seperti semudan yang kamu fikirkan benar kata bapak” Kata ibu
“Bapak lebih setuju kamu
mengkhayal, mengharapkan idola kamu Bisma-Bisma itu daripada kamu harus menikah
apalagi sama orang yang belum bapak kenal dan juga dia itu… Ahh… memang susah
nasihatin kamu Alya” Kata bapak
“Pokoknya bapak harus ngerestuin
hubungan aku sama Andi” Kata Alya
Kemudian
Alya pergi meninggalkan pembicaraan.
“Ikuti dia bu!” Kata bapak
“Iya pak”Jawab ibu
“Disimpan dimana otaknya?” Tanya bapak sambil marah
Dan
pada saat ibu menemui Alya di kamarnya.
“Alya… kamu jangan seperti ini
dong! Lagiankan tanggal 4 masih lama sekali, mungkin saja nanti fikiran bapak
bisa berubah” Kata ibu
“Bener ya bu?” Kata Alya
“Iya, kamu denegr ibu! Kalau
Andi memang jodoh kamu, pilihan Allah swt untuk kamu, apapun rintangannya kamu
akan berakhir bersama dengan Andi, namun sebaliknya apabila Andi bukan jodoh
kamu sesetia kamu sama Andi sesetia Andi sama kamu semuanya enggak akan pernah berakhir
dengan apa yang kamu harapkan, lebih baik sekarang kamu berfikir besok gimana
jangan gimana besok. Ya?” Jelas ibu
“Iya bu” Kata Alya
“Ibu sangat merindukan sekali
sikap kamu yang dulu, kamu yang ingin sekali mengejar cita-cita kamu, dan ibu
enggak mau cita-cita kamu hancur cuma gara-gara hal seperti ini, ingat Alya
setiap kita akan melakukan sesuatu kita pasti selalu dihadapkan dengan
rintangan dan godaan. Dan juga kamu ini anak satu-satunya ibu sama bapak jadi
kamu bisa mengerti kami ya? yasudah sekarang kamu tidur! Biar besok bisa
sekolah!” Jelas ibu
Pada
pagi harinya di sekolah.
“Hay Al?” Tanya Rena
“Kenapa lho Al?” Kata Dinda
“Hari ini seneng, besoknya sedih
lagi, silih berganti aja perasaanya” Kata
Rena
“Iya Al, ada apa sih? Cerita
dong sama kita! Jangan sampai kita nanya kepada gerangan” Kata Dinda
“Bahasa lho campur aduk” Kata Rena
“Waktu malem gue bilang sama bapak
tentang pertunangan gue sama Andi” Kata
Alya
“Terus jawaban bapak lho apa?” Tanya Dinda
“Kalau menurut gue sih pasti
bapak lho enggak setuju, iyakan?” Kata
Rena
“Iya, tapi bapak sih bilangnya
gini, bapak bukan enggak setuju tapi bapak hanya kurang setuju, ya bagi guekan
kurang setuju sama enggak setuju sama enggak ada bedanya pasti finishnya ke
enggak setuju” Kata Alya
“Tuhkan… kalau menurut gue
gimana ya? lho kan anak satu-satunya” Kata
Rena
“Udah gue duga Al, lagian maaf
ya Al umur lho kan masih muda banget gila banget lho mau langsung kawin
pernikahan itu bukan hal yang spele Al, coba lho fikir 2 kali berturut-turut!” Kata Dinda
“Ya kalau bapak gue sayang sama
gue seharusnya dia tuh nurutin semua permintaan gue, biasanya juga selalu
diturutin tapi kenapa yang ini enggak?” Kata
Alya
“Arti kata sayang bukan berarti
harus ngabulin semua permintaan lho juga kali Al, bapak lho pasti
ngimbang-ngimbang dulu” Jelas Dinda
“Jadi intinya kalian enggak
ngedukung hubungan gue sama Andi? Gitu?” Kata
Alya kesal
“Bukan gitu Al, lho jangan salah
pengertian dong sama maksud kita! Kita juga sebagai sahabat ingin yang terbaik
buat lho” Kata Rena
“Iya Al kita setuju-setuju aja
sama hubungan lho dan Andi” Kata Dinda
“Kita jalanin aja dulu
semuanya!” Kata Rena
“Nanti juga bakalan lho yang
nentuin semuanya. bukan gue, bukan Rena, dan juga bukan kedua orangtua lho” Kata Dinda
Dan
pada saat pulang sekolah Dinda melihat brosur-brosur konser Smash.
“Eh liat deh Al!” Kata Dinda
Kemudian
Dinda mengambil satu brosur itu.
“Liat Al! smash mau ngadain
konser di kota kita, lho mau datang enggak?” Kata Dinda
“Datang aja Al! udang datang aja
ini kesempatan baik buat lho, kapan lagi coba lho bisa ketemu sama pujaan hati
lho yang lho udah nunggu hingga bertahun-tahun” Kata Rena
“Ahahaha… Dinda… Rena…” Kata Alya
Dinda
dan Rena saling bertatap wajah.
“Denger ya! gue itu sekarang
udah enggak Bisma-Bisamaan lagi, kalau kalian pada mau sama si Bisma ambil aja!
Kejar tuh sampai ke laut! Udah buang aja brosurnya! Sini gue yang buang” Kata Alya
Setelah
Alya membuang brosurnya.
“Al… lho serius?” Tanya Rena
“Lho berubah lebih dari 100%
banget” Kata Dinda
“Udah deh Din, Ren! Enggak usah
lebay gitu!” Kata Alya
“Gue kasih saran ya sama lho Al,
awas lho nanti nyesel” Kata Dinda
“Iya Al, nanti kalau udah nyesel
gimana hayo?” Kata Rena
“Udah-udah ahh…! Capek tahu
enggak” Kata Alya
Pada
malam harinya ada telpon dari Andi.
“Lagi apa Al?” Tanya Andi
“Lagi belajar, ada apa? Baru
pulang kerja ya? oh iya kamu mau enggak bantuin aku ngerjain PR?” Kata Alya
“Iya aku baru pulang, gimana ya
Al? aku capek nih” Kata Andi
“Oh yaudah enggak papa kalau
enggak bisa enggak papa kok, ada apa?” Kata
Alya
“Temen aku kan tinggalnya di
kontrakan terus sekarang itu kontrakannya sepi jadi dia” Kata Andi
Tiba-tiba
batre handphone Alya mati.
“Yah… malah mati” Kata Alya
Kemudian
Alya mengecash handphonenya dan menghidupkannya kembali, tiba-tiba Alya
menerima pesan salah sambung dari Andi yang tertulis “Revi… kalau kamu takut di
rumah sendirian, nginep aja di rumah aku, lagian di rumah aku banyak kamar
kok”.
“Revi? Siapa dia? Pasti Andi
salah ngirim sms” Kata Alya
Tiba-tiba
ada pesan lagi dari Andi yang tertulis “Al, kenapa handphonenya mati? Oh iya
aku pergi beli sate dulu ya enggak tahu nih aku mendadak mau bali sate”.
“Beli sate? Tanyain enggak ya?
Jangan aja deh” Kata Alya
Kemudian
Alya membalas pesan Andi:
“Mau beli sate? Katanya… enggak jadi deh”
Kemudian
Andi membalas pesan Alya: “Ada
apa sih Al? kok kamu jadi aneh gitu? Yaudah aku pergi beli sate dulu ya?”
“Hati aku kenapa ya? kenapa jadi
enggak enak gini? Apa bener Andi… ah enggak Alya” Kata Alya kepada dirinya
Tiba-tiba
Alya menerima pesan salah sambung dari Andi yang tertulis “Yaudah rev, sekarang
kamu tunggu diluar ya! aku sekarang lagi ngeluarin motornya”.
“Tuh kan bener… dia pasti bohong
sama gue, katanya dia paling enggak suka sama kebohongan” Kata Alya
Kemudian
Alya mengirim pesan kepada Andi:
“Kamu enggak bohongkan mau beli sate?”. Tiba-tiba
Andi langsung menelpon Alya.
“Al, maaf ya tapi kamu
ngebolehinkan?” Tanya Andi
“Ya aku ngebolehin aja lagian
itukan rumah kamu, tapi kenapa kamu harus bohong tadi sama aku?” Kata Alya
“Iya aku minta maaf Al” Kata Andi
“Tapi… Tapi… Ndi tunggu dulu!
Ahh kenapa ditutup sih telponnya?” Kata
Alya
Kemudian
Alya mengirim pesan kepada Andi “Aku enggak setuju kamu bawa perempuan kamu ke
rumah kamu, ingat Andi di rumah kamu, kamu hanya berdua kamu dan Indra kalau
kamu membawa masuk perempuan itu, itu artinya kamu menghadirkan setan”.
“Mudah-mudahan Andi membaca
pesan yang aku kirim ini” Kata Alya
dengan kekhawatirannya
Tiba-tiba
ibu Alya menemui Alya.
“Al?” Tanya ibu
“Iya bu? ada apa?” Tanya Alya
“Mau enggak ngater ibu ke
supermarket?” Tanya ibu
“Sekarang bu?” Tanya Alya
“Iya sekarang, sebentar kok” Kata ibu
“Iya bu” Kata Alya
Dan
Alya pergi ke supermarket tanpa membawa handphone. Dan setelah Alya pulang dari
supermarket Alya menerima pesan salah sambung dari Andi yang seharusnya dikirim
kepada temannya yaitu Dani “Sebentar ya Dan mendingan kamu gantiin posisi aku
dulu aja! Aku tanggung lagi nganter Revi ke dokter kandungan”.
“Apa? Dokter kandungan?” Kata Alya kaget
Kemudian
Alya melihat pesan salah sambung dari Andi “Kemarin siang lho apain si Revi?
Lho jangan macam-macam ya sama dia! Sekarang lho punya urusan sama gue karena
lho udah bikin masa depan Revi hancur”.
“Sms apa lagi ini? Enggak
penting banget, ada apa sih ini sebenarnya?” Tanya Alya
Tiba-tiba
Alya menerima telpon dari Andi.
“Hallo Al? maaf Al aku salah
sambung” Kata Andi
“Kamu ada masalah apa sih?” Tanya Alya
“Maaf Al aku udah ngelibatin
kamu ke masalah aku, sekarang aku kasian banget sama Revi teman aku” Jelas Andi
“Yang mau nginep di rumah kami
itu? Kamu lagi ada di dokter kandungan? Ngapain?” Tanya Alya
“Aku lagi nganter Revi Al”
“Aku tahu kok apa
permasalahannya dan aku enggak mau bahas itu serinci-rincinya, teman kamu yang
melakukan kenapa jadi kamu yang bertanggung jawab?”
“Alya…”
“Aku tahu apa yang kamu lakukan
itu bagus banget, tapi kamu fikirin dong perasaan aku!”
“Sayang…”
“Aku tahu ini bukan saatnya aku
memikirkan perasaan aku karena kamu lebih mementingkan permasalahan teman kamu”
“Al udah dulu ya, giliran Revi
diperiksa nih”
“Apa?”
Pagi
harinya di sekolah, Alya berada di kantin.
“Hay Alya Nuria Savana?” Tanya Dinda
“Pagi… pagi-pagi udah ngelamun.
Eh eh dengerin cerita baru gue, gue sekarang lagi ngedeketin tetangga baru gue
dan dia itu selain ganteng dia tajir banget” Kata Rena
“Gantengnya banget enggak?” Tanya Dinda
“Ya enggak sih tapikan dia
berasalh dari keluarga yang terhormat, namanya dia Rama beu… namana aja udah
keliatan banget kalau dia itu anak gedongankan?” Kata Rena
“Ceritanya… cinta bertepuk
sebelah tangan nih?” Tanya Dinda
“Iya bisa sih dibilang gitu” Jawab Rena
“Kalau gue sekarang lagi nyari
cowo ganteng di facebook sama di twitter” Kata
Dinda
“Ahh lho selalu aja nyari cowo
ganteng” Kata Rena
“Alah lho juga nyari cowo yang
tajir terus” Kata Dinda
Kemudian
Rena dan Dina saling bertatap wajah kemudian melihat Alya yang sedang melamun.
“Al? lho kenapa sih? Enggak
biasanya lho kayak gini? Ada masalah apa?” Tanya
Rena
“Iya Al lho kenapa? Curhat sama
kita!” Kata Dinda
“Gue mau nanya sama kalian Din,
Ren. Kalau ada cowo sama cwe ke dokter kandungan artinya apa?” Tanya Alya
“Ya bisa aja karena mereka suami
istri yang mau punya anak” Kata Dinda
“Tapi bisa juga nganter Al, ya…
yang pasti kalau pergi ke dokter kandungan mereka mau ya kayak tadi yang
diomongin si Dinda, enggak mungkinlah orang sakit gigi pergi ke dokter kandungan,
lho kira gigi bisa hamil” Jelas Rena
“Yaiyalah Ren… lho gimana sih?” Kata Dinda
“Terus gue mau nanya lagi sama
kalian berdua, apa orang yang ada di rumah sakit itu akan berfikir kalau cowo
sama cwe itu suami istri walaupun mereka cuma teman?” Tanya Alya
“Kemungkinan besar iya. Tapi
enggak tahu juga sih, iya enggak Ren?” Kata
Dinda
“Iya, enggak mungkinlah paling
sebagian orang nganggap gitu, tapi jarang-jarang kali Al ada seorang temen
nganterin temennya ke dokter kandungan kecuali kalau temennya cwe” Kata Rena
“Apa nanti dokter bakal
keceplosan nganggap cowo itu suaminya cwe itu?” Tanya Alya lagi
“Meneketehe” Jawab Dinda
“Iya Al, pagi-pagi lho udah
ngasih pertanyaan mana enggak dapet nilai di rapor lagi. Emang kenapa sih lho
Al? nanyain yang begituan?” Kata Rena
“Iya Al, pemikiran lho itu jauh
banget” Kata Dinda
“Andi kayak gitu” Jelas Alya
“Maksud lho?” Tanya Dinda dan Rena kaget
“Yaiya gitu, Andi nganter
temennya ke dokter kandungan dan dengan cara ngebohongin gue, dia bilangnya mau
beli sate ternyata dia mau jemput cwe” Jelas
Alya
“Apa? Enggak nyangka gue Andi
separah itu” Kata Dinda
“Lho harus kuat Al, gue tahu lho
pengen banget nangis sekarang” Kata Rena
“Sampe sekarang dia enggak sms
gue ataupun nelpon lagi ke gue” Kata Alya
“Udah jangan cengeng gitu! Tarik
lagi air matanya sayang dibuang-buang kalau cuma buat cowo gila kayak si Andi.
Gue tahu kok perasaan lho kayak gimana sekarang, walaupun kita belum pernah
ngalamin hal ini” Kata Rena
“Iya bener, di buku sejarah
perjalanan cinta gue enggak pernah tuh kejadian hal kayak gini, gue aja baru
denger sekarang, atau mungkin karena lho pacarannya sama orang dewasa Al jadi
lho asing banget sama kehidupan Andi yang beda sama lho” Kata Dinda
“Iya Al, ini itu kayak sinetron
gitu, Andi emang keterlaluan” Kata Rena
“Tapi… kalian jangan bilang
keterlaluan sama Andi! Gue masih cinta kok sama dia, mungkin aja apa yang gue
bayangin enggak seperti yang ada dikenyataan” Kata Alya
“Yaelah Al…” Kata Dinda
“Cinta gue sekarang inikan cuma
buat Andi” Kata Alya
“Lho enggak sakit hati apa?” Tanya Rena
“Gue akan coba pertahanin
semuanya” Jawab Alya dengan keyakinannya
“Alya… cwe yang hatinya kayak
lho itu jarang banget Al ditemuin, sabar, ikhlas, baik hati, selalu ngemaafin” Kata Rena
“Heuh… kalau gue sih ogah banget
deh, pergi aja sana gue enggak butuh cowo kayak gitu” Kata Dinda
“Kalau menurut gue sih lho itu
terlalu baik. Bisa ajakan nanti Andi jadi ngelunjak” Kata Rena
“Ngelunjak itu… enak banget ya
ngelunjak di siang hari” Kata Dinda
bercanda
“Itu ngerujak Dinda… ini lagi
serius nih” Kata Rena
“Udah-udah! Percaya sama gue semuanya
akan berjalan dengan lancar!” Kata Alya
“Iya deh gue coba percaya sama
lho” Kata Dinda
“Sekarang Andi udah ngehubungin
lho?” Tanya Rena
“Belum, cuma gue udah beberapa
kali sms dia, miskol dia” Kata Alya
“Tapi enggak dianggap? Beu…” Kata Dinda
“Emang susah nasihatin lho Al” Kata Rena
Dan
pada saat pulang sekolah. Dinda dan Rena pergi ke rumah Alya dan Alya menerima
sms dari no. Andi yang tertulis “Hay”.
“Din, Ren, Andi sms gue” Kata Alya
“Apa katanya?” TanyaDinda
“Hay doang sih” Jawab Alya
“Bisa aja bukan Andi Al, enggak
mungkin kalau Andi enggak pake basa-basi” Kata
Rena
“Gue yakin kok ini Andi yang
sms” Kata Alya
“Oh ya?” Kata Dinda dan Rena
“Tapi kok enggak ngebales lagi
ya? biasanya Andi selalu balas cepat” kata
Alya
“Lagi sibuk kali” Kata Rena
“Hmm… kalau lagi sibuk kenapa
tadi sms aku?” Kata Alya
“Sabar Al, lho pasti yang lebih
ngerti Andi” Kata Rena
Tiba-tiba
ada telpon dari Revi.
“Ada telpon-ada telpon, Andi?” Kata Alya
“Angkat-angkat Al!” Kata Dinda
“Loadspeakerin!” Kata Rena
“Hallo Andi?” Kata Ala
“Ini bukan Andi, ini aku Revi” Kata Revi
“Andinya kemana? Kok
handphonenya bisa ada di kamu sih?” Tanya
Andi
“Dia lagi tidur, kasian dia dari
malem sampai pagi dia nemenin aku tidur” Kata
Revi
“Hah gila?” Kata Dinda tanpa suara
“Ssttts…!” Kata Rena
“Salam kenal ya Alya?” Kat Revi
“Oh iya, kamu masih ada di rumah
Andi?” Tanya Alya
“Iya kamu beruntung sekali Alya
punya calon tunangan yang baik hati, bertanggung jawab banget, aku aja yang
dari dulu cinta sama Andi enggak pernah dibalas, kamu beruntung banget ya” Kata Revi
“Makasi” Jawab Alya singkat
“Iya memang kenyataan kok” Kata Revi
“Gila yah ini cwe” Kata Dinda tanpa suara
“Oh iya Al, kata Andi kamu tipe
perempuan yang mandiri dan enggak pernah cemburuan katanya, aku bolehkan sayang
sama Andi?” Tanya Revi
Kemudian
Rena dan Dinda saling bertatap wajah dengan wajah bingung.
“E… boleh kok, emang Andi bilang
gitu ya?” Kata Alya
“Iya” Kata Revi
“Kamu boleh kok pacaran sama
Andi asalakan kamu dan Andi bahagia” Kata
Alya
“Bener ya Al?” Tanya Revi
“Iya” Jawab Alya
“Terimakasih banyak ya Al,
yaudah udah dulu ya Al, aku mau masak dulu buat Andi” Kata Revi
“Iya sama-sama. Silahkan!” Kata Alya
“Al lho gila apa?” Kata Dinda
“Iya Al, hal konyol apa lagi
yang akan lho perbuat?” Tanya Rena
“Lho baik banget sih Al, Andi
itu cowo lho dan kalian mau tunangan, lho masih ada hati yang bersih buat
ngelakuin ini?” Kata Dinda
“Gue enggak ngerti, sebenernya
apa sih yang ada di otak lho? Gimana sih jalan fikrian lho?” Tanya Rena
“Itu semua gue lakuin karena gue
sayang sama dia Din, Ren” Jawab Alya
“Dia siapa?” Tanya Dinda dan Rena
“Sama Andi, gue sayang sama
Andi, dan gue mau ngelakuin apa aja demi Andi asalkan dia bahagia” Jawab Alya
“Al berapa kali lagi sih gue
harus bilang sama lho? Harus ngejelasin semuanya sama lho, arti kata cinta,
sayang, itu bukan berarti kita harus nurutin semua keinginan orang yang lho
sayang itu” Kata Dinda
“Lagian Al, semua itu belum
tentukan bisa ngebahagiain Andi?” Kata
Rena
“Gue yakin Revi bisa kok,
buktinya tadi dia perhatian sama Andi, dia masakin buat Andi, gue rasa dia bisa
gantiin posisi gue sewaktu gue enggak ada, dan Andi juga pasti…” Kata Alya
“Dengan mereka tinggal serumah
aja itu udah termasuk hal yang enggak wajar Al, gimana kalau sesuatu terjadi
kepada mereka?” Tanya Rena
“Gue juga bingung, gue ngerasa
enggak nyaman banget sekarang sama Andi, makanya gue ngelakuin itu dan mikirin
hal itu, gue ngerasa makin kesini cinta gue ke Andi itu makin enggak ada” Kata Alya
“Pudar? Sekarang aja lho baru
sadar” Kata Rena
“Coba pertahanin dulu aja Al,
kalau misalkan ada hal yang kayak gitu lagi, lho baru bertindak!” Kata Dinda
“Thank’s ya Din, Ren” Kata Alya
“Iya Al walaupun kadang-kadang
lho itu ngebuat jengkel kita” Kata Dinda
Tiba-tiba
ada telpon dari Andi.
“Andi Al, nih-nih!” Kata Rena sambil memberikan handphone kepada
Alya
“Hallo?” Kata Alya
“Hallo Al, kok kamu ngejual
cinta sih Al? kamu udah enggak cinta sama aku? Cinta kamu palsu buat aku? Pake
dikasih-kasihin ke si Revi dia cuma temen aku dan aku ngebantu dia bukan karena
aku cinta sama dia” Jelas Alya
“Bukan gitu Ndi, aku ngelakuin
itu karena aku juga ngerasain gimana rasanya jadi dia, seperti kamu waktu malem
kamu pasti kasiankan sama dia sampe-sampe nganter dia ke dokter kandungan?
Sekarang juga aku kayak gitu” Jelas Alya
“Ahh… udahlah!” Kata Andi
“Andi… Hallo? Hallo?” Kata Alya
Kemudian
Alya menutup telponnya.
“Andi kenapa Al? Andi marah sama
lho?” Tanya Dinda
“Andi marah sama gue Din, Ren” Jelas Alya
“Apa gue bilang?” Tanya Rena
“Terus gue sekarang harus
ngapain?” Tanya Alya
“I don’t now” Kata Rena
“Sabar aja Al, kita juga enggak
bisa nyalahin lho gitu ajakan? Kita juga tahu kok dan selalu tahu perasaan lho
gimana walaupun kita enggak ngalamin hal yang sama” Kata Dinda
“Kita tunggu aja kabar
selanjutnya beri satu kesempatan lagi buat si Andi!” Kata Rena
Dan
sampai jam 3 sore Alya tidak menerima informasi apa-apa dari Andi, meskipun dia
sudah menghubungi Andi berulang kali, dan terpaksa Dinda dan Rena harus pulang
dan berpamitan kepada ibu Alya.
“Mamah Alya aku pulang dulu ya?”
Kata Rena
“Iya mamah Alya, aku juga” Kata Dinda
“Terimakasih ya udah mau main ke
rumah Alya, hati-hati ya dijalannya!” Kata
mamah Alya
“Iya mamah Alya” Kata Dinda
“Makasi mamah Alya maaf juga
udah ngerepotin” Kata Rena
“Iya enggak papa kok sayang” Kata mamah Alya
“Al kita pulang dulu ya? yang
tabah ya Al!” Kata Rena
“Iya Al sampai ketemu besok ya!”
Kata Dinda
“Iya makasih Din, Ren” Kata Alya
“Sama-sama” Kata Dinda dan Rena
Dan
pada saat Alya pergi ke kamar lagi, Alya mengangkat telpon dari Andi.
“Hallo Andi? Kamu kemana aja
sih? Aku telp…” Kata Alya
“Maaf ya aku baru balas
soalnya…” Kata Andi
“Kenapa? Soalnya kenapa?” Tanya Alya
“Kamu benar Revi itu enggak beda
jauh sama kamu” Kata Andi
“Maksud kamu?” Tanya Alya
“Tadikan aku masuk angin dan aku
langsung di kerokin sama Revi dan aku tadi ketiduran sama Revi, dan aku tidur
berdua sama Revi di kamar” Jelas Andi
Dan
Alya langsung duduk di kasurnya.
“Kenapa? Kok kamu enggak jawab
apa-apa?” Tanya Andi
“Aku enggak percaya sedikitpun
sama omongan kamu Andi, dan aku yakin kamu cuma manas-manasin akukan? Kamu
masih marahkan sama aku jadi kamu pura-pura ngasih kabar ini ke aku?” Kata Alya
“Alya… sumpah demi Allah Alya,
aku enggak tahu bisa kayak gini, aku kira kamu enggak akan marah, dan sungguh
aku enggak sengaja ngelakuin ini semua” Kata
Andi
“Kamu jangan bercanda Andi!
Sekarang kamu mau gimana? Kamu fikir aku bakal nanggepin masalah ini dengan
spele gitu?” Kata Alya
“Aku enggak tahu aku harus
gimana, aku enggak tahu harus ngelakuin apa, tapi aku mau tunangan sama kamu” Kata Andi
“Tunangan? Lebih baik kamu
tanggung jawab atas perbuatan kamu ke Revi! Bukannya kamu tahu Revi itu lagi
hamil dan bukan anak kamu, sekarang kamu malah… that meaning that you like
Danni your friend” Jelas Alya dengan
kedewasaannya
“Aku minta maaf Alya” Kata Andi
“Denger ya Andi aku kurang apa
sih sama kamu? Aku selalu nyoba sabar mencoba tabah dengan apa yang kamu perbuat,
aku selalu memaafkan semua kesalahan kamu, tapi kamu? Kamu malah nyia-nyiain
semuanya? aku emang enggak bisa jadi perempuan murahan kayak Revi” Jelas Alya
“Kamu jangan bilang gitu dong
sama Revi! Aku minta maaf Alya, aku sungguh benar-benar minta maaf” Kata Andi yang masih membela Revi
“Aku selalu memaafkan kamu bukan
berarti aku enggak punya line kesabaran, akukan udah pernah bilang sama kamu sebelumnya,
kamu jangan bawa perempuan itu masuk ke rumah kamu, tapi kamu? Kamu malah
ngeyel, malah ngebohong sama aku demi dia, demi perempuan itu. Kamu bilang kamu
enggak suka sama kebohongan? Denger ya aku enggak suka sama orang yang buat
kata khiasan yang cuma buat ngekhias dirinya sendiri” Jelas Alya
“Aku hilaf Al, aku melakukannya
tanpa sadar” Kata Andi
“Itu karena kamu hanya
mengandalkan nafsu kamu sendiri. Sekarang aku mau tanya satu kali lagi sama
kamu dan jawab dengan sejujurnya apa kamu melakukan hal itu sama Revi?” Jelas Alya dengan sangat marahnya
“Sumpah demi Allah aku tidak
melakukannya Alya, aku, aku hanya berpelukan dengan Revi sambil tidur” Kata Andi
“Kamu bilang itu hanya? Itu dosa
besar Andi kalian bukan mukhrim, anak TK aja tahu, kamu sama aja udah
ngekhianatin cinta aku dan kepercayaan aku” Jelas
Alya
“Aku udah bilang sama kamu kalau
aku enggak sengaja melakukannya Alya” Kata
Andi
“Melakukan apa? Kamu bukan cuma
pelukankan? Skenario kamu tuh bagus banget tahu enggak” Kata Alya
“Oke kalau gitu aku besok akan
datang ke rumah kamu dan menunang kamu” Kata
Andi
“Aku enggak mau” Kata Alya
“Kenapa? Kamu enggak yakin sama
aku?” Tanya Andi
“Kamu benar-benar tidak mengerti
perasaan aku ya” Kata Alya
“Apa sih maksud kamu?” Tanya Andi
Kemudian
Alya menutup telephonenya.
“Ya Allah… kenapa harus terulang
lagi? Dan ini sudah lebih parah daripada keterlaluan” Kata Alya
Keesokkan
harinya di rumah Alya. Dinda dan Rena sudah menjemput Alya.
“Bu… pergi dulu ya? Assalamualaikum”
Kata Alya
Dan
ibu keluar dari dalam rumahnya.
“Waalaikumsalam… hati-hati!” Kata ibu
“Iya” Kata Alya
Dan
pada saat di mobil.
“Al kenapa lho? Kayak yang
seneng gitu?” Tanya Dinda
“Masalah kemarin? Memangnya Andi
udah ngehubungin lho? Atau malah enggak sama sekali” Tanya Rena
“Ada masalah yang lebih parah
dari Din, Ren, gue sengaja pura-pura bahagia supaya ibu gue nganggap gue
baik-baik aja” Kata Alya
“Kenapa? Masalah apa?” Tanya Dinda
“Andi nidurin temennya” Kata Alya
“Apa?” Kata Dinda dan Rena kaget
“Bentar-bentar! Maksud lho Andi
tidur sama Revi-Revi itu?” Tanya Rena
“Iya dan rasanya itu sakit banget
Din, Ren, gue hampir-hampir gila ngeladenin masalah ini” Kata Alya
“Kita juga ngerasain kok Al, dna
kita juga yakin lho itu kuat” Kata Dinda
“Terus lho bilang apa sama
Andi?” Tanya Rena
“Gue nggak bilang apa-apa sama
dia, gue langsung lemes banget Ren, gue cuma nanya apa dia ngelakuin atau
enggak?” Kata Alya
“Terus dia jawab apa?” Tanya Dinda
“Dia ngasih jawaban yang bagi
dia itu hal yang dia lakuin itu spele, lho fikir dia bilang gini sumpah demi
Allah aku enggak ngelakuin apa-apa, aku sama Revi cuma pelukan sambil tidur” Kata Alya
“Emang bener-bener gila tuh si
Andi, sialan banget Al. lho bisa-bisanya pacaran sama cowo kayak gitu? Lho
ketemu sama dia dimana sih?” Tanya Rena
“Yang sabar ya Al. dia itu
dewasa tapi kok… ini itu kayak trap tahu enggak” Kata Dinda
“Gue udah yakin kok sebelumnya
kalau semuanya enggak akan bener, gue makin kesini makin tahu aja sifat
buruknya dia, gue juga nganggap kalau pelet si Andi itu udah enggak manjur
lagi” Kata Alya
“Maksud lho dia pake jampi-jampi
gitu buat ngedeketin lho?” Tanya Dinda
“Gue nganggap gitu sih sekarang,
ya habis gimana mau cinta coba ketemu aja jarang, gimana mau manjur peletnya
natap gue aja enggak pernah” Jelas Alya
“Yang gue takutin itu kalau lho
ngelakuin hal yang aneh dia bakal nyantet lho” Kata Dinda
“Dinda… Ssttsss…!” Kata Rena
Dan
pada saat jam istirahat di sekolah.
“Lho duluan aja Al, gue belum
selesai prakteknya nih” Kata Dinda
“Oh yaudah gue tungg di kantin
ya?” Kata Alya
“Oke” Kata Dinda dan Rena
“Aku sekarang mulai berfikir
seperti dulu, aku lebih baik menunggu Bisma meskipun Bisma enggak mungkin
datang daripada harus sakit hati dengan cinta laki-laki lain yaitu Andi. Dan
sekarang aku menyesal telah melukapan Bisma Karisma. Mungkin gue harus membuka
bahkan membeli lembaran baru untuk hidup gue selanjutnya gue enggak mungkin
nulis diatas tulisan lagi, sebelum menuju ke lembaran baru, gue bakal beli
banyak penghapus buat ngehapusin semua kenangan buruk gue bersama mungkin… Cinta
Pertama, orang bilang cinta pertama itu susah dilupain tapi menurut gue, gue
bisa ngelupain soalnya cinta pertama gue buruk banget tapi gue enggak
ngebayangin kalau cinta pertama gue itu Bisma? Happy ending gak ya?” Kata Alya di dalam hatinya
Tiba-tiba
datang Rena dan Dinda mengangetkan Alya.
“Hay” Kata Dinda
“Jangan ngelamun!” Kata Rena
“Ye… siapa juga yang lagi
ngelamun gue itu lagi mengkhayal sama Bisma” Kata Alya
“Hah? Al lho serius?” Tanya Rena
“Iya Al, lho serius?” Tanya Dinda
“Lho pasti enggak percayakan?
Hari ini gue baru sadar ternyata Bisma itu lebih baik daripada Andi dan skait
hati sama Bisma itu enggak akan pernah terasa” Kata Alya
“Sumpah Al gue lebih suka lho
yang kayak gini. Dan sebenernya waktu itu tuh gue enggak seneng banget waktu
lho mau tunangan sam si Andi” Kata Rena
“Iya Al gue juga sama, lho yang
kemarin-kemarin itu bukan lho yang sekarang” Kata Dinda
“Dan hari ini gue akan mencoba
mencintai Bisma lagi Ye… dan gue akan beli buku sejarah gue yang baru dengan
pensil yang baru. Liat aja nanti” Kata
Alya
“Itu terbaik. Itu kalimat dan
tindakan yang terbaik yang pernah ada di sejarah hidup lho, gue dan Rena” Kata Dinda
“Yaudah nanti siang lho anterin
gue ke gudang ya buat ngambil semua barang-barang tentang Bisma lagi dan bakal
gue pajang lagi di kamar” Kata Alya
“Ya… gue lebih baik punya
sahabat kayak gini, Alya gadis yang gila” Kata
Rena
“Ahahahaha” Mereka tertawa
Dan
pada saat Alya pulang sekolah.
“Ahaha… sekarangkan lho nganter
gue ke gudang buat ngambil barang-barang Bisma nanti lho anter gue ke konser
Smash ya!” Kata Alya
“Pasti…” Kata Rena dan Dinda
Tiba-tiba
ibu Alya memanggil Alya dan terlihat di luar rumah Alya ada tamu.
“Alya…?” Kata ibu
“Al, ibu lho tuh!” Kata Dinda
“Itu siapa Al?” Tanya Rena
“Enggak tahu tuh. Kesana yuk?” Kata Alya
Dan
setelah Alya sampai di depan rumahnya.
“Alya kamu bilang dong sama
bapak kalau tunangan kamu itu seperti dia!” Kata
bapak
“Alya aku datang untuk menunang
kamu” Kata Andi
“(senyum terpaksa) aku enggak sudi tunangan sama cowo seperti kamu
Andi” Kata Alya
“Alya…?” Kata bapak
“Alya kamu ini apa-apaan sih?” Tanya ibu
“Bu dengerin Alya wanita mana
yang enggak sakit hati kalau pacarnya tidur seranjang dengan wanita lain? Ibu
sama bapak juga tahukan kalau itu dosa? Apalagi yang belum mukhrimnya” Tanya Alya
“Astagfirullah Alya kamu bicara
apa sih? Jelas-jelas Andi itu anak yang baik” Kata ibu
“Denger ya kamu Andi sekarang
juga lepasin jampi-jampi kamu di raga ibu sama bapak aku!” Kata Alya
“Alya kamu keterlaluan, dia
datang jauh-jauh untuk menunang kamu” Kata
bapak
“Aku lebih baik sakit hati
nunggu Bisma Karisma yang enggak datang-datang daripada harus tunangan sama
laki-laki seperti kamu yang bisanya hanya mengandalkan nafsunya aja” Kata Alya kepada Andi
“Beri aku satu kesempatan lagi!”
Kata Andi
“Aku udah ngasih kesempatan sama
kamu. Beribu-ribu kesempatan aku itu cuma jadi kayak garam yang dikasih ke laut
sekarang kesabaran aku buat kamu udah habis” Kata Alya
“Alya… kamu tidak boleh seperti
itu!” Kata bapak
“Pak, Alya itu sekarang lagi
belajar mencintai Bisma lagi dan udah 99% masa Alya harus belajar mencintai
laki-laki penasfsu ini yang jelas-jelas berbeda jauh dan tidak lebih baik
daripada Bisma. Alya enggak mau pak” Jelas
Alya
“Kenapa kamu tidak mencobanya
lagi Alya?” Tanya bapak
“Pak, apa bapak mau dipermalukan?
Enggak maukan? Bapak dengerin Alya! Nanti pada saat Alya dan Andi tunangan tapi
itu apabila bukan berarti Alya mau. Nanti bakal banyak perempuan yang datang
kesini, ke rumah ini untuk meminta tanggung jawab dari Andi” Kata Alya
“Sstts… Alya” Kata ibu
“Memang benar bu, ibu sama bapak
itu sudah terhipnotis sama dia sudah banyak sekali perempuan yang jadi
korbannya Andi ibu enggak percaya sama omongan Alya? Ya bisa aja Alya jadi
istri satu-satunya dia tapi Alya enggak bisa milikin dia satu-satunya dia itu
penjahat dan lebih kejam daripada penjahit ibu sama bapak pasti ngerti itukan?”
Kata Alya
“Kamu ini bicara apa Alya?” Tanya bapak
“Aduh bapak… bapak percaya dong
sama Alya! Andi lepaskan pelet kamu dari bapak dan ibu saya!” Kata Alya
“Sumpah demi Allah Alya aku
tidak… tidak” Kata Andi
“Jangan main-main Andi kamu
dengan sumpah, dulu aku percaya kamu tapi sekarang aku enggak percaya lagi” Kata Alya
“Al, aku benar-benar minta maaf”
Kata Andi
“Kamu fikir dengan kata-kata itu
aku akan mengambil semua perkataan aku yang tadinya pahit kayak empedu lebah
bisa jadi manis semanis madu kambing? Maaf ya enggak akan mungkin, pelet kamu
buat aku udah luntur” Kata Alya
“Hal apapun akan aku lakukan
Alya asalkan kamu mau memaafkan aku, dan jadi nikah sama aku” Kata Andi
“Alya…?” Bentak bapak
“Bapak itu sekarang lagi kena
mantra setannya laki-laki ini, buaknnya bapak dulu enggak setuju sama
pertunangan ini apalagi sama laki-laki ini tunangannya?” Kata Alya
“Dan kamu yang minta-mintakan
agar bapak mau merestuinya. Sekarang bapak sudah setuju kamu malah tidak
mengharagai usaha bapak” Kata bapak
“Bapak bukannya gitu, bapak
enggak tahu sih laki-laki ini udah ngasih jampi-jampi supaya bapa itu tunduk
sama kemauan dia. Pokonya Alya tegasin sekali lagi sama bapak sama ibu, Alya
enggak akan pernah mau nikah sama lelaki ini” Kata Alya
“Kamu jangan tidak sopan ya
Alya!” Kata bapak
“Pak dengan omongan laki-laki
itu aja udah kebukti kalau dia itu mau menghancurkan cita-cita Alya dengan cara
menikahi Alya” Kata Alya
Kemudian
Alya pergi bersama Dinda dan Rena.
“Bapak sama ibu udah kehipnotis
sama si penafsu ini. Ayo Din, Ren, kita pergi dari sini! Gue jadi males pulang”
Kata Alya
“Mau kemana Alya?” Tanya ibu
“Alya malas pulang bu” Jawab Alya
Pada
saat di mobil.
“Sorrry ya Al gue enggak bisa
bantu lho ngomong tadi!” Kara Rena
“Enggak papa kok, lho bener Ren,
Din yang nentuin itu bukan siapa-siapa tapi gue sendiri” Kata Alya
Di
rumah Alya.
“Maafkan Alya ya Andi?” Kata bapak
“Iya nak Andi” Kata ibu
“Enggak papa bu, pak. Saya akan
membawa Alya pulang sekarang juga. Hallo? Sekarang lho ikutin Alya dan bawa dia
ke markas!” Kata Andi
“Nak Andi menelpon siapa?” Tanya ibu
“Enggak kok bu, yasudah kalau
begitu saya pergi dulu untuk mencari Alya bu” Jawab Andi
Di
perjalanan Alya, Dinda, dan Rena.
“Eh-eh mereka siapa Al?” Tanya Dinda
“Gue juga enggak tahu Din, Ren.
Eh mereka kesini” Kata Alya panik
“Ayo turun!” Kata penjahat itu
“Eh ini apa-apaan nih? Kalian
siapa?” Tanya Alya
“Lepasin!” Kata Dinda
“Jangan macam-macam ya sama
kita” Kata Rena
“Jangan banyak omong ayo masuk
mobil!” Kata penjahat itu
“Itu mobil saya gimana?” Tanya Rena
“Ayo ah!” Kata ketiga penjahat itu
Setelah
mereka sampai di rumah tua. Disana sudah ada Andi.
“Lepasin gue ahh!” Kata Alya
“Ini bos orangnya!” Kata salah satu penjahat
“Andi?” Kata Alya kaget
“Selamat datang Alya di istanaku
tercinta ini” Kata Andi
“Maksud lho apa hah?” Tanya Alya
“Ya ini dia rumah yang megah
yang sering gue ceritain ke lho” Jelas
Andi
“Jadi lho bohong sama gue kalau
lho itu…” Kata Alya tidka percaya
“Iya gue bohong. Gue enggak
butuh temannya, suruh mereka pergi!” Kata
Andi
“Kita enggak bakal pergi tanpa
Alya” Kata Rena
“Iya kitakan datang
bareng-bareng” Kata Dinda
“Banyak omong” Kata penjahat yang memegang Dinda dan Rena
Si
penjahat itu memukul Dinda dan Rena sampai pinsan.
“Eh kalian apain temen gue? Andi
lho pengecut ya” Kata Alya
“Oh ya? Alya… Alya… kamu belum
mengenal saya, siapa aja yang punya urusan dengan saya dia enggak akan pernah
menang” Kata Andi
“Kata siapa? Gue selalu jadi
juara kelas, Mau lho apa hah?” Tanya Alya
“Gue cuma mau lho nikah sama gue” Kata Andi
“Guekan udah bilang sama lho gue
enggak sudi, lho itu gila, lho itu enggak beda jauh sama om-om yang ada di
diskotik tahu enggak?” Kata Alya
“Terserah lho mau ngomong apa
kek, yang terpenting sekarang lho nikah sama gue kalau enggak nyawa orangtua
lho yang akan jadi korban” Kata Andi
“Eh lho jangan bawa keluarga gue
ke masalah ini ya! dan lho juga jangan mempermalukan keluarga gue” Kata Alya
“Yasudah kalau begitu menikalah denganku
Alya!” Kata Andi sambil memegang pipi
Alya
“Gue enggak mau, lho itu bukan
laki-laki yang bener, gue enggak mau dijadiin permen karet” Kata Alya
“Oh… ternyata lho ngerti bisnis
permen karet?” Tanya Andi
“Gue bisa ya ngeludahin lho” Kata Alya
“Silahkan aja! Tapi enggak
bakalan kena” Kata Andi
“Lepasin gue! Lho licik ya, gue
dipegangin gini mana bisa gue ngeludah di depan wajah lho yang very badface “ Kata Alya
“Anak SMA udah berani ya” Kata Andi
“Lho juga dewasa tapi drama,
over drama” Kata Alya
“Lho jangan banyak omong ya!” Kata Andi sambil menampar Alya
“Aw” Kata Alya yang ditampar oleh Andi
“Lama-lama lho juga yang gue
matiin” Kata Andi
“Gue enggak takut” Kata Alya
“Ih… dasar cwe enggak tahu
diuntung” Kata Andi
“Diuntung? Emang gue dapet keuntungan
apa dari lho?” Tanya Alya
“Oke kalau lho masih berani juga
sama gue, sekarang gue bakal manggil semua anak buah gue buat ngebunuh
orangtuan lho” Kata Andi
“Enggak lucu ya dramanya.
Bisanya keroyokan dewasa kekanak-kanakkan tahu enggak?” Kata Alya
“Satu…” Kata Andi
“Kalau lho mau bunuh orangtua
gue, bunuh gue dulu!” Kata Alya
“Lho itu pinter banget ya, gue
itu enggak butuh orangtua lho yang gue butuhin itu lho” Kata Andi
“Lepasin gue laki-laki penafsu!”
Kata Alya
“Asalkan lho mau nikah sama gue”
Kata Andi
Tiba-tiba
ada telpon dari orangtua Alya dan Alya ditutup mulutnya.
“Ada apa bu? saya masih mencari
Alya bu, nanti saya akan bawa pulang Alya. Ibu tenang ya!” Kata Andi
Kemudian
Alya tidak ditutup lagi mulutnya.
“Munafik lho” Kata Alya
“Jadi gimana? Bawa paksa dia
cepat!” Kata Andi
“Gue bisa aja kabur ya dari lho”
Kata Alya
“Terus?” Kata Andi
“Ya gue kasihan aja orangtua
gue” Kata Alya
“Bagus kalau gitu” Kata Andi
Setelah
sampai di rumah Alya.
“Alya kamu sudah pulang?” Tanya bapak
“Kamu kok kotor begitu? Dinda?
Rena? Kok muka kalian?” Tanya ibu
“Masuk guys!” Kata Alya kepada Dinda dan Rena
“Andi dimana mereka ditemukan?” Tanya ibu
“Mereka tadi hampir aja ketabrak
bu, jadi saya tolongin mereka” Jawab Andi
“Terimakasih banyak ya Andi kamu
memang menantu yang baik” Kata bapak
Keesokkan
harinya Alya sudah didandani oleh perias pengantin.
“Enggak usah cantik-cantik deh!
Sana keluar!” Kata Alya
“Al gue pasti doain yang terbaik
buat lho” Kata Rena
“Maafin gue ya kalian jadi harus
terlibat dalam masalah gue” Kata Alya
“Eggak papa kok, kitakan
sahabat” Kata Dinda
“Oh iya tapi gue enggak cinta
sama Andi sama sekali, kebusukannya udah gue tahu” Kata Alya
“Kita lihat aja nanti bakal ada
apa Allah swt kan selalu ngedenger doa kamu kok Al percaya sama kita!” Kata Dinda
“Thank’s ya” Kata Alya
“Iya. kita bakal bantu lho kok
buat keluar dari masalah ini kok” Kata
Rena
Pada
saat Alya dibawa ke samping Andi. Mereka malah berbisik-bisik.
“Lepasin gue ahh!” Kata Alya
“Duduk disamping aku Al!” Kata Andi
“Jangan so’ imut deh lho! Gue
yakin lho enggak akan pernah menang” Kata
Alya
“Lihat aja nanti siapa yang
lebih pintar!” Kata Andi
“Bu, Alya enggak mau nikah,
tunangan aja enggak mau apalagi nikah” Kata
Alya
“Alya” Bentak bapak
“Bagaimana siap untuk dimulai
acaranya?” Tanya penghulu
“Pak penghulu beri saya waktu
untuk mengejar cita-cita saya! Saya belum jadi penulis hebat seperti Raditya
Dika saya juga belum ketemua sama Bisma, belum pacaran sama Bisma” Kata Alya
“Alya kamu apa-apaan sih?” Tanya bapak
“Pak penghulu saya enggak mau
pernikahan dini. Saya masih sekolah” Kata
Alya
“Jadi bagaimana ini? Saya sudah
kehilangan waktu banyak untuk menunggu mempelai siap, pernikahan bukan
permainan ya” Kata pak penghulu sedikit
marah
“Lanjutkan saja pak!” Kata Andi
“Eh munafik diem ya lho!” Kata Alya
“Alya?” Bentak bapak
“Pak, sekarang bapak boleh pergi
saya tidak jadi menikah!” Kata Alya
“Tidak pak, kita jadi nikah,
saya akan bayar bapak berapun. Lho jangan macam-macam ya!” Kata Andi
“Eh lho tuh yang jangan ngerusak
masa depan ABG” Kata Alya
Pada
saat acara akan dimulai datang 2 orang perempuan yang hadir ke acara pernikahan
Alya dan Andi.
“Tunggu!” Kata Revi
“Pak, bu! ini saatnya kebusukkan
Andi terbongkar” Kata Alya
“Revi? Puspa?” Kata Andi kaget
“Bapak sama ibu jangan mau
menikahkan Alya dengan laki-laki ini!” Kata
Revi
“Revi kamu apa-apaan sih?” Tanya Andi
“Oh jadi ini yang namanya Revi
yang hamil duluan itu? Yang udah tidur sama kamu itu?” Kata Alya
“Aku datang kesini untuk
menolong kamu Alya” Kata Revi
“I don’t care. Terus itu satu
lagi siapa?” Tanya Alya
“Kamu yang sopan ya! saya Puspa
istrinya Andi kita mau menikah tahun depan” Kata
Puspa
“Ohh… tapi kok calon suami lho
tega ya ngekhianatin lho?” Kata Alya
“Alya… kamu sudah mempermalukan
bapak” Kata bapak
“Bapak, aku bertingkah enggak
sopan karena Alya tahu mana yang salah mana yang benar, Rena sama Dinda tahu
kok dan bisa ngertiin Alya” Jelas Alya
“Heh kamu jangan ngaku-ngaku
ya!” Kata Andi kepada Revi
“Andi kita itu…” Kata Puspa
“Stop ini rumah gue jadi kalau
kalian mau berantem jangan disini!” Kata
Alya
“Al… lho banyak omong ya” Kata Andi
Kemudian
Andi menyimpan pisau di leher Alya.
“Andi? Kamu mau apakan anak
saya? Jadi kamu selama ini menipu kami” Kata
bapak
“Iya pak, jangan mendekat!” Kata Andi
“Apa urusan kamu melarang saya
mendekati anak saya” Kata bapak
“Pak jangan dekatin Alya! Alya
bisa jaga sendiri kok” Kata Alya
Kemudian
Dinda dan Rena menelpon polisi secara bersembunyi.
“Hallo pak disini ada keributan
tolong kami pak. baik pak, secepatnya ya pak!” Kata Dinda
“Alya…” Kata ibu
“Ibu jangan takut!” Kata Alya
“Diam lho ngomong terus” Kat Andi
“Mulut-mulut gue, lepasin pisau
itu dari leher gue!” Kata Alya
“Semudah itu?” Tanya Andi
“Ini bukan sinetron ya? Juga
bukan film action” Kata Alya
“Andi ayo pulang!” Kata Puspa
“Diam kamu!” Kata Andi
“Andi dia masih kecil dia
masih…” Kata Revi
“Ya terus masalahnya buat lho?” Kata Andi
“Angkat tangan sodara Andi!
Sekarang anda tidak bisa lari lagi dari kami” Kata polisi yang baru saja datang
“Hah?” Kata Andi kaget kemudian melepaskan pisau yang ada di leher Alya
“Sekarang anda ikut kami ke
kantor polisi!” Kata polisi
“Pak saya tidak mau lagi bertemu
dengan anda” Kata Andi
“Bapak… ibu… terimakasih sudah
membantu kami menemukan orang ini” Kata salah
satu orang polisi
“Maksud bapak dia buronan?” Tanya bapak
“Iya pak, dia sangat terkenal di
salah satu daerah, dan sekarang kami tidak tahu kalau dia kabur ke daerah bapak
ini” Kata komandan polisi itu
“Pak polisi terimakasih banyak” Kata Alya
“Sama-sama. Ayo bawa dia!” Kata pak polisi
“Lihat aja lho nanti Alya!” Kata Andi
“Kenapa? Mendekam aja lho
dipenjara selamanya” Kata Alya
“Alya maafkan bapak ya” Kata bapak
“Iya maafin Alya juga ya” Kata alya sambil mencium tangan bapak
“Sekarang aku mulai mengerti
kalau kita mau melakukan sesuatu yang baik selalu aja ada godaannya seperti
seorang pelajar pada saat mereka akan menggapai cita-citanya mereka selalu
berhadapan dengan rintangan dan hanya ada 2 pilihan menanggapinya dengan
menerima rintangan sebagai masa depan atau menghindarinya kalau bisa
menghancurkannya. Dan gue salah satu pelajar yang udah kejebak sama rintangan
itu walaupun gue bisa menghacurkannya jadi kalian harus lebih hati-hati
daripada gue” Kata Alya di dalam hatinya
Pada
sore hari di caffe seperti biasa Dinda dan Rena sudah menunggu Alya, tidak lama
setelah itu Alya datang membawa barang-barang Bisma.
“Alya mana sih? Katanya janjian
disini? Tapi kok belum datang juga?” Kata
Rena
“Konsernya bisa kebagian paling
belakang nih” Kata Dinda
“Eh itu si Alya?” Kata Rena
“Hay sorry ya gue lama habis gue
berat banget bawa barang-barang ini” Kata
Alya sambil menyimpan kardus di atas meja
“Lho gila Al, lho bener-bener
gila” Kata Dinda
“Gue bakal buktiin kalau gue itu
smashblast dan bismaniak fanatic” Kata
Alya
“Yaudah kita pergi sekarang yuk.
Nanti kebagian tempat paling belakang lagi” Kata
Dinda
“Memang pake kursi konsernya?” Tanya Alya
“Enggak sih, berdiri” Jelas Dinda
“Yaudah kita sempit-sempitan
aja. Ayo ahh! Ini itu hari yang paling penting buat gue tulis di buku sejarah
gue” Kata Alya
“Kegilaan inilah yang gue suka
dari lho Al” Kata Rena
“Masa lalu get out” Kata Alya
Setelah
sampai di tempat konser Smash. Alya, Dinda, Rena berdiri paling depan. Kemudian
Smash menyanyikan lagu Pahat Hati. Alya berteriak sekencang-kencangnya.
“Bisma…” Teriak Alya
“A… Bisma keren tuh, gue suka
Smash sekarang” Kata Rena
“Gue juga…” Kata Dinda
Kemudian
Bisma menjabat tangan Alya. Dunia berasa berhenti dan hanya ada Alya dan Bisma
yang sedang berpegangan tangan. Kemudian Bisma melepaskannya dan kembali
menyanyi dengan memberikan senyuman kepada Alya. Alya senang tidak kepalang dan
kembali menonton Smash.
“Gue janji suatu saat gue bakal
bikin film yang melibatkan kisah gue dan nama Bisma judulnya “AKU MENYESAL
MELUPAKAN BISMA KARISMA” gue enggak pernah nyangka gue bakal pacaran sama
seorang buronan polisi dan yang lebih gue heranin seorang buronan polisi bisa
jadi seorang buronan cinta. Gue yakin film gue bakal lebih tenar daripada film
Romeo & Juliet karya William Shakspeare dan gue juga bakal nyeritain
pengalaman hidup gue ini sama Bisma, dan gue enggak sabar gimana sih ekspresi
dia? Semangat gue kembali lagi terimakasih Bisma”
Selesai
Pada
suatu hari ada seorang perempuan bernama Alya Nuria Savana, atau biasa
dipanggil Alya, Alya ini suka banget sama Bisma Karisma, dan membuatnya menjadi
sangat benci untuk menjalin pacaran. Di sekolahnya dia mempunyai dua sahabat
yang selalu menemaninya, yaitu Dinda dan Rena.
“Si Rena kenapa sih Din? Dari
tadi ngelamun aja. Heh Rena?” Kata Alya
“Hey Rena?” Kata Dinda
“Kenapa sih?” Tanya Rena yang merasa terganggu
“Eh lho tuh yang kenapa? Dari
tadi senyam-senyum sendiri” Kata Alya
“Iya kayak orang gila tahu gak?”
Kata Dinda menambahkan
“Sirik aja sih kalian berdua.
Tadi pagi gue tuh ketemu sama cowo ganteng, terus dia ngeliatin gue terus dan
dia itu ngasih senyuman manis sama gue, a…” Kata
Rena dengan percaya dirinya
“Meskipun tatapan matanya enggak
sengaja buat ngeliat lho?” Tanya Dinda
“Apaan sih? gue yakin dia
sangaja kok” Jawab Rena
“Gantengan mana sama pangeran
gue?” Tanya Alya
“Pangeran? Sejak kapan lho punya
pangeran? Pangeran cinta? kalau menurut gue sih enggak mungkin deh kayaknya.
Lho kan perempuan anti cinta jadi kayaknya enggak mungkin pangeran cinta”Kata Rena
“Ren… lho kayak yang enggak tahu
aja siapa pangeran cintanya si Alya. Siapa lagi kalau bukan pengeran BISMA
KARISMA” Jelas Dinda
“Ahahaha… ngefans-ngefans aja
kali Al, jangan sampai ngarep jadi pacarnya, mending kayak gue satu bulan udah
dua cowo gue taklukin” Kata Rena
“Iya lho tuh, om-om aja mau” Kata Alya
“Enak aja lho, amit-amit deh” Kata Rena
“Menurut gue sih cinta itu
enggak ada, dan cowo setia itu enggak ada tuh” Jelas Alya
“Kata siapa lho Al? jangan salah
ngomong! Kalau udah terpanah oleh cinta. ahh… udah deh lho kelepek-kelepek” Bantah Dinda
“Gue itu masih nunggu Bisma,
enggaklah gue pasti ngejaga bibir, mata , dan telinga gue juga, gue itu enggak
punya cinta sama Bisma, tapi gue cuma punya sayang” Jelas Alya lagi
“Ahahaha… sekarang lho bilang
kayak gitu, besok-besok lho enggak akan bisa deh” Kata Dinda
“Betul tuh, awas jangan sampai
kemakan omongan lho sendiri!” Kata Rena
“Cinta itu ngebuat kita buta Al.
bukan cinta yang buta. Tapi kita yang bakal dibutain sama cinta. Al… kalau sama
Bisma jangan ngarep deh lho. Cape-cape enggak ada gunanya. Percuma! Dia itu
artist” Kata Dinda
“Stop…stop…stop… ALYA NURIA
SAVANA perempuan anti cinta” Kata Alya
“Gimana lho aja deh, dibilangin
enggak percaya” Kata Dinda
“Denger ya! cinta itu cuma
perasaan yang enggak beda jauh sama perasaan benci, sayang, takut, suka dan
sebagainyalah. Cinta itu cuma kalimat yang dibuat lebay oleh bangsa pribumi,
buktinya perjodohan atau pernikahan tanpa didasari dengan cinta
langgeng-langgeng aja tuh” Jelas Alya
“Baiklah professor Alya Nuria
Savana” Kata Rena
Dan
pada saat pulang sekolah.
“Eh main ke rumah gue yuk? Rumah
gue sepi nih” Ajak Alya kepada Rena dan
Dinda
“Gimana ya Al?” Kata Rena ragu
“Udah tenang aja di rumah gue
banyak cemilan kok” Kata Alya
“Beneran Al?” Tanya Dinda
“Yeh… mas gue bohong, ayo mau
enggak?” Kata Alya
“Iya deh, yuk Ren!” Kata Dinda
Dan
setelah mereka sampai di rumah Alya.
“Rumah lho sepi banget Al” Kata Dinda
“Dibilangin, makanya gue ajak
kalian berdua ke rumah gue” Kata Alya
“Kemana orangtua lho?” Tanya Dinda
“Ke rumah nenek gue” Jawab Alya
“Lho kok enggak ikut?” Tanya Rena
“Gue kan sekolah. Ayo masuk,
langsung ke kamar gue ya!” Jawab Alya
Kemudian
Alya membawa Dinda dan Rena ke kamarnya.
“YaAllah Al… ini kamar lho atau
kamarnya Bisma sih?” Tanya Rena
“Kamar gue lah” Jawab Alya
“Gila, lho semuanya tembok rame
banget, dominan foto Bisma lagi” Kata
Dinda
“Orangtua lho enggak ngomong
apa-apa?” Tanya Rena
“Mamah gue itu baik banget, ya
memang sih bapak gue suka ngomong. Silahkan aja liat-liat kamar gue! Gue mau
ambil air buat minum kalian. Kalian mau minum apa? Tunggu ya!” Kata Alya
“Iya, terserah lho aja deh, asal
jangan air comberan” Kata Rena
“Memang bener-bener gila si
Alya. Pantesan aja dia selalu rindu sama Bisma, orang di kamarnya foto Bisma
semua” Kata Dinda
“Tapi kenapa dia enggak pernah
mau ketemu sama Bisma ya?” Tanya Rena
Tiba-tiba
Alya datang membawa air minum dan juga cemilan untuk Dinda dan Rena.
“Gue itu bukannya enggak mau,
tapi gue itu malu” Jelas Alya
“Malu? Kenapa harus malu?” Tanya Dinda
“Ya bayangin aja dong kalau
ketemu dia pastikan dia itu banyak fansnya bukan cuma gue, masa gue harus
ekstreem dan cari perhatian di depan dia?” Kata
Alya
“Malu tapi maukan lho? Secara
kan Bisa itu orang ka… terkenal gitu” Tanya
Rena
“Tadi lho mau bilang apa hah?” Tanya Alya
“Enggak Al… ampun Al” Kata Rena bercanda
Dan
teman-teman Alya pun segera pulang, karena sudah sore.
“Al… gue pulang dulu ya?” Kata Dinda
“Iya… gue juga. Bye-bye Alya” Kata Rena
“Hati-hati ya Din, Ren!” Kata Alya
“Oke Sip” Kata Dinda dan Rena
Dan
satu tahun kemudian… Alya masih menunggu Bisma. Pada suatu hari di sekolah.
“Ahahaha sampai kapan Al?” Tanya Dinda
“Alya wanita si penghayal” Jelas Rena
“Apaan sih kalian?” Tanya alya
“Lho masih nunggu lebaran
monyet?” Tanya Dinda
“Atau nunggu bulan jadi dua?” Tanya Rena
“Ya paling kalau gue punya pacar
atau sampai Bisma nikah, Bisma selalu ada di hati gue” Jelas Alya
“Hah? Coba ulangi lagi!” Kata Dinda
“Lho enggak sakit kan Al?” Tanya Rena
“Sejak kapan lho ngomongin
pacar?” Tanya Dinda
“20 detik yang lalu” Jawab Alya sambil mengambil minum
“Ahahahahahahahaha” Dinda dan Rena tertawa terbahak-bahak
“Kok kalian pada ngetawain gue
sih?” Tanya Alya
“Gak salah ngomong? Kayaknya
Alya Nuria Savana mulai cape nih nungguin pulang pangerannya” Kata Rena
“Apa gue bilang satu tahun yang
lalu? Kayaknya Alya udah punya gebetan nih. Siapa tuh?” Kata Dinda
“Gebetan apa sih? Sumpah gue
enggak punya” Jawab Alya
“Akhirnya satu tahun penantian
panjang, kamu udah kecapean juga” Kata
Dinda
“Jangan ngarep gue bakal
ngelupain Bisma ya!” Kata Alya
“Kayak lagu setia band aja jangan ngarep” Kata
Dinda
“Kalau udah punya pacar, lho
pasti lupa sama Bisma, seriusan, beneran, percaya deh sama gue!” Jelas Rena
Dan
pada saat Alya pulang sekolah, Alya pulang sendirian dan berjalan kaki, Alya
melihat seorang pencuri yang akan mengambil dompet seorang laki-laki yang
sedang memperbaiki mobilnya.
“Hey… lho mau nyuri ya?” Kata Alya sambil ngejar malingnya
Dan
pencuri itu langsung lari begitu saja.
“Makasih ya?” Kata Andi
“Sama-sama” Jawab Alya jutek
“Kalau enggak ada kamu aku pasti
udah kecopetan” Jelas Andi
“Enggak. Biasa aja” Jawab Alya
Dan
pada saat Alya akan pergi, Andi menarik tangan Alya dan membuat Alya marah.
“Hey” Kata Andi
“Jangan sentuh gue. Don’t
disturb me!” Kata Alya
“Nama aku Andi” Kata Andi
“Alya, diusahakan jangan pernah
memegang wanita yang bukan mukhrim!” Kata
dengan kejuteknya
“Ma’af. Enggak sengaja” Kata Andi
Kemudian
Andi mengajak Alya ke tempat makan.
“Kalau aku boleh tahu, kamu
sekolah kelas berapa?” Tanya Andi
“Kelas 2 SMA, kamu sendiri?” Tanya Alya
“Aku udah kerja dan usia aku
udah 23 tahun” Jelas Andi
“Hah? 23 tahun kok udah kerja
sih?” Tanya Alya kaget
“Kenapa kaget? Enggak ada
salahnya kan kalau kita temenan?” Kata
Andi
“Enggak ada yang salah sih. Tapi
aku jadi bingung manggil kamu apa? Enggak mungkin aku bilang kamu, enggak
sopan. Kamukan lebih tua dari aku” Kata
Alya
“Terserah apa aja. Kamu mau
manggil aku dengan sebutan apa” Jelas
Andi
“Kamu kerja apa?” Tanya Alya
“Aku bekerja sebagai masinis” Jawab Andi
“Wow… hebat banget ya? orangtua
kamu pasti bangga punya anak seperti kamu” Kata
Alya
“Iya, tapi sayang orangtua aku
udah meninggal” Kata Andi
“Ohh… Ma’af! Pastikan mereka
seneng di sana liat kau sesukses ini” Jelas
Alya
“Ya mudah-mudahan. Makanya aku
pesan sama kamu kejar cita-cita kamu dan sayangilah kedua orangtua kamu! Aku
yakin kamu pasti bisa” Kata Andi
“Kamu tinggal sama siapa
sekarang?” Tanya Alya
“Aku tinggal sama adik angkatku.
Ya walaupun dia bukan adik kandung tapi aku snagat menyayangi dia. Kasihan dia
masih kecil 8tahunanlah udah jadi pengemis, dan aku angkat aja dia jadi adik
aku sendiri, daripada aku tinggal sendiri” Jelas
Andi
“Kamu hebat loh, salut deh sama
kamu” Kata Alya
“Itu karena dia anak yatim piatu
sama kayak aku” Jelas Andi
“Tapi kamu mempunyai hati yang
tulus” Kata Alya yang hatinya mulai luluh
kepada Andi
“Aku boleh minta no. handphone
kamu?” Tanya Andi
“E… boleh kok” Jawab Alya
Dan
setelah mereka makan di restoran.
“Kamu mau aku anterin pulang?” Tanya Andi
“Ohh… enggak usah, nanti
bisa-bisa kamu dimarahin” Kata Alya
“Dimarahin sama siapa?” Tanya Andi
“Sama bapak aku, bapak aku itu
galak. Pacaran aja aku enggak boleh” Jelas
Alya
“Mungkin itu karena bapak kamu
sayang sama kamu” Kata Andi
“Aku juga enggak tahu. Akukan
masih nunggu Bisma” Kata Alya
“Bisma? Pacar kamu?” Tanya Andi
“Bukanlah. Pacar khayalan iya.
Yaudah aku pulang dulu ya” Kata Alya
“Iya… hati-hati ya! nanti aku
sms kamu. Gadis itu baik sekali dan sangat polos tapi sayang sekali saking baik
dan polosnya membuat dia menjadi korbanku selanjutnya” Kata Andi
Dan
pada saat malam harinya. Alya menerima sms dari Andi yang tertulis “Hay”
“Ini siapa ya? Apa jangan-jangan
Andi. Iya ini pasti andi. Hay juga” Kata
Alya dengan bahagia dan membalas sms Andi
Tiba-tiba
ada telpon dari Dinda.
“Hay Alya. Lagi ngapain nih?” Tanya Dinda
“Lagi sms-an aja nih” Jawab Alya
“Sms-an? Sama siapa? Si Rena?
Enggak biasanya lho suka sms-an?” Kata
Dinda
“Enggak papa dong sekali-sekali”
Kata Alya
“Ya aneh aja. Kalau boleh tahu
sms-an sama siapa sih?” Tanya Dinda
“Udah tenang aja besok gue
cerita sama lho” Kata Alya
Dan
pagi harinya di sekolah.
“Ahahaha…” Kata Rena dan Dinda setelah mendengar penjelasan dari Alya
“Kok kalian gitu sih? Emang ada
yang lucu ya pake ketawa-ketiwi segala? Gue itu cuma temenan aja sama dia” Jelas Alya
“Rena?” Kata Dinda sambil melirik kepada Rena
“Ahahaha… biasanya ya Al, kalau
ada cowo minta no. handphone cwe pasti ada maunya” Jelas Rena
“Maksud lho?” Tanya Alya
“Dia masih bego juga Ren” Kata Dinda
“Si cowo itu naksir sama si cwe
itu” Kata Rena
“Enggak kok, dia malah bilang ke
aku kalau aku harus kejar cita-cita aku, menyayangi orangtua aku sendiri, jadi
dia enggak mungkin naksir sama aku. Secaran akukan calon pacarnya Bisma” Kata Alya
“Al…” Kata Dinda
“Iya?” Kata Alya
“Sejak kapan lho bilang aku?
Jangan bilang sejak cowo itu si Andi!” Kata
Dinda
“Emang kenapa? Enggak ada
salahnyakan gue berubah jadi lebih baik karena dia?” Tanya Alya
“Bisma mau lho kemanain Al?” Tanya Rena
“Guekan udah bilang sama kalian
kalau gue enggak pacaran sama si Andi” Kata
Alya
“Itu sekarang Al, iya enggak
Ren?” Kata Dinda
“Bener banget tuh, bisa aja si
Andi nanti nembak lho” Kata Rena
“Masa iya sih?” Tanya
Alya di dalam hatinya
Dan
pada saat pulang sekolah.
“Nih ya kalau nanti gue punya
anak sama Bisma gue bakal kasih nama anak gue dari huruf C” Jelas Alya
“Kenapa tuh kenapa?” Tanya Dinda
“Soalnya nama guekan inisialnya
dari A, Bisma dari B, jadi anak gue harus C dong jadi panggil keluarga gue keluarga
ABC” Jelas Alya
“Ahahaha… bisa banget tuh” Kata Rena
“Emang bisa ya lho bertahan?
Emang Bisma mau sama lho?” Tanya Dinda
“Gue bakal prustasi banget kalau
semua itu enggak bakal terjadi, dan gue enggak akan pernah mengkhayal dia lagi
karena udah terlalu gila banget” Jelas
Alya
“Baguslah kalau lho jadi enggak
ngekhayal Bisma lagi” Kata Dinda
“Alya…” Kata Andi
“Andi? Ngapain disini? Punya
adik yang sekolahnya disini?” Tanya Alya
“Enggak kok, aku sengaja kesini
mau ketemu kamu lagi” Jeawab Andi
“Oh jadi ini yang namanya Andi,
kenalin aku Rena temennya Alya” Kata Rena
“Aku Dinda temennya Alya juga.
Ternyata Andi ganteng juga ya? kok bisa sih mau deket-deket sama Alya gadis
pengkhayal?” Kata Dinda
“Apaan sih lho? Jangan
malu-maluin gue deh!” Kata Alya
“Yaudah mas Andi bawa aja
Alyanya! Iya enggak Din?” Kata Rema
“Iya banget tuh” Kata Dinda
“Eh lho jangan nyari cara supaya
gue bolos ngaji ya!” Kata Alya
“Enggak kok, kita cuma temenan
enggak lebih dari itu” Jelas Andi
“Denger tuh pake kuping!
Dibilangin enggak percaya” Kata Alya
“Yaudahlah Din kita pulang
duluan yuk” Kata Rena
“Yuk… bye bye Alya” Kata Dinda
“Hati-hati di jalan ya!” Kata
Rena
“Sipp… lho juga tuh jangan
pacaran terus!” Kata Dinda
“Lihat besok ya!” Kata Alya
Dan
setelah Dinda dan Rena pergi.
“Al…” Kata Andi
“Iya?” Tanya Alya
“Kamu mau enggak aku ajak makan
siang? Mau ya please! Temenin aku makan siang sebentar aja” Tanya Andi
“Boleh” Jawab Alya singkat
Dan
pada saat di tempat makan.
“Al…sebenarnya aku ajak kamu
kesini bukan hanya untuk ngajak makan kamu aja, aku mau bilang sesuatu sama
kamu” Kata Andi
“Bilang apa? Maaf…” Kata Alya kaget dan ingin meninggalkan
tempat itu
“Ini mas makananya” Kata seorang pelayan caffe
“Oh iya makasih” Kata Andi
“Permisi” Kata pelayan caffe
“Kamu jangan pergi! Aku mau
tanya satu hal sama kamu” Kata Andi
“Tanya apa?” Tanya Alya
“Kamu udah punya pacar?” Tanya Andi
“Aku?” Kata Alya
“Iya kamu” Jawab Andi
“Aku enggak punya pacar, aku
enggak boleh pacaran sama bapak” Jelas
Alya
“Kenapa? Kamu kok keliatannya
buru-buru gitu?” Tanya Andi
“Enggak papa kok, aku takut
pulang terlambat” Kata Alya
“Aku bakal anterin kamu pulang
kok” Kata Andi
“Jangan! Bapak aku galak banget,
pokonya aku enggak mau pacaran titik” Jelas
Alya sedikit emosi
“Kok jadi ke aku marahnya?” Tanya Andi
“Maaf aku enggak sengaja, aku
emang suka kayak gitu. Maaf ya” Kata Alya
“Iya enggak papa kok Al” Jawab Andi
“Iya” Kata Alya
“Dari pertama aku ketemu kamu
aku tuh kagum banget sama kamu, kamu itu mandiri kayak orang dewasa. Kamu mau
enggak jadi isteri aku?” Kata Andi
“Hah?” kata Alya kaget sambil batuk tak tertahan
“Kamu kenapa? Minum dulu! Maaf
ya aku terlalu kecepetan ya? aku enggak tahu tapi hati aku memilih kamu” Jelas Andi
“Kamu kok gitu sih? Kamu bilang
ke aku katanya kejar dulu cita-cita kamu, tapi kok kamu… bener kata sahabat aku
kamu itu ada maunya, maaf aku harus pulang aku mau ngaji” Kata Alya marah
“Alya… Alya aku tahu aku salah” Kata Andi
“Kamu salah besar dan amat
besar” Kata Alya
“Aku minta maaf ya please!” Kata Andi
“Untuk kali ini aku maafin kamu,
tapi aku enggak mau denger lagi kamu bilang kalimat itu ke aku” Kata Alya
“Iya aku enggak akan ngomong
lagi kayak gitu” Kata Andi
“Kenapa perasaan aku ajdi enggak
enak ya? Bisma... Bisma… ya Allah aku tahu ini godaan besar untuk aku” Kata Alya di dalam hatinya
“Al aku jujur aku aku salut sama
kamu, aku engga bisa bohongin hati aku sendiri, kamu mau ya api aku enggak mau
kamu marah lagi” Kata Andi
“Kamu mau bilang kalimat yang
tadi?” Tanya Alya
“Aku cinta sama kamu aku enggak
tahu tuh kan diulangin lagi, terserah kamu mau marah atau enggak aku akan
tunggu kamu” Kata Andi
“Aku butuh waktu” Kata Alya
“Aku sanggup nunggu kamu” Kata Andi
“MasyaAllah…” Kata Alya
“Aku mau Al” Jawab Andi dengan tidak sadar
“Mau apa?” Tanya Alya
“Aku mau jadi pacar kamu” Jawab Andi
“Apaan sih? Walaupun Andi suka
sama aku maksud aku walaupun kak Andi suka sama aku, kak Andi harus tahan
nafsu!” Kata Alya
“Tapi aku suka sama kamu. Dan
aku mau nikah sama kamu” Kata Andi
“Astagfirullah… kalau kak Andi
emang bener-bener mau nikah jangan aku juga kali yang jadi pengantin
wanitanya!” Kata Alya
“Kalau aku maunya gitu gimana?” Tanya Andi
“Aku enggak suka kamu kayak
gitu” Kata Alya
“Iya-iya aku enggak bakal
ngulangin lagi. Aku engga butuh cwe cantik, aku enggak peduli sama fisik, yang
aku mau cwe baik kamu bisa enggak cariin buat aku kalau memang kau enggak mau?”
Kata Andi
“Aku masih sekolah dan tugas
pelajar itu bukan untuk cari kerjaan tapi untuk cari ilmu” Jelas Alya
“Ya aku cuma nanya dan minta
tolong sama kamu” Kata Andi
“Jodoh itu jangan dicari! Pasti
suatu hari nanti kamu bakal nemuin tulang rusuk kamu yang hilang” Kata Alya
“Dan aku harap tu kamu Alya” Kata Andi di dalam hatinya
“Oh iya aku punya doa ya
mudah-mudahan bermanfaat, katanya sih suapaya dapet pacar yang sayang.
Bismilahirohmanirrohim… allahuma inni asaluka rohmatan minnindika tahdi biha
qolbi watajmaubiha shamli wata roddu bihal fitnata anni sodakallahulazim” Kata Alya
“Kamu cantik sekali” Kata Andi di dalam hatinya
“Jangan terlalu serius makanya
kalau liatin perempuan! Jadi kebawa setan kan!” Kata Alya
“Aku salut sama kamu… aku…” Kata Andi salah tingkah
“Mau bilang itu lagi? Aku enggak
marah kok, kamu punya hak kamu udah ngulangin kalimat itu berulang-ulang jadi
artinya kamu belum ikhlas aku tolak” Kata
Alya
“Aku bakal nunggu jawaban dari
kamu” Kata Andi
“Jam 21.00 tepat malam nanti,
aku bakal ngasih jawabannya ke kamu” Kata
Alya
Dan
setelah Alya sampai di rumah.
“Aku enggak mungkin pacaran
banyak banget alasannya aku enggak mungkin ninggalin Bisma, aku juga enggak mau
ngecewain bapak. Apa aku harus bener-bener lupa sama Bisma? Aku bingung ya
Allah aku tahu ini buaian setan tapi aku… entah mengapa aku susah untuk menjauh
dari Andi” Kata Alya
“Alya kamu kenapa? Bukannya
amusk ke dalam, kok malam di luar?” Tanya
ibu
“Bu… aku itu lagi bingung banget
sekarang” Kata Alya
“Bingung kenapa?” Tanya ibu
“Ibu tahukan Alya ngefans….
Banget sama Bisma” Tanya Alya
“Tahu sekali” Jawab ibu
“Tapi bu… Alya itu ada yang
nyukain, dan Alya bingung yang harus Alya lakuin itu apa?mapa Alya harus
ngelupain Bisma? Apa alya harus nolak laki-laki yang nyukain Alya?” Kata Alya
“Dia teman sekolah kamu?” Tanya ibu
“Bukan… dia itu orang yang
pernah ditolongin sama Alya, dan dia jadi akrab gitu sama Alya dan tadi dia
nanya Alya apa Alya mau jadi pacarnya dia?” Jelas
Alya
“Apa? Kamu tahukan pacaran itu
haram?” Tanya ibu
“Alya tahu bu… tapi entah kenapa
susah banget Alya buat nolak dia” Kata
Alya
“Kamu sudah terhasut oleh setan”
Kata ibu
“Izinin Alya buat sekali ini aja
pacaran bu” Kata Alya
“Nama dia siapa?” Tanya ibu
“Andi, dia bekerja sebagai
masinis bu… orang tua dia udah meninggal” Jelas
Alya
“Pekerja?” Tanya ibu kaget
“Iya bu, dia bekerja sebagai
masinis. Ya emang Alya enggak tahu dia pegawai negeri sipil atau bukan, menurut
ibu gimana? Usia dia 23 tahun” Jelas Alya
“Ibu takut, ibu takut dia
mengajak kamu untuk menikah. Memang kalau kamu seusia dengannya dia adalah
laki-laki pilihan daripada Bisma” Kata
ibu
“Tapi Alya belum siap melupakan
Bisma, Alya belum sempat ketemu sama Bisma” Jelas
Alya
“Satu masalah saja belum
terselesaikan, tentang masalah kamu selalu mengkhayal Bisma, eh kamu tambahin
lagi. Satu lagi Bisma itu artis sedangkan kamu? Andi itu 23 tahun, sedangkan kamu?”
Kata ibu
“Jadi gimana dong bu? ibu jangan
kasih tahu bapak dulu ya! alya takut” Kata
Alya
“Ibu tahu hati kecil kamu, kamu
mencintai diakan? Yasudah kalau begitu untuk sementara waktu ini kamu ikuti
hati kecil kamu, kamu yang akan menentukan amsa depan kamu baik atau buruk” Kata ibu
Kemudian
Alya pergi ke kamarnya.
“Alya… Alya… tadi minta solusi
sekarang malah pergi” Kata ibu
Di
kamar Alya.
“Aku bingung ya Allah” Kata Alya
Kemudian
Alya melihat foto-foto Bisma.
“Aku enggak mungkin ninggalin
kamu Bis, walaupun kamu pacar khayalan aku tapi cinta aku bukan khayalan. Tapi
aku juga enggak mau nolak cinta laki-laki itu” Kata Alya
Pada
malam hari, pukul 21.15 malam.
“Satu jam lagi bahkan sudah lewat
15 menit. Aku harus gimana? Enggak mungkin aku kasih tahu Dinda sama Rena
tentang masalah ini, bisa-bisa aku jadi badut di mata mereka” Kata Alya
“Alya…?” Tanya ibu
“Iya bu?” Kata Alya
“Kamu kenapa? Enggak belajar?” Tanya ibu
“Alya masih bingung bu, Alya
udah janji sama Andi kalau Alya bakal ngasih jawaban iya etau enggak ke dia jam
9 tepat dan Alya bingung sekarang udah jam 8 lewat” Jelas Alya
“Hati kamu?” Tanya ibu
“Itu dia masalahnya” Jawab Alya
“Kamu itu perempuan yang mandiri
Alya, jadi kamu seharusnya tahu apa yang harus kamu lakukan dalam menanggapi
masalah ini. ibu tahu kok kamu menyukai dia” Kata ibu
“Enggak kok bu… sedikit” Kata Alya
“Ibu tidak bisa memaksa kamu
untuk menolak ataupun menerima. Karena kamu sudah dewasa” Kata ibu
Dan
setelah ibu Alya meninggalkan Alya di kamarnya. Alya mendapatkan 1 pesan dari
Andi yaitu: “Selamat Malam… “
“Andi? Aduh gimana ya? Ya Allah”
Tanya Alya
Kemudian
Alya membalas pesan Andi:
“Malam juga”
Kemudian
Andi membalas pesan Alya:
“Lagi ngapain? Belum tidur?”
Kemudian
Alya membalas pesan Andi:
“Aku belum ngantuk aja, Aku lagi nonton aja, kamu?”
Kemudian
Andi membalas pesan Alya:
“Aku lagi pusing nih biasa… oh iya kalau aku boleh minta jawabannya sekarang
boleh? Solanya aku pusing banget nih kepala aku kayak ditancapin jarum sama
kawat”
Kemudian
Alya membalas pesan Andi:
“Bismilahirohmanirrahim… kamu jangan kecil hati ya! tapi ini adalah jawaban aku
dan dari hati aku, jawaban aku insyaAllah iya”
“YaAllah pesannya sudah
terkirim, apa yang harus aku lakukan lagi? Aku harap jawaban aku ini benar
YaAllah” Kata Alya
Kemudian
Andi membalas pesan Alya:
“Makasi banyak ya aku akan sayang, perhatian, dan ngertiin kamu, kamu emang
pacar aku yang paling baimdan sitimewa walaupun aku belum kenal banget sama
kamu pesan aku meskipun kita long dintance kita harus saling percaya ya supaya
hubungan kita bertahan sampai ke pelaminan, punya anak, dan kakek nenek
selamanya, aduh kepala aku sakit banget aku tidur dulu ya”
“Dia bahagia banget tapi dia kok
sampai sakit kepala apa dia Cuma bercanda? Cuma ingin cari perhatian? Aku
enggak tahu deh pokoknya” Kata Alya
Kemudian
Alya menerima pesan dari adiknya Andi yaitu Indra: “Maaf ini sama pacarnya kak
Andi ya? aku Indra diknya Andi, kak Andi pinsan kaka, kak Andi emang suka kayak
gitu pusing mendadak sekarang juga aku lagi manggil dokter”
“Jadi dia beneran? Hah gimana
dong? Masa baru aja jadian udah ditinggalin” Kata Alya
Kemudian
Alya membalas pesan Indra:
“Indra? Terus kakak harus gimana dong? Kakak enggak mungkin ngejenguk kakak
kamu”
Kemudian Indra membalas pesan
Alya: “Kakak jangan khawatir! Kakak juga enggak usah ngejenguk kak Andi. Kak
Andi udah biasa”
Kemudian
Alya membalas pesan Indra:
“Alhamdulillah kalau gitu syukur deh”
Kemudian
Indra membalas pesan Alya:
“Kak, kak Andi dibawa ke rumah sakit kak sekarang lagi menuju rumah sakit,
penuh banget terus di opname kakak yang sabar ya! kakak jangan khawatir!”
“Apa? Kenapa jadi kayak sinetron
gini?” Tanya Alya
Tiba-tiba
ada ibu Alya.
“Kenapa Alya? Kamu masih bingung
ngasih jawaban ke Andi? Udah jam 9 lewat 20” Tanya ibu
“Dia masuk rumah sakit bu” Jawab Alya
“Kenapa? Kok masuk rumah sakit
kamu apakan dia Alya?” Tanya ibu
“Ibu aku serius” Kata Alya
“Alya dengarkan ibu, ibu tahu
dan ibu juga pernah mersakan bagaimana keadaan hati pada usia seperti kamu,
kalau lagi seneng perasaannya enggak kepalang kalau lagi sedih ditanggapinya
berlebihan dan sekarang kamu sedang serius jadi kamu menanggapi keseriusan kamu
sungguh-sungguh. Ibu kasih tahu ya jangan pernah seperti itu! Cobalah lebih
dewasa lagi!” Jelas ibu
“Aku udah nerima dia bu…
tiba-tiba ada sms dari adiknya katnya Andi sakit parah dan sekarang dia lagi
dibawa ke rumah sakit” Jelas Alya
“Kamu tanya dia sakit apa?
Jangan panik! Di usia kamu yang seperti ini tidak sepantsnya kamu menerima
beban berat ini! Andi itu bagaimana sih laki-laki yang kekanak-kanakkan,
konsentrasi kamu jadi keganggukan gara-gara dia?” Kata ibu
“Ibu…” Kata Alya
“Yasudah kamu yang sabar saja!
Kamu wajib menanggung resikonya bukan berhak lagi tapi wajib!” Kata ibu
Pada
pagi harinya di sekolah.
“Hay Al…” Kata Rena
“Selamat pagi… pagi-pagi kok
udah ngelamun?” Kata Dinda
“Yeh ini anak kenapa sih? Al…
Alya?” Kata Rena
“Alya…?” Kata Dinda
“Iya gue denger” Kata Alya
“Lho kenapa?” Tanya Dinda
“Lho sakit? Enggak biasanya lho
kayak gini? Ada apakah gerangan” Kata
Rena
“Sepertinya kita harus
menanyakan kepada rembulan yang tadi malam menemani Alya gadi cilik yang
dirundung kegalauan” Kata Dinda lebay
“Ahaha… iya betul-betul mumpung
rembulannya kesiangan kita tanyain yuk! Ahahaha” Kata Rena
“Punya pacar tapi berasa hidup
sendiri” Kata Alya
“Yah… lho kan udah bilang kalau
lho udah kebal lagian itukan cuma khayalan aja. Hubungan long distance sama si
Bisma Karisma itu” Kata Dinda
“Iya Al lho gimana sih lho itu
berubah satu lingkaran penuh hanya dengan dengan waktu satu malam” Kata Rena
“Satu malam sajajajajaja…” Kata Dinda sedikit menyanyi
“Denger ya yang sekarang lagi
gue omongin itu bukan si Bisma Karisma pacar khayalan gue. Tapi…” Kata Alya menghentikan pembicaraannya
“Tapi apa? Maksud lho?” Tanya Dinda
“Lho udah jadian sama siapa Al?”
Tanya Rena
“Serius lho Al udah jadian? Sama
siapa kasih tahu kita!” Tanya Dinda
“Lho enggak lagi bercanda kan
Al? siapa?” Tanya Rena
“Apa jangan-jangan Andi?” Tanya Dinda
“Hah? Lho serius Al? bener yang
dikatain Dinda?” Kata Rena
“Al… lho ngomong dong!” Kata Dinda
“Ya gimana gue mau ngomong kalau
kepotong terus sama kalia. Katanya mau ngedengerin tapi kalian malah sibuk sendiri”
Kata Alya
“Tapi lho beneran Al udah ajdian
sama si Andi?” Tanya Rena
“Kalau udah emangnya kenapa?” Tanya Alya
“Lho serius Al?” Tanya Dinda
“Iya-iya semuanya benar” Jawab Alya kesal
Kemudian
Rena dan Dinda saling menatap muka.
“Ahahahaha” Dinda dan Rena tertawa sekencang-kencangnya
“Kok kalian ketawa sih? Emang
lucu apa?” Tanya Alya
“Ya… bukannya lucu Al, ya kita
aneh aja, lho udah berubah sekarang Al, udah dewasa, punya pacar lagi” Kata Dinda
“Iya bener tuh, terus maksud
omongan lho tadi apa? Yang kata lho punya pacar tapi berasa hidup sendiri” Tanya Rena
“Hmm… baru aja gue jadian sama
dia eh dia malah masuk rumah sakit dan sekarang dia belum sadar-sadar” Jelas Alya
“Hah? Drama banget ya” Kata Dinda berhenti tertawa
“Yang sabar ya Al” Kata Rena
“Dia itu cinta pertama gue,
maksud gue dia itu cinta pertama gue di dunia nyata” Kata Alya
“Lho tahu si Andi masuk rumah
sakit darimana? Kan secara dia udah enggak punya orangtua” Tanya Rena
“Adiknya… emang sih bukan adik
kandung, Andi sengaja ngadopsi anak jalanan itu karena dia gak punya temen di
rumahnya” Jelas Alya
“Oh” Kata Rena
“Parah banget lho Al, baru aja
pertama punya pacar udah kayak gini” Kata
Dinda
“Dan enggak seharusnya keluarga
Andi ngasih tahu ke kamu tentang masalah ini, masalah ini keliatan ringan tapi
padahal untuk anak seusia kita ini itu masalah yang serius” Kata Rena
“Gue juga berfikirnya gitu sih
Al sama kayak Dinda, ya Andi enak dia uda kerja sedangkan kamu? Kamu pelajar” Kata Dinda
Tiba-tiba
bel masuk berbunyi.
“Eh masuk-masuk!” Kata Dinda
“Kok gue ngerasa enggak yakin ya
sama si Andi. Ahh… lho apaan sih Rena?” Kata
Rena di dalam hatinya
Dan
pada saat pulang sekolah.
“Eh main yuk ke rumah gue!” Kata Alya
“Ayo Al gue mau banget, tapi Al
gue enggak mau lho murung kayak gini” Kata
Rena
“Iya Al bener banget tuh Rena” Kata Dinda
Dan
setelah sampai di rumah Alya.
“Assalamualaikum…” Kata Alya
“Udah pulang?” Tanya ibu
“Iya bu, itu ada Rena sama
Dinda” Kata Alya
“Eh… bukannya disuruh masuk,
Dinda sama Rena ayo masuk!” Kata ibu
“Ayo Din! Ren! Langsung amsuk ke
kamar gue yuk!” Kata Alya
“Ibu buatkan minum dulu ya” Kata ibu
“Makasih bu” Kata Dinda
“Maaf ya bu ngerepotin” Kata Rena
“Oh enggak papa, lagian ibu
sudah menganggap kalian sama dengan Alya” Kata
ibu
“Bu… kita ke kamar dulu ya!” Kata Alya
“Iya. ayo Dinda, Rena! Ikuti
Alya!” Kata ibu
Dan
pada saat Rena dan Dinda masuk ke kamar Alya.
“Loh Al… kamar lho yang sekarang
beda banget” Kata Rena
“Iya Al, poster-poster Bisma
dikemanain? Semua tentang Bisma juga enggak ada disini, kok bisa sih?” Tanya Dinda
“Lho ngelakuin ini semua karena
lho cinta sama Andi?” Tanya Rena
“Iya. emangnya kenapa? Semua
tentang Bisma udah gue simpen di gudang” Kata
Alya
“Lho serius Al?” Tanya Rena
Tiba-tiba
datang ibu membawa minum.
“Maaf ya ibu mengganggu, ini
minum sama makananya” Kata ibu
“Iya enggak papa kok bu, malam
makasih banyak bu” Kata Dinda
“Yasudah lanjutkan saja
ngobrol-ngobrolnya! Aneh ya sama kamar Alya yang sekarang?” Tanya ibu
“Iya bu jadi kosong kayak gini,
kosong enggak ada poster Bisma maksudnya bu” Kata Rena
“Iya ibu juga aneh, yasudah ibu
keluar dulu ya” Kata ibu
Dan
setelah ibu keluar dari kamar Alya.
“Ibu lho enggak tahu masalah
ini?” Tanya Rena
“Tahu… malah ibu yang bantu gue
buat nerima atau nolak Andi” Kata Alya
“Baik banget ibu lho, tapi sayangnya
Andi malah langsung ngasih ujian ke lho” Kata
Rena
“Iya belum aja ulangan harian
bahkan belajar juga belum” Kata Dinda
“Maksudnya bukan ujian nasional”
Kata Rena sedikit kesal
Tiba-tiba
handphone alya bordering.
“Eh Al ada sms tuh” Kata Rena melihat handphone Alya
Kemudian
alya membuka pesan dari Indra:
“Kak, Alhamdulillah kak andi udah siuman, kakak boleh kok hubungan lagi sama
kak Andi”
“A… Din, Ren, andi udah siuman
kata adiknya” Kata Alya girang
“Kenapa ngasih tahunya enggak
telpon?” Tanya Rena
“Enggak tahu deh pokonya” Jawab Alya yang amsih terbawa suasana senang
“Kok andi bisa sembuh secepat
itu? Penyakit apa yang diderita andi ya?” Tanya
Rena di dalam hatinya
Kemudian
alya menerima pesan dari Andi:
“Gimana kabar kamu? Maaf ya aku enggak bisa ngejagain kamu”
“Wahhh… Al sosweet banget… gue
jadi mau” Kata Dinda
“Cie… yang lagi punya pacar” Kata Rena
“Apaan sih kalian?” Tanya Alya
Dan
setelah lama Alya berpacaran dengan Andi.
Alya
menerima pesan dari Andi:
“Jalan yuk!”
Kemudian
Alya membalas pesan Andi:
“Jalan kemana?”
Kemudian
Andi membalas pesan Alya:
“Di tempat makan biasa ya? aku tunggu”
Kemudian
Alya membalas pesan Andi:
“Iya”
Pada
saat Alya akan pergi.
“Kemana Al?” Tanya ibu
“Ketemu sama Andi sebentar kok” Kata Alya
“Hati-hati ya! istiqpar kalau
lagi tatapan mata sama dia!” Kata ibu
“Iya ibu jangan khawatir!” Kata Alya
Dan
setelah sampai di tempat makan.
“Hay?” Kata Alya
“Eh isteriku udah datang” Kata Andi sambil mau memeluk dan mencuium
Alya
“Jangan aja deh, kita belum
mukrim” Kata alya
“Ok. Maaf istriku” Kata andi
“Calon…” Kata Alya membenarkan
“Iya-iya calon istriku. Kangen
solanya udah lama enggak ketemu” Kata
Andi
“Kamu udah nunggu lama?” Tanya Alya
“Belum kok, baru aja nyampe 10
menit yang lalu” Jawab Andi
“Oh iya Ndi, aku boleh tanya
sesuatu enggak sama kamu?” Tanya Alya
“Tanya apa?” Tanya Andi
“Sebenernya kamu sakit apa sih?
Perasaan kamu sering banget masuk rumah skait terus pusing-pusing gitu” Kata Alya
“Aku enggak papa kok sayang” Jawab Andi salah tingkah
“Aku cuma mau tahu aja, akukan
pacar kamu” Kata Alya
Tiba-tiba
handphone Andi berdering.
“Pesan dari siapa?” Tanya Alya
“Siapa ya?” Kata Andi sambil melihat handphonenya
“Dari siapa?” Tanya Alya
“Mala” Jawab Andi
“Mala? Siapa?” Tanya Alya
“Dia itu dulu kenalan aku, tapi
sekarang udah enggak kok, dianya jarang sms aku seibuk terus sama pacarnya. Oh
iya dia juga pernah loh main ke rumah aku, udah 2 kali kalau enggak salah dan
aku juga pernah main ke rumahnya” Jelas
Andi
“Kok jadi ngomongin cwe itu
sih?” Kata Alya di dalam hatinya
“Dan dia anaknya asyik… banget” Kata Andi
“Kok jadi ngomongin cwe itu sih?
Dia mantan pacar kamu? Kamu belum jawab pertanyaan aku?” Kata Alya
“Enggak kok cuma temen deket aja
aku enggak mau sama dia habis dia anaknya sedikit nakal, dulu juag dia pernah
nak…” Kata Andi
“Udah… jangan dibahas lagi! Aku
enggak mau denger, kenapa kamu enggak jawab pertanyaan aku? Apa kamu cuma
pura-pura sakit?” Kata Alya sambil
memotong pembicaraan
“Ada apa nih sama kamu? Enggak
biasanya kamu kayak gini? Bukannya kamu selalu ngertiin aku?” Kata Andi
“Enggak kok aku cuma bercanda
aja, siapa juga yang kayak gini” Kata
Alya
“Emang udah takdir ya aku selalu
aja disakitin sama perempuan, kalau kamu enggak cinta, enggak sayang lagi sama
aku, pergi aja sekarang juga!” Kata Andi
marah
“Loh kok bilangnya kayak gitu
sih? Ih Andi jangan marah dong!” Kata
Alya
Tiba-tiba
Andi menerima pesan dari bosnya yang katanya agar dia cepat mengambil tempat
pergantian masinis.
“Aku harus cepat-cepat pulang,
bos aku barusna sms ada pergantian masinis” Jelas
Andi
“Tapi Andi enggak marahkan?
Andi? Andi?” Kata Alya
“Enggak” Jawab Andi jutek
“Andi…” Kata Alya
“Enggak, enggak Alya kalau aku
bilang enggak yaudah enggak jangan manja deh kamu! Aku jadi pusing nih, kamu
pulang sendiri aja deh! Males deh pacaran sama anak SMA” Kata Andi
Pada
saat Alya pulang dengan berjalan kaki. Ada Rena dan Dinda yang mengendarai
mobil.
“Din…Din… itukan si Alya?” Kata Rena sambil mengendarai mobilnya
“Mana? Mana ahh?” Tanya Dinda
“Itu pake baju warna hijau” Kata Rena sambil menunjuk
“Oh iya, samperin-samperin!” Kata Dinda
“Alya…?” Kata Rena
“Kamu ngapain?” Tanya Dinda
“Dinda? Rena?” Kata Alya
Dan
pada saat di caffe.
“Kok Andi kayak gitu sih? Ini
minum dulu!” Tanya Dinda
“Pacaran itu bukan kayak gitu Al,
ada juga laki-laki yang harus manjain cwe, ah lho lemah sih pribadi lho aja
kuat, tangguh, tapi waktunya lho ngehadapin cinta lho malah jadi lemah. Menurut
gue lho itu beda banget sama sifatnya Andi” Kata
Rena
“Maksud lho?” Tanya Alya
“Yah… masih bego juga nih anak” Kata Dinda
“Sabar Din! Alya kan baru kali
ini pacarannya, jadi gini Cuma lho aja yang ngertiin si Andi sedangkan si Andi
enggak ngertiin lho kan?” Kata Rena
“Masa iya gitu sih?” Kata Alya
“Yah…” Kata Dinda dan Rena
“Dibilangin” Kata Rena
“Lho inget enggak waktu pertama
lho kenal sama si Andi? Kan kita bilang kalau lho itu pasti ditembak sama dia,
ternyata benerkan sekarang juga lho harus percaya sama kita!”Kata Dinda
“Iya betul banget, tapi… lho
jalanin aja dulu deh nanti juga lho tahu sendiri, habis pemikiran kita sama lho
itu berbeda entah karena lho belum berpengalaman atau karena apa gue enggak
tahu” Kata Rena
“Apa bener yang dikatain Rena
sama Dinda?” Tanya Alya di dalam hati
“Tapi lho jangan berfikir kalau
kita ngeraguin lho!” Kata Rena
“Iya tenang aja kaliankan
sahabat-sahabt gue aman mungkin gue kecewa sama kalian” Kata Alya
Dan
pada sore hari di rumah Alya.
“Kamu baru pulang Al? katanya
cuma sebentar?” Tanya ibu
“Iya bu” Jawab Alya sambil pergi
“Kenapa dia?” Tanya ibu
Dan
pada saat di kamar Alya.
“Tapi omongan Rena sama Dinda
itu ada betulnya juga sih… YaAllah” Kata
Alya bingung
Tiba-tiba
Alya menerima pesan dari Andi:
“Lagi apa?”
“Andi sms?” Kata Alya
Dan
kemudian Andi menelpon Alya.
“Lagi apa Al?” Tanya Andi
“Aku baru pulang” Jawab Alya
“Baru pulang? Emang habis
darimana?” Tanya Andi
“Tadi waktu aku pulang aku
ketemu sama Dinda sama Rena jadi main dulu deh” Kata Alya
“Ohh” Kata Andi
“Kok dia enggak minta maaf sih
udah ninggalin aku sendiri di caffe?” Tanya
Alya di dalam hatinya
“Oh iya sekarang aku lagi bawa
kereta eksekutif dan besok aku mau ke Yogja bawa kereta gaya baru malam selatan
kira-kira 3 hari 3 malam” Jelas Andi
“Yaudah kamu hati-hati aja ya! Jangan
lupa shalat, makan, sama minum obat” Kata
Alya
“Iya Alyaku… oh iya Al nanti
insyaAllah aku tanggal 4 aku ke rumah kamu ya? mau main ke rumah kamu, rumah orangtua
kamu” Kata Andi
“Emang mau apa?” Tanya Alya
“Aku rencananya mau ngikat
kamu?” Kata Andi
“Ngikat aku? Pake apa?” Tanya Alya
“Pake tali, ya pake cincin lah
Al kamu maukan?” Tanya Andi
“Kamu serius?” Tanya Alya
“2 rius, yaiyalah aku janji
bakalan nepatin janji aku asalkan kamu setia sama aku, dan kalau nanti kita
udah nikah semua harta yang aku milikki buat kamu dna aku hanya minta sedikit
buat Indra ya?” Kata Andi
“Beneran?” Tanya Alya
“Bukannya aku sombong orangtua
aku itu meninggal, ninggalin harta banyak banget, kebun cengkehnya aja 3
hektare, kebun sayurannya 1 hektare setengah, kudanya punya 50 ekor kuda” Jelas Andi
“Hah? Kamu serius? Perasaan
banyak banget harta kamu?” Tanya Alya
“Ya Alhamdulilalh sekarang juga
lagi diurus sama pegawai-pegawainya” Kata
Andi
“Ohh” Kata Alya
Dan
pada saat pagi harinya di sekolah.
“Hey… pagi-pagi di kantin” Kata Alya
“Laper tahu belum makan” Kata Rena
“Iya nih. Eh lho hari ini
keliatan bahagia banget” Kata Dinda
“Emangnya keliatan ya?” Tanya Alya
Rena
dan Dinda saling menatap wajah.
“Kok malah ngeliat satu sama
lain?” Tanya Alya
“Abis lho itu enggak
berubah-berubah Al iya enggak Ren?” Kata
Dinda
“Betul banget damdamna masih
nempel” Kata Rena
“Gue kira setelah lho ninggalin
pacar khayalan lho si Bisma Karisma itu, lho akan berubah enggak damdam lagi eh
ternyata eh ternyata” Kata Dinda
“Apaan sih lho? Udah deh masa
lalu itu” Kata Alya
Kemudian
Dinda dan Rena saling menatap wajah lagi.
“Ahahaha” Dinda dan Rena tertawa
“Ah kalian selalu aja ngetawain
gue. Kenapa sih?” Tanya Alya
“Ya…” Kata Dinda
“Walaupun damdam lho enggak
berubah tapi cinta lho sama Bisma bisa berubah juga ternyata. Iya enggak Din?” Kata Rena
“Iya tuh 1 tahun yang lalu” Kata Dinda
“Gue masih nunggu Bisma, gue
pasti ngejaga mata, bibir, dan telinga gue” Kata
Rena menyindir
“Masih inget enggak?” Tanya Dinda
“Iya-iya. Udah ah! Jangan
ngomongin yang udah lewat! Mendingan sekarang lho dengerin cerita baru gue” Kata Alya
“Apaan tuh?” Tanya Rena
“Tanggal 4 bulan depan Andi
bakalan tunangan sama gue” Jelas alya
“Hah?” Kata Rena dan Dinda
“Lho serius?” Tanya Rena
“Kenapa? Kalian kayak yang
enggak seneng gitu?” Kata Alya
“Umur lhokan masih muda banget
Al, lho mau jadi pengantin remaja?” Kata
Dinda
“Gue serius, dan cinta itu
enggak mandang dari umurkan?” Kata Alya
“Emang bener cinta itu bukan
datang menghampiri kita tapi kita yang ngundang cinta” Kata Dinda
“YaAllah Alya gue enggak nyangka
banget secepat itu lho tunangan?” Kata
Rena
“Di masa modern ini masih ada
juga pernikahan dini” Kata Dinda
“Denger ya! lagian walaupun gue
kawin muda geu enggak bakalan sengsara friend’s karena apa? Karena Andi tiu
kaya lho enggak tahu sih sekaya apa dia? Hartanya aja sampai tujuh turunan
enggak akan habis” Jelas Alya
“Hah? Ya seenggaknya Al… lho
itukan, aduh Al lho kayaknya udah dibutain sama harta, sejak kapan lho jadi
kayak gini Rena aja enggak kayak gini-gini amat matrenya” Kata Dinda
“Emang Andi kaya apaan Al?
bagi-bagi ya!” Kata Rena
“Yaelah lho gimana sih?” Kata Dinda
“Andi itu punya warisan dari
orangtuanya yang meninggal” Kata Alya
“Warisan?” Tanya Rena
“Ya, pada saat orangtuanya
meninggal, orangtua dia itu ninggalin harta banyak… banget 3 hektare kebun
cengkeh, 1 hektare kebun sayuran, dan 50 ekor kuda hebatkan?” Jelas Alya
“Hah? Lho beruntung banget Al,
padahalkan Rena yang mau dapet mertua kaya kenapa jadi lho” Kata Dinda
“Emang ada ya orang sekaya itu?
Hartanya banyak banget. Dan enggak mungkin juga dong ada orang yang hartanya
tapi dia bisa hapal semua harta miliknya dia” Kata Rena
“Sirik aja lho” Kata Alya
“Ya gue kurang percaya aja” Kata Rena
Dan
bel masuk pun berbunyi.
“Eh masuk-masuk tuh” Kata Dinda
“Kok gue makin ngerasa enggak
yakin ya sama si Andi-Andi itu?” Tanya
Dinda di dalam hatinya
Pada
saat pulang sekolah.
“Al, tumben lho enggak sms si
Andi?” Tanya Dinda
“Dia lagi kerja, bawa kereta ke
Yogja” Kata Alya
“Wih.. hebat banget tunangan
lho”Kata Dinda
“Calon… Din” Kata Alya membenarkan
“Ohiya Al ngomong-ngomong kalau
misalnya Bisma nyasar ke rumah lho mau ngomong apa lho?” Tanya Rena
“Cinta guekan cuma sama Andi” Kata Alya
“Awas tuh jangan terlalu serius
nanti sakit hati baru tahu lho” Kata Rena
“Gue enggak ngerti deh Ren sama
apa yang lho omongin” Kata Alya
“Enggak, enggak gue Cuma
bercanda kok, gue Cuma ngetest lho doang, sorry ya” Kata Rena
“Aduh Ren lho enggak percaya
sama cinta gue buat Andi?” Tanya Alya
“Al sebenarnya tadi tuh gue
serius tapi gue takut lho kecewa sama gue” Kata
Rena di dalam hatinya
Pada
saat di rumah ada telpon dari Andi.
“Hallo Al?” Kata Andi
“Kamu kok bisa telponan sih?” Tanya Alya
“Ya bisa dong, aku lagi tukar
tugas sama temen” Kata Andi
“Oh… hati-hati ya!” Kata Alya
“Iya calon istriku, ini nih sama
si Dani” Kata Andi
“Ohiya kamu tanggal 4 jadikan?” Tanya Alya
“Iya jadi, aku pasti datang kok
sayang” Jawab Andi
“Bener ya?” Tanya Alya
“Iya Alya bawel banget sih kamu,
nanti kalau aku udah nyampe di Yogja aku mau beli cincinnya ya” Kata Andi
“Iya, aku sayang sama kamu” Kata Alya
“Iya aku tahu kok” Kata Andi
Kemudian
Alya menutup telponnya.
“Ada apa Al? enggak biasanya
kamu nyuruh ibu buat ke kamar kamu. Ada apa sih?” Tanya ibu
“Jadi gini bu… tanggal 4 bulan
depan Andi mau ngikat Alya” Jelas Akya
“Apa?” Kata ibu kaget
“Iya bu… tapi bapak enggak akan
marahkan?” Tanya Alya
Dan
keesokan malamnya.
“Bapak kurang setuju Alya, bapak
bukan enggak setuju tapi bapak hanya kurang setuju” Kata bapak
“Itu sama aja pak, emang kenapa
sih pak?” Tanya Alya
“Ya… kamukan baru aja kenal sama
dia, masa dia udah mau tunangan lagi sama kamu?” Kata bapak
“Pak, masa sih Alya harus
bercerita 4 kali walaupun Alya tunangan bukan berarti Alya nikah dan lagian
kalau nikah juga enggak papakan? Dia kaya kok pak” Kata Alya
“Harta enggak menjamin Alya,
ilmu itu sangat penting bapak hanya ingin yang terbaik buat kamu” Kata bapak
“Kalau bapak ingin yang terbaik
untuk Alya turutin kemauan Alya dong pak!” Kata
Alya
“Alya dengerin bapak ya! lebih
baik kamu sekolah dulu yang benar!” Kata
bapak
“Ahh… bapak” Kata Alya marah
“Alya… kamu belum paham tentang
pernikahan, pernikahan itu bukanlah sebuah permainan, pernikahan itu sangat
sulit Alya, enggak seperti semudan yang kamu fikirkan benar kata bapak” Kata ibu
“Bapak lebih setuju kamu
mengkhayal, mengharapkan idola kamu Bisma-Bisma itu daripada kamu harus menikah
apalagi sama orang yang belum bapak kenal dan juga dia itu… Ahh… memang susah
nasihatin kamu Alya” Kata bapak
“Pokoknya bapak harus ngerestuin
hubungan aku sama Andi” Kata Alya
Kemudian
Alya pergi meninggalkan pembicaraan.
“Ikuti dia bu!” Kata bapak
“Iya pak”Jawab ibu
“Disimpan dimana otaknya?” Tanya bapak sambil marah
Dan
pada saat ibu menemui Alya di kamarnya.
“Alya… kamu jangan seperti ini
dong! Lagiankan tanggal 4 masih lama sekali, mungkin saja nanti fikiran bapak
bisa berubah” Kata ibu
“Bener ya bu?” Kata Alya
“Iya, kamu denegr ibu! Kalau
Andi memang jodoh kamu, pilihan Allah swt untuk kamu, apapun rintangannya kamu
akan berakhir bersama dengan Andi, namun sebaliknya apabila Andi bukan jodoh
kamu sesetia kamu sama Andi sesetia Andi sama kamu semuanya enggak akan pernah berakhir
dengan apa yang kamu harapkan, lebih baik sekarang kamu berfikir besok gimana
jangan gimana besok. Ya?” Jelas ibu
“Iya bu” Kata Alya
“Ibu sangat merindukan sekali
sikap kamu yang dulu, kamu yang ingin sekali mengejar cita-cita kamu, dan ibu
enggak mau cita-cita kamu hancur cuma gara-gara hal seperti ini, ingat Alya
setiap kita akan melakukan sesuatu kita pasti selalu dihadapkan dengan
rintangan dan godaan. Dan juga kamu ini anak satu-satunya ibu sama bapak jadi
kamu bisa mengerti kami ya? yasudah sekarang kamu tidur! Biar besok bisa
sekolah!” Jelas ibu
Pada
pagi harinya di sekolah.
“Hay Al?” Tanya Rena
“Kenapa lho Al?” Kata Dinda
“Hari ini seneng, besoknya sedih
lagi, silih berganti aja perasaanya” Kata
Rena
“Iya Al, ada apa sih? Cerita
dong sama kita! Jangan sampai kita nanya kepada gerangan” Kata Dinda
“Bahasa lho campur aduk” Kata Rena
“Waktu malem gue bilang sama bapak
tentang pertunangan gue sama Andi” Kata
Alya
“Terus jawaban bapak lho apa?” Tanya Dinda
“Kalau menurut gue sih pasti
bapak lho enggak setuju, iyakan?” Kata
Rena
“Iya, tapi bapak sih bilangnya
gini, bapak bukan enggak setuju tapi bapak hanya kurang setuju, ya bagi guekan
kurang setuju sama enggak setuju sama enggak ada bedanya pasti finishnya ke
enggak setuju” Kata Alya
“Tuhkan… kalau menurut gue
gimana ya? lho kan anak satu-satunya” Kata
Rena
“Udah gue duga Al, lagian maaf
ya Al umur lho kan masih muda banget gila banget lho mau langsung kawin
pernikahan itu bukan hal yang spele Al, coba lho fikir 2 kali berturut-turut!” Kata Dinda
“Ya kalau bapak gue sayang sama
gue seharusnya dia tuh nurutin semua permintaan gue, biasanya juga selalu
diturutin tapi kenapa yang ini enggak?” Kata
Alya
“Arti kata sayang bukan berarti
harus ngabulin semua permintaan lho juga kali Al, bapak lho pasti
ngimbang-ngimbang dulu” Jelas Dinda
“Jadi intinya kalian enggak
ngedukung hubungan gue sama Andi? Gitu?” Kata
Alya kesal
“Bukan gitu Al, lho jangan salah
pengertian dong sama maksud kita! Kita juga sebagai sahabat ingin yang terbaik
buat lho” Kata Rena
“Iya Al kita setuju-setuju aja
sama hubungan lho dan Andi” Kata Dinda
“Kita jalanin aja dulu
semuanya!” Kata Rena
“Nanti juga bakalan lho yang
nentuin semuanya. bukan gue, bukan Rena, dan juga bukan kedua orangtua lho” Kata Dinda
Dan
pada saat pulang sekolah Dinda melihat brosur-brosur konser Smash.
“Eh liat deh Al!” Kata Dinda
Kemudian
Dinda mengambil satu brosur itu.
“Liat Al! smash mau ngadain
konser di kota kita, lho mau datang enggak?” Kata Dinda
“Datang aja Al! udang datang aja
ini kesempatan baik buat lho, kapan lagi coba lho bisa ketemu sama pujaan hati
lho yang lho udah nunggu hingga bertahun-tahun” Kata Rena
“Ahahaha… Dinda… Rena…” Kata Alya
Dinda
dan Rena saling bertatap wajah.
“Denger ya! gue itu sekarang
udah enggak Bisma-Bisamaan lagi, kalau kalian pada mau sama si Bisma ambil aja!
Kejar tuh sampai ke laut! Udah buang aja brosurnya! Sini gue yang buang” Kata Alya
Setelah
Alya membuang brosurnya.
“Al… lho serius?” Tanya Rena
“Lho berubah lebih dari 100%
banget” Kata Dinda
“Udah deh Din, Ren! Enggak usah
lebay gitu!” Kata Alya
“Gue kasih saran ya sama lho Al,
awas lho nanti nyesel” Kata Dinda
“Iya Al, nanti kalau udah nyesel
gimana hayo?” Kata Rena
“Udah-udah ahh…! Capek tahu
enggak” Kata Alya
Pada
malam harinya ada telpon dari Andi.
“Lagi apa Al?” Tanya Andi
“Lagi belajar, ada apa? Baru
pulang kerja ya? oh iya kamu mau enggak bantuin aku ngerjain PR?” Kata Alya
“Iya aku baru pulang, gimana ya
Al? aku capek nih” Kata Andi
“Oh yaudah enggak papa kalau
enggak bisa enggak papa kok, ada apa?” Kata
Alya
“Temen aku kan tinggalnya di
kontrakan terus sekarang itu kontrakannya sepi jadi dia” Kata Andi
Tiba-tiba
batre handphone Alya mati.
“Yah… malah mati” Kata Alya
Kemudian
Alya mengecash handphonenya dan menghidupkannya kembali, tiba-tiba Alya
menerima pesan salah sambung dari Andi yang tertulis “Revi… kalau kamu takut di
rumah sendirian, nginep aja di rumah aku, lagian di rumah aku banyak kamar
kok”.
“Revi? Siapa dia? Pasti Andi
salah ngirim sms” Kata Alya
Tiba-tiba
ada pesan lagi dari Andi yang tertulis “Al, kenapa handphonenya mati? Oh iya
aku pergi beli sate dulu ya enggak tahu nih aku mendadak mau bali sate”.
“Beli sate? Tanyain enggak ya?
Jangan aja deh” Kata Alya
Kemudian
Alya membalas pesan Andi:
“Mau beli sate? Katanya… enggak jadi deh”
Kemudian
Andi membalas pesan Alya: “Ada
apa sih Al? kok kamu jadi aneh gitu? Yaudah aku pergi beli sate dulu ya?”
“Hati aku kenapa ya? kenapa jadi
enggak enak gini? Apa bener Andi… ah enggak Alya” Kata Alya kepada dirinya
Tiba-tiba
Alya menerima pesan salah sambung dari Andi yang tertulis “Yaudah rev, sekarang
kamu tunggu diluar ya! aku sekarang lagi ngeluarin motornya”.
“Tuh kan bener… dia pasti bohong
sama gue, katanya dia paling enggak suka sama kebohongan” Kata Alya
Kemudian
Alya mengirim pesan kepada Andi:
“Kamu enggak bohongkan mau beli sate?”. Tiba-tiba
Andi langsung menelpon Alya.
“Al, maaf ya tapi kamu
ngebolehinkan?” Tanya Andi
“Ya aku ngebolehin aja lagian
itukan rumah kamu, tapi kenapa kamu harus bohong tadi sama aku?” Kata Alya
“Iya aku minta maaf Al” Kata Andi
“Tapi… Tapi… Ndi tunggu dulu!
Ahh kenapa ditutup sih telponnya?” Kata
Alya
Kemudian
Alya mengirim pesan kepada Andi “Aku enggak setuju kamu bawa perempuan kamu ke
rumah kamu, ingat Andi di rumah kamu, kamu hanya berdua kamu dan Indra kalau
kamu membawa masuk perempuan itu, itu artinya kamu menghadirkan setan”.
“Mudah-mudahan Andi membaca
pesan yang aku kirim ini” Kata Alya
dengan kekhawatirannya
Tiba-tiba
ibu Alya menemui Alya.
“Al?” Tanya ibu
“Iya bu? ada apa?” Tanya Alya
“Mau enggak ngater ibu ke
supermarket?” Tanya ibu
“Sekarang bu?” Tanya Alya
“Iya sekarang, sebentar kok” Kata ibu
“Iya bu” Kata Alya
Dan
Alya pergi ke supermarket tanpa membawa handphone. Dan setelah Alya pulang dari
supermarket Alya menerima pesan salah sambung dari Andi yang seharusnya dikirim
kepada temannya yaitu Dani “Sebentar ya Dan mendingan kamu gantiin posisi aku
dulu aja! Aku tanggung lagi nganter Revi ke dokter kandungan”.
“Apa? Dokter kandungan?” Kata Alya kaget
Kemudian
Alya melihat pesan salah sambung dari Andi “Kemarin siang lho apain si Revi?
Lho jangan macam-macam ya sama dia! Sekarang lho punya urusan sama gue karena
lho udah bikin masa depan Revi hancur”.
“Sms apa lagi ini? Enggak
penting banget, ada apa sih ini sebenarnya?” Tanya Alya
Tiba-tiba
Alya menerima telpon dari Andi.
“Hallo Al? maaf Al aku salah
sambung” Kata Andi
“Kamu ada masalah apa sih?” Tanya Alya
“Maaf Al aku udah ngelibatin
kamu ke masalah aku, sekarang aku kasian banget sama Revi teman aku” Jelas Andi
“Yang mau nginep di rumah kami
itu? Kamu lagi ada di dokter kandungan? Ngapain?” Tanya Alya
“Aku lagi nganter Revi Al”
“Aku tahu kok apa
permasalahannya dan aku enggak mau bahas itu serinci-rincinya, teman kamu yang
melakukan kenapa jadi kamu yang bertanggung jawab?”
“Alya…”
“Aku tahu apa yang kamu lakukan
itu bagus banget, tapi kamu fikirin dong perasaan aku!”
“Sayang…”
“Aku tahu ini bukan saatnya aku
memikirkan perasaan aku karena kamu lebih mementingkan permasalahan teman kamu”
“Al udah dulu ya, giliran Revi
diperiksa nih”
“Apa?”
Pagi
harinya di sekolah, Alya berada di kantin.
“Hay Alya Nuria Savana?” Tanya Dinda
“Pagi… pagi-pagi udah ngelamun.
Eh eh dengerin cerita baru gue, gue sekarang lagi ngedeketin tetangga baru gue
dan dia itu selain ganteng dia tajir banget” Kata Rena
“Gantengnya banget enggak?” Tanya Dinda
“Ya enggak sih tapikan dia
berasalh dari keluarga yang terhormat, namanya dia Rama beu… namana aja udah
keliatan banget kalau dia itu anak gedongankan?” Kata Rena
“Ceritanya… cinta bertepuk
sebelah tangan nih?” Tanya Dinda
“Iya bisa sih dibilang gitu” Jawab Rena
“Kalau gue sekarang lagi nyari
cowo ganteng di facebook sama di twitter” Kata
Dinda
“Ahh lho selalu aja nyari cowo
ganteng” Kata Rena
“Alah lho juga nyari cowo yang
tajir terus” Kata Dinda
Kemudian
Rena dan Dina saling bertatap wajah kemudian melihat Alya yang sedang melamun.
“Al? lho kenapa sih? Enggak
biasanya lho kayak gini? Ada masalah apa?” Tanya
Rena
“Iya Al lho kenapa? Curhat sama
kita!” Kata Dinda
“Gue mau nanya sama kalian Din,
Ren. Kalau ada cowo sama cwe ke dokter kandungan artinya apa?” Tanya Alya
“Ya bisa aja karena mereka suami
istri yang mau punya anak” Kata Dinda
“Tapi bisa juga nganter Al, ya…
yang pasti kalau pergi ke dokter kandungan mereka mau ya kayak tadi yang
diomongin si Dinda, enggak mungkinlah orang sakit gigi pergi ke dokter kandungan,
lho kira gigi bisa hamil” Jelas Rena
“Yaiyalah Ren… lho gimana sih?” Kata Dinda
“Terus gue mau nanya lagi sama
kalian berdua, apa orang yang ada di rumah sakit itu akan berfikir kalau cowo
sama cwe itu suami istri walaupun mereka cuma teman?” Tanya Alya
“Kemungkinan besar iya. Tapi
enggak tahu juga sih, iya enggak Ren?” Kata
Dinda
“Iya, enggak mungkinlah paling
sebagian orang nganggap gitu, tapi jarang-jarang kali Al ada seorang temen
nganterin temennya ke dokter kandungan kecuali kalau temennya cwe” Kata Rena
“Apa nanti dokter bakal
keceplosan nganggap cowo itu suaminya cwe itu?” Tanya Alya lagi
“Meneketehe” Jawab Dinda
“Iya Al, pagi-pagi lho udah
ngasih pertanyaan mana enggak dapet nilai di rapor lagi. Emang kenapa sih lho
Al? nanyain yang begituan?” Kata Rena
“Iya Al, pemikiran lho itu jauh
banget” Kata Dinda
“Andi kayak gitu” Jelas Alya
“Maksud lho?” Tanya Dinda dan Rena kaget
“Yaiya gitu, Andi nganter
temennya ke dokter kandungan dan dengan cara ngebohongin gue, dia bilangnya mau
beli sate ternyata dia mau jemput cwe” Jelas
Alya
“Apa? Enggak nyangka gue Andi
separah itu” Kata Dinda
“Lho harus kuat Al, gue tahu lho
pengen banget nangis sekarang” Kata Rena
“Sampe sekarang dia enggak sms
gue ataupun nelpon lagi ke gue” Kata Alya
“Udah jangan cengeng gitu! Tarik
lagi air matanya sayang dibuang-buang kalau cuma buat cowo gila kayak si Andi.
Gue tahu kok perasaan lho kayak gimana sekarang, walaupun kita belum pernah
ngalamin hal ini” Kata Rena
“Iya bener, di buku sejarah
perjalanan cinta gue enggak pernah tuh kejadian hal kayak gini, gue aja baru
denger sekarang, atau mungkin karena lho pacarannya sama orang dewasa Al jadi
lho asing banget sama kehidupan Andi yang beda sama lho” Kata Dinda
“Iya Al, ini itu kayak sinetron
gitu, Andi emang keterlaluan” Kata Rena
“Tapi… kalian jangan bilang
keterlaluan sama Andi! Gue masih cinta kok sama dia, mungkin aja apa yang gue
bayangin enggak seperti yang ada dikenyataan” Kata Alya
“Yaelah Al…” Kata Dinda
“Cinta gue sekarang inikan cuma
buat Andi” Kata Alya
“Lho enggak sakit hati apa?” Tanya Rena
“Gue akan coba pertahanin
semuanya” Jawab Alya dengan keyakinannya
“Alya… cwe yang hatinya kayak
lho itu jarang banget Al ditemuin, sabar, ikhlas, baik hati, selalu ngemaafin” Kata Rena
“Heuh… kalau gue sih ogah banget
deh, pergi aja sana gue enggak butuh cowo kayak gitu” Kata Dinda
“Kalau menurut gue sih lho itu
terlalu baik. Bisa ajakan nanti Andi jadi ngelunjak” Kata Rena
“Ngelunjak itu… enak banget ya
ngelunjak di siang hari” Kata Dinda
bercanda
“Itu ngerujak Dinda… ini lagi
serius nih” Kata Rena
“Udah-udah! Percaya sama gue semuanya
akan berjalan dengan lancar!” Kata Alya
“Iya deh gue coba percaya sama
lho” Kata Dinda
“Sekarang Andi udah ngehubungin
lho?” Tanya Rena
“Belum, cuma gue udah beberapa
kali sms dia, miskol dia” Kata Alya
“Tapi enggak dianggap? Beu…” Kata Dinda
“Emang susah nasihatin lho Al” Kata Rena
Dan
pada saat pulang sekolah. Dinda dan Rena pergi ke rumah Alya dan Alya menerima
sms dari no. Andi yang tertulis “Hay”.
“Din, Ren, Andi sms gue” Kata Alya
“Apa katanya?” TanyaDinda
“Hay doang sih” Jawab Alya
“Bisa aja bukan Andi Al, enggak
mungkin kalau Andi enggak pake basa-basi” Kata
Rena
“Gue yakin kok ini Andi yang
sms” Kata Alya
“Oh ya?” Kata Dinda dan Rena
“Tapi kok enggak ngebales lagi
ya? biasanya Andi selalu balas cepat” kata
Alya
“Lagi sibuk kali” Kata Rena
“Hmm… kalau lagi sibuk kenapa
tadi sms aku?” Kata Alya
“Sabar Al, lho pasti yang lebih
ngerti Andi” Kata Rena
Tiba-tiba
ada telpon dari Revi.
“Ada telpon-ada telpon, Andi?” Kata Alya
“Angkat-angkat Al!” Kata Dinda
“Loadspeakerin!” Kata Rena
“Hallo Andi?” Kata Ala
“Ini bukan Andi, ini aku Revi” Kata Revi
“Andinya kemana? Kok
handphonenya bisa ada di kamu sih?” Tanya
Andi
“Dia lagi tidur, kasian dia dari
malem sampai pagi dia nemenin aku tidur” Kata
Revi
“Hah gila?” Kata Dinda tanpa suara
“Ssttts…!” Kata Rena
“Salam kenal ya Alya?” Kat Revi
“Oh iya, kamu masih ada di rumah
Andi?” Tanya Alya
“Iya kamu beruntung sekali Alya
punya calon tunangan yang baik hati, bertanggung jawab banget, aku aja yang
dari dulu cinta sama Andi enggak pernah dibalas, kamu beruntung banget ya” Kata Revi
“Makasi” Jawab Alya singkat
“Iya memang kenyataan kok” Kata Revi
“Gila yah ini cwe” Kata Dinda tanpa suara
“Oh iya Al, kata Andi kamu tipe
perempuan yang mandiri dan enggak pernah cemburuan katanya, aku bolehkan sayang
sama Andi?” Tanya Revi
Kemudian
Rena dan Dinda saling bertatap wajah dengan wajah bingung.
“E… boleh kok, emang Andi bilang
gitu ya?” Kata Alya
“Iya” Kata Revi
“Kamu boleh kok pacaran sama
Andi asalakan kamu dan Andi bahagia” Kata
Alya
“Bener ya Al?” Tanya Revi
“Iya” Jawab Alya
“Terimakasih banyak ya Al,
yaudah udah dulu ya Al, aku mau masak dulu buat Andi” Kata Revi
“Iya sama-sama. Silahkan!” Kata Alya
“Al lho gila apa?” Kata Dinda
“Iya Al, hal konyol apa lagi
yang akan lho perbuat?” Tanya Rena
“Lho baik banget sih Al, Andi
itu cowo lho dan kalian mau tunangan, lho masih ada hati yang bersih buat
ngelakuin ini?” Kata Dinda
“Gue enggak ngerti, sebenernya
apa sih yang ada di otak lho? Gimana sih jalan fikrian lho?” Tanya Rena
“Itu semua gue lakuin karena gue
sayang sama dia Din, Ren” Jawab Alya
“Dia siapa?” Tanya Dinda dan Rena
“Sama Andi, gue sayang sama
Andi, dan gue mau ngelakuin apa aja demi Andi asalkan dia bahagia” Jawab Alya
“Al berapa kali lagi sih gue
harus bilang sama lho? Harus ngejelasin semuanya sama lho, arti kata cinta,
sayang, itu bukan berarti kita harus nurutin semua keinginan orang yang lho
sayang itu” Kata Dinda
“Lagian Al, semua itu belum
tentukan bisa ngebahagiain Andi?” Kata
Rena
“Gue yakin Revi bisa kok,
buktinya tadi dia perhatian sama Andi, dia masakin buat Andi, gue rasa dia bisa
gantiin posisi gue sewaktu gue enggak ada, dan Andi juga pasti…” Kata Alya
“Dengan mereka tinggal serumah
aja itu udah termasuk hal yang enggak wajar Al, gimana kalau sesuatu terjadi
kepada mereka?” Tanya Rena
“Gue juga bingung, gue ngerasa
enggak nyaman banget sekarang sama Andi, makanya gue ngelakuin itu dan mikirin
hal itu, gue ngerasa makin kesini cinta gue ke Andi itu makin enggak ada” Kata Alya
“Pudar? Sekarang aja lho baru
sadar” Kata Rena
“Coba pertahanin dulu aja Al,
kalau misalkan ada hal yang kayak gitu lagi, lho baru bertindak!” Kata Dinda
“Thank’s ya Din, Ren” Kata Alya
“Iya Al walaupun kadang-kadang
lho itu ngebuat jengkel kita” Kata Dinda
Tiba-tiba
ada telpon dari Andi.
“Andi Al, nih-nih!” Kata Rena sambil memberikan handphone kepada
Alya
“Hallo?” Kata Alya
“Hallo Al, kok kamu ngejual
cinta sih Al? kamu udah enggak cinta sama aku? Cinta kamu palsu buat aku? Pake
dikasih-kasihin ke si Revi dia cuma temen aku dan aku ngebantu dia bukan karena
aku cinta sama dia” Jelas Alya
“Bukan gitu Ndi, aku ngelakuin
itu karena aku juga ngerasain gimana rasanya jadi dia, seperti kamu waktu malem
kamu pasti kasiankan sama dia sampe-sampe nganter dia ke dokter kandungan?
Sekarang juga aku kayak gitu” Jelas Alya
“Ahh… udahlah!” Kata Andi
“Andi… Hallo? Hallo?” Kata Alya
Kemudian
Alya menutup telponnya.
“Andi kenapa Al? Andi marah sama
lho?” Tanya Dinda
“Andi marah sama gue Din, Ren” Jelas Alya
“Apa gue bilang?” Tanya Rena
“Terus gue sekarang harus
ngapain?” Tanya Alya
“I don’t now” Kata Rena
“Sabar aja Al, kita juga enggak
bisa nyalahin lho gitu ajakan? Kita juga tahu kok dan selalu tahu perasaan lho
gimana walaupun kita enggak ngalamin hal yang sama” Kata Dinda
“Kita tunggu aja kabar
selanjutnya beri satu kesempatan lagi buat si Andi!” Kata Rena
Dan
sampai jam 3 sore Alya tidak menerima informasi apa-apa dari Andi, meskipun dia
sudah menghubungi Andi berulang kali, dan terpaksa Dinda dan Rena harus pulang
dan berpamitan kepada ibu Alya.
“Mamah Alya aku pulang dulu ya?”
Kata Rena
“Iya mamah Alya, aku juga” Kata Dinda
“Terimakasih ya udah mau main ke
rumah Alya, hati-hati ya dijalannya!” Kata
mamah Alya
“Iya mamah Alya” Kata Dinda
“Makasi mamah Alya maaf juga
udah ngerepotin” Kata Rena
“Iya enggak papa kok sayang” Kata mamah Alya
“Al kita pulang dulu ya? yang
tabah ya Al!” Kata Rena
“Iya Al sampai ketemu besok ya!”
Kata Dinda
“Iya makasih Din, Ren” Kata Alya
“Sama-sama” Kata Dinda dan Rena
Dan
pada saat Alya pergi ke kamar lagi, Alya mengangkat telpon dari Andi.
“Hallo Andi? Kamu kemana aja
sih? Aku telp…” Kata Alya
“Maaf ya aku baru balas
soalnya…” Kata Andi
“Kenapa? Soalnya kenapa?” Tanya Alya
“Kamu benar Revi itu enggak beda
jauh sama kamu” Kata Andi
“Maksud kamu?” Tanya Alya
“Tadikan aku masuk angin dan aku
langsung di kerokin sama Revi dan aku tadi ketiduran sama Revi, dan aku tidur
berdua sama Revi di kamar” Jelas Andi
Dan
Alya langsung duduk di kasurnya.
“Kenapa? Kok kamu enggak jawab
apa-apa?” Tanya Andi
“Aku enggak percaya sedikitpun
sama omongan kamu Andi, dan aku yakin kamu cuma manas-manasin akukan? Kamu
masih marahkan sama aku jadi kamu pura-pura ngasih kabar ini ke aku?” Kata Alya
“Alya… sumpah demi Allah Alya,
aku enggak tahu bisa kayak gini, aku kira kamu enggak akan marah, dan sungguh
aku enggak sengaja ngelakuin ini semua” Kata
Andi
“Kamu jangan bercanda Andi!
Sekarang kamu mau gimana? Kamu fikir aku bakal nanggepin masalah ini dengan
spele gitu?” Kata Alya
“Aku enggak tahu aku harus
gimana, aku enggak tahu harus ngelakuin apa, tapi aku mau tunangan sama kamu” Kata Andi
“Tunangan? Lebih baik kamu
tanggung jawab atas perbuatan kamu ke Revi! Bukannya kamu tahu Revi itu lagi
hamil dan bukan anak kamu, sekarang kamu malah… that meaning that you like
Danni your friend” Jelas Alya dengan
kedewasaannya
“Aku minta maaf Alya” Kata Andi
“Denger ya Andi aku kurang apa
sih sama kamu? Aku selalu nyoba sabar mencoba tabah dengan apa yang kamu perbuat,
aku selalu memaafkan semua kesalahan kamu, tapi kamu? Kamu malah nyia-nyiain
semuanya? aku emang enggak bisa jadi perempuan murahan kayak Revi” Jelas Alya
“Kamu jangan bilang gitu dong
sama Revi! Aku minta maaf Alya, aku sungguh benar-benar minta maaf” Kata Andi yang masih membela Revi
“Aku selalu memaafkan kamu bukan
berarti aku enggak punya line kesabaran, akukan udah pernah bilang sama kamu sebelumnya,
kamu jangan bawa perempuan itu masuk ke rumah kamu, tapi kamu? Kamu malah
ngeyel, malah ngebohong sama aku demi dia, demi perempuan itu. Kamu bilang kamu
enggak suka sama kebohongan? Denger ya aku enggak suka sama orang yang buat
kata khiasan yang cuma buat ngekhias dirinya sendiri” Jelas Alya
“Aku hilaf Al, aku melakukannya
tanpa sadar” Kata Andi
“Itu karena kamu hanya
mengandalkan nafsu kamu sendiri. Sekarang aku mau tanya satu kali lagi sama
kamu dan jawab dengan sejujurnya apa kamu melakukan hal itu sama Revi?” Jelas Alya dengan sangat marahnya
“Sumpah demi Allah aku tidak
melakukannya Alya, aku, aku hanya berpelukan dengan Revi sambil tidur” Kata Andi
“Kamu bilang itu hanya? Itu dosa
besar Andi kalian bukan mukhrim, anak TK aja tahu, kamu sama aja udah
ngekhianatin cinta aku dan kepercayaan aku” Jelas
Alya
“Aku udah bilang sama kamu kalau
aku enggak sengaja melakukannya Alya” Kata
Andi
“Melakukan apa? Kamu bukan cuma
pelukankan? Skenario kamu tuh bagus banget tahu enggak” Kata Alya
“Oke kalau gitu aku besok akan
datang ke rumah kamu dan menunang kamu” Kata
Andi
“Aku enggak mau” Kata Alya
“Kenapa? Kamu enggak yakin sama
aku?” Tanya Andi
“Kamu benar-benar tidak mengerti
perasaan aku ya” Kata Alya
“Apa sih maksud kamu?” Tanya Andi
Kemudian
Alya menutup telephonenya.
“Ya Allah… kenapa harus terulang
lagi? Dan ini sudah lebih parah daripada keterlaluan” Kata Alya
Keesokkan
harinya di rumah Alya. Dinda dan Rena sudah menjemput Alya.
“Bu… pergi dulu ya? Assalamualaikum”
Kata Alya
Dan
ibu keluar dari dalam rumahnya.
“Waalaikumsalam… hati-hati!” Kata ibu
“Iya” Kata Alya
Dan
pada saat di mobil.
“Al kenapa lho? Kayak yang
seneng gitu?” Tanya Dinda
“Masalah kemarin? Memangnya Andi
udah ngehubungin lho? Atau malah enggak sama sekali” Tanya Rena
“Ada masalah yang lebih parah
dari Din, Ren, gue sengaja pura-pura bahagia supaya ibu gue nganggap gue
baik-baik aja” Kata Alya
“Kenapa? Masalah apa?” Tanya Dinda
“Andi nidurin temennya” Kata Alya
“Apa?” Kata Dinda dan Rena kaget
“Bentar-bentar! Maksud lho Andi
tidur sama Revi-Revi itu?” Tanya Rena
“Iya dan rasanya itu sakit banget
Din, Ren, gue hampir-hampir gila ngeladenin masalah ini” Kata Alya
“Kita juga ngerasain kok Al, dna
kita juga yakin lho itu kuat” Kata Dinda
“Terus lho bilang apa sama
Andi?” Tanya Rena
“Gue nggak bilang apa-apa sama
dia, gue langsung lemes banget Ren, gue cuma nanya apa dia ngelakuin atau
enggak?” Kata Alya
“Terus dia jawab apa?” Tanya Dinda
“Dia ngasih jawaban yang bagi
dia itu hal yang dia lakuin itu spele, lho fikir dia bilang gini sumpah demi
Allah aku enggak ngelakuin apa-apa, aku sama Revi cuma pelukan sambil tidur” Kata Alya
“Emang bener-bener gila tuh si
Andi, sialan banget Al. lho bisa-bisanya pacaran sama cowo kayak gitu? Lho
ketemu sama dia dimana sih?” Tanya Rena
“Yang sabar ya Al. dia itu
dewasa tapi kok… ini itu kayak trap tahu enggak” Kata Dinda
“Gue udah yakin kok sebelumnya
kalau semuanya enggak akan bener, gue makin kesini makin tahu aja sifat
buruknya dia, gue juga nganggap kalau pelet si Andi itu udah enggak manjur
lagi” Kata Alya
“Maksud lho dia pake jampi-jampi
gitu buat ngedeketin lho?” Tanya Dinda
“Gue nganggap gitu sih sekarang,
ya habis gimana mau cinta coba ketemu aja jarang, gimana mau manjur peletnya
natap gue aja enggak pernah” Jelas Alya
“Yang gue takutin itu kalau lho
ngelakuin hal yang aneh dia bakal nyantet lho” Kata Dinda
“Dinda… Ssttsss…!” Kata Rena
Dan
pada saat jam istirahat di sekolah.
“Lho duluan aja Al, gue belum
selesai prakteknya nih” Kata Dinda
“Oh yaudah gue tungg di kantin
ya?” Kata Alya
“Oke” Kata Dinda dan Rena
“Aku sekarang mulai berfikir
seperti dulu, aku lebih baik menunggu Bisma meskipun Bisma enggak mungkin
datang daripada harus sakit hati dengan cinta laki-laki lain yaitu Andi. Dan
sekarang aku menyesal telah melukapan Bisma Karisma. Mungkin gue harus membuka
bahkan membeli lembaran baru untuk hidup gue selanjutnya gue enggak mungkin
nulis diatas tulisan lagi, sebelum menuju ke lembaran baru, gue bakal beli
banyak penghapus buat ngehapusin semua kenangan buruk gue bersama mungkin… Cinta
Pertama, orang bilang cinta pertama itu susah dilupain tapi menurut gue, gue
bisa ngelupain soalnya cinta pertama gue buruk banget tapi gue enggak
ngebayangin kalau cinta pertama gue itu Bisma? Happy ending gak ya?” Kata Alya di dalam hatinya
Tiba-tiba
datang Rena dan Dinda mengangetkan Alya.
“Hay” Kata Dinda
“Jangan ngelamun!” Kata Rena
“Ye… siapa juga yang lagi
ngelamun gue itu lagi mengkhayal sama Bisma” Kata Alya
“Hah? Al lho serius?” Tanya Rena
“Iya Al, lho serius?” Tanya Dinda
“Lho pasti enggak percayakan?
Hari ini gue baru sadar ternyata Bisma itu lebih baik daripada Andi dan skait
hati sama Bisma itu enggak akan pernah terasa” Kata Alya
“Sumpah Al gue lebih suka lho
yang kayak gini. Dan sebenernya waktu itu tuh gue enggak seneng banget waktu
lho mau tunangan sam si Andi” Kata Rena
“Iya Al gue juga sama, lho yang
kemarin-kemarin itu bukan lho yang sekarang” Kata Dinda
“Dan hari ini gue akan mencoba
mencintai Bisma lagi Ye… dan gue akan beli buku sejarah gue yang baru dengan
pensil yang baru. Liat aja nanti” Kata
Alya
“Itu terbaik. Itu kalimat dan
tindakan yang terbaik yang pernah ada di sejarah hidup lho, gue dan Rena” Kata Dinda
“Yaudah nanti siang lho anterin
gue ke gudang ya buat ngambil semua barang-barang tentang Bisma lagi dan bakal
gue pajang lagi di kamar” Kata Alya
“Ya… gue lebih baik punya
sahabat kayak gini, Alya gadis yang gila” Kata
Rena
“Ahahahaha” Mereka tertawa
Dan
pada saat Alya pulang sekolah.
“Ahaha… sekarangkan lho nganter
gue ke gudang buat ngambil barang-barang Bisma nanti lho anter gue ke konser
Smash ya!” Kata Alya
“Pasti…” Kata Rena dan Dinda
Tiba-tiba
ibu Alya memanggil Alya dan terlihat di luar rumah Alya ada tamu.
“Alya…?” Kata ibu
“Al, ibu lho tuh!” Kata Dinda
“Itu siapa Al?” Tanya Rena
“Enggak tahu tuh. Kesana yuk?” Kata Alya
Dan
setelah Alya sampai di depan rumahnya.
“Alya kamu bilang dong sama
bapak kalau tunangan kamu itu seperti dia!” Kata
bapak
“Alya aku datang untuk menunang
kamu” Kata Andi
“(senyum terpaksa) aku enggak sudi tunangan sama cowo seperti kamu
Andi” Kata Alya
“Alya…?” Kata bapak
“Alya kamu ini apa-apaan sih?” Tanya ibu
“Bu dengerin Alya wanita mana
yang enggak sakit hati kalau pacarnya tidur seranjang dengan wanita lain? Ibu
sama bapak juga tahukan kalau itu dosa? Apalagi yang belum mukhrimnya” Tanya Alya
“Astagfirullah Alya kamu bicara
apa sih? Jelas-jelas Andi itu anak yang baik” Kata ibu
“Denger ya kamu Andi sekarang
juga lepasin jampi-jampi kamu di raga ibu sama bapak aku!” Kata Alya
“Alya kamu keterlaluan, dia
datang jauh-jauh untuk menunang kamu” Kata
bapak
“Aku lebih baik sakit hati
nunggu Bisma Karisma yang enggak datang-datang daripada harus tunangan sama
laki-laki seperti kamu yang bisanya hanya mengandalkan nafsunya aja” Kata Alya kepada Andi
“Beri aku satu kesempatan lagi!”
Kata Andi
“Aku udah ngasih kesempatan sama
kamu. Beribu-ribu kesempatan aku itu cuma jadi kayak garam yang dikasih ke laut
sekarang kesabaran aku buat kamu udah habis” Kata Alya
“Alya… kamu tidak boleh seperti
itu!” Kata bapak
“Pak, Alya itu sekarang lagi
belajar mencintai Bisma lagi dan udah 99% masa Alya harus belajar mencintai
laki-laki penasfsu ini yang jelas-jelas berbeda jauh dan tidak lebih baik
daripada Bisma. Alya enggak mau pak” Jelas
Alya
“Kenapa kamu tidak mencobanya
lagi Alya?” Tanya bapak
“Pak, apa bapak mau dipermalukan?
Enggak maukan? Bapak dengerin Alya! Nanti pada saat Alya dan Andi tunangan tapi
itu apabila bukan berarti Alya mau. Nanti bakal banyak perempuan yang datang
kesini, ke rumah ini untuk meminta tanggung jawab dari Andi” Kata Alya
“Sstts… Alya” Kata ibu
“Memang benar bu, ibu sama bapak
itu sudah terhipnotis sama dia sudah banyak sekali perempuan yang jadi
korbannya Andi ibu enggak percaya sama omongan Alya? Ya bisa aja Alya jadi
istri satu-satunya dia tapi Alya enggak bisa milikin dia satu-satunya dia itu
penjahat dan lebih kejam daripada penjahit ibu sama bapak pasti ngerti itukan?”
Kata Alya
“Kamu ini bicara apa Alya?” Tanya bapak
“Aduh bapak… bapak percaya dong
sama Alya! Andi lepaskan pelet kamu dari bapak dan ibu saya!” Kata Alya
“Sumpah demi Allah Alya aku
tidak… tidak” Kata Andi
“Jangan main-main Andi kamu
dengan sumpah, dulu aku percaya kamu tapi sekarang aku enggak percaya lagi” Kata Alya
“Al, aku benar-benar minta maaf”
Kata Andi
“Kamu fikir dengan kata-kata itu
aku akan mengambil semua perkataan aku yang tadinya pahit kayak empedu lebah
bisa jadi manis semanis madu kambing? Maaf ya enggak akan mungkin, pelet kamu
buat aku udah luntur” Kata Alya
“Hal apapun akan aku lakukan
Alya asalkan kamu mau memaafkan aku, dan jadi nikah sama aku” Kata Andi
“Alya…?” Bentak bapak
“Bapak itu sekarang lagi kena
mantra setannya laki-laki ini, buaknnya bapak dulu enggak setuju sama
pertunangan ini apalagi sama laki-laki ini tunangannya?” Kata Alya
“Dan kamu yang minta-mintakan
agar bapak mau merestuinya. Sekarang bapak sudah setuju kamu malah tidak
mengharagai usaha bapak” Kata bapak
“Bapak bukannya gitu, bapak
enggak tahu sih laki-laki ini udah ngasih jampi-jampi supaya bapa itu tunduk
sama kemauan dia. Pokonya Alya tegasin sekali lagi sama bapak sama ibu, Alya
enggak akan pernah mau nikah sama lelaki ini” Kata Alya
“Kamu jangan tidak sopan ya
Alya!” Kata bapak
“Pak dengan omongan laki-laki
itu aja udah kebukti kalau dia itu mau menghancurkan cita-cita Alya dengan cara
menikahi Alya” Kata Alya
Kemudian
Alya pergi bersama Dinda dan Rena.
“Bapak sama ibu udah kehipnotis
sama si penafsu ini. Ayo Din, Ren, kita pergi dari sini! Gue jadi males pulang”
Kata Alya
“Mau kemana Alya?” Tanya ibu
“Alya malas pulang bu” Jawab Alya
Pada
saat di mobil.
“Sorrry ya Al gue enggak bisa
bantu lho ngomong tadi!” Kara Rena
“Enggak papa kok, lho bener Ren,
Din yang nentuin itu bukan siapa-siapa tapi gue sendiri” Kata Alya
Di
rumah Alya.
“Maafkan Alya ya Andi?” Kata bapak
“Iya nak Andi” Kata ibu
“Enggak papa bu, pak. Saya akan
membawa Alya pulang sekarang juga. Hallo? Sekarang lho ikutin Alya dan bawa dia
ke markas!” Kata Andi
“Nak Andi menelpon siapa?” Tanya ibu
“Enggak kok bu, yasudah kalau
begitu saya pergi dulu untuk mencari Alya bu” Jawab Andi
Di
perjalanan Alya, Dinda, dan Rena.
“Eh-eh mereka siapa Al?” Tanya Dinda
“Gue juga enggak tahu Din, Ren.
Eh mereka kesini” Kata Alya panik
“Ayo turun!” Kata penjahat itu
“Eh ini apa-apaan nih? Kalian
siapa?” Tanya Alya
“Lepasin!” Kata Dinda
“Jangan macam-macam ya sama
kita” Kata Rena
“Jangan banyak omong ayo masuk
mobil!” Kata penjahat itu
“Itu mobil saya gimana?” Tanya Rena
“Ayo ah!” Kata ketiga penjahat itu
Setelah
mereka sampai di rumah tua. Disana sudah ada Andi.
“Lepasin gue ahh!” Kata Alya
“Ini bos orangnya!” Kata salah satu penjahat
“Andi?” Kata Alya kaget
“Selamat datang Alya di istanaku
tercinta ini” Kata Andi
“Maksud lho apa hah?” Tanya Alya
“Ya ini dia rumah yang megah
yang sering gue ceritain ke lho” Jelas
Andi
“Jadi lho bohong sama gue kalau
lho itu…” Kata Alya tidka percaya
“Iya gue bohong. Gue enggak
butuh temannya, suruh mereka pergi!” Kata
Andi
“Kita enggak bakal pergi tanpa
Alya” Kata Rena
“Iya kitakan datang
bareng-bareng” Kata Dinda
“Banyak omong” Kata penjahat yang memegang Dinda dan Rena
Si
penjahat itu memukul Dinda dan Rena sampai pinsan.
“Eh kalian apain temen gue? Andi
lho pengecut ya” Kata Alya
“Oh ya? Alya… Alya… kamu belum
mengenal saya, siapa aja yang punya urusan dengan saya dia enggak akan pernah
menang” Kata Andi
“Kata siapa? Gue selalu jadi
juara kelas, Mau lho apa hah?” Tanya Alya
“Gue cuma mau lho nikah sama gue” Kata Andi
“Guekan udah bilang sama lho gue
enggak sudi, lho itu gila, lho itu enggak beda jauh sama om-om yang ada di
diskotik tahu enggak?” Kata Alya
“Terserah lho mau ngomong apa
kek, yang terpenting sekarang lho nikah sama gue kalau enggak nyawa orangtua
lho yang akan jadi korban” Kata Andi
“Eh lho jangan bawa keluarga gue
ke masalah ini ya! dan lho juga jangan mempermalukan keluarga gue” Kata Alya
“Yasudah kalau begitu menikalah denganku
Alya!” Kata Andi sambil memegang pipi
Alya
“Gue enggak mau, lho itu bukan
laki-laki yang bener, gue enggak mau dijadiin permen karet” Kata Alya
“Oh… ternyata lho ngerti bisnis
permen karet?” Tanya Andi
“Gue bisa ya ngeludahin lho” Kata Alya
“Silahkan aja! Tapi enggak
bakalan kena” Kata Andi
“Lepasin gue! Lho licik ya, gue
dipegangin gini mana bisa gue ngeludah di depan wajah lho yang very badface “ Kata Alya
“Anak SMA udah berani ya” Kata Andi
“Lho juga dewasa tapi drama,
over drama” Kata Alya
“Lho jangan banyak omong ya!” Kata Andi sambil menampar Alya
“Aw” Kata Alya yang ditampar oleh Andi
“Lama-lama lho juga yang gue
matiin” Kata Andi
“Gue enggak takut” Kata Alya
“Ih… dasar cwe enggak tahu
diuntung” Kata Andi
“Diuntung? Emang gue dapet keuntungan
apa dari lho?” Tanya Alya
“Oke kalau lho masih berani juga
sama gue, sekarang gue bakal manggil semua anak buah gue buat ngebunuh
orangtuan lho” Kata Andi
“Enggak lucu ya dramanya.
Bisanya keroyokan dewasa kekanak-kanakkan tahu enggak?” Kata Alya
“Satu…” Kata Andi
“Kalau lho mau bunuh orangtua
gue, bunuh gue dulu!” Kata Alya
“Lho itu pinter banget ya, gue
itu enggak butuh orangtua lho yang gue butuhin itu lho” Kata Andi
“Lepasin gue laki-laki penafsu!”
Kata Alya
“Asalkan lho mau nikah sama gue”
Kata Andi
Tiba-tiba
ada telpon dari orangtua Alya dan Alya ditutup mulutnya.
“Ada apa bu? saya masih mencari
Alya bu, nanti saya akan bawa pulang Alya. Ibu tenang ya!” Kata Andi
Kemudian
Alya tidak ditutup lagi mulutnya.
“Munafik lho” Kata Alya
“Jadi gimana? Bawa paksa dia
cepat!” Kata Andi
“Gue bisa aja kabur ya dari lho”
Kata Alya
“Terus?” Kata Andi
“Ya gue kasihan aja orangtua
gue” Kata Alya
“Bagus kalau gitu” Kata Andi
Setelah
sampai di rumah Alya.
“Alya kamu sudah pulang?” Tanya bapak
“Kamu kok kotor begitu? Dinda?
Rena? Kok muka kalian?” Tanya ibu
“Masuk guys!” Kata Alya kepada Dinda dan Rena
“Andi dimana mereka ditemukan?” Tanya ibu
“Mereka tadi hampir aja ketabrak
bu, jadi saya tolongin mereka” Jawab Andi
“Terimakasih banyak ya Andi kamu
memang menantu yang baik” Kata bapak
Keesokkan
harinya Alya sudah didandani oleh perias pengantin.
“Enggak usah cantik-cantik deh!
Sana keluar!” Kata Alya
“Al gue pasti doain yang terbaik
buat lho” Kata Rena
“Maafin gue ya kalian jadi harus
terlibat dalam masalah gue” Kata Alya
“Eggak papa kok, kitakan
sahabat” Kata Dinda
“Oh iya tapi gue enggak cinta
sama Andi sama sekali, kebusukannya udah gue tahu” Kata Alya
“Kita lihat aja nanti bakal ada
apa Allah swt kan selalu ngedenger doa kamu kok Al percaya sama kita!” Kata Dinda
“Thank’s ya” Kata Alya
“Iya. kita bakal bantu lho kok
buat keluar dari masalah ini kok” Kata
Rena
Pada
saat Alya dibawa ke samping Andi. Mereka malah berbisik-bisik.
“Lepasin gue ahh!” Kata Alya
“Duduk disamping aku Al!” Kata Andi
“Jangan so’ imut deh lho! Gue
yakin lho enggak akan pernah menang” Kata
Alya
“Lihat aja nanti siapa yang
lebih pintar!” Kata Andi
“Bu, Alya enggak mau nikah,
tunangan aja enggak mau apalagi nikah” Kata
Alya
“Alya” Bentak bapak
“Bagaimana siap untuk dimulai
acaranya?” Tanya penghulu
“Pak penghulu beri saya waktu
untuk mengejar cita-cita saya! Saya belum jadi penulis hebat seperti Raditya
Dika saya juga belum ketemua sama Bisma, belum pacaran sama Bisma” Kata Alya
“Alya kamu apa-apaan sih?” Tanya bapak
“Pak penghulu saya enggak mau
pernikahan dini. Saya masih sekolah” Kata
Alya
“Jadi bagaimana ini? Saya sudah
kehilangan waktu banyak untuk menunggu mempelai siap, pernikahan bukan
permainan ya” Kata pak penghulu sedikit
marah
“Lanjutkan saja pak!” Kata Andi
“Eh munafik diem ya lho!” Kata Alya
“Alya?” Bentak bapak
“Pak, sekarang bapak boleh pergi
saya tidak jadi menikah!” Kata Alya
“Tidak pak, kita jadi nikah,
saya akan bayar bapak berapun. Lho jangan macam-macam ya!” Kata Andi
“Eh lho tuh yang jangan ngerusak
masa depan ABG” Kata Alya
Pada
saat acara akan dimulai datang 2 orang perempuan yang hadir ke acara pernikahan
Alya dan Andi.
“Tunggu!” Kata Revi
“Pak, bu! ini saatnya kebusukkan
Andi terbongkar” Kata Alya
“Revi? Puspa?” Kata Andi kaget
“Bapak sama ibu jangan mau
menikahkan Alya dengan laki-laki ini!” Kata
Revi
“Revi kamu apa-apaan sih?” Tanya Andi
“Oh jadi ini yang namanya Revi
yang hamil duluan itu? Yang udah tidur sama kamu itu?” Kata Alya
“Aku datang kesini untuk
menolong kamu Alya” Kata Revi
“I don’t care. Terus itu satu
lagi siapa?” Tanya Alya
“Kamu yang sopan ya! saya Puspa
istrinya Andi kita mau menikah tahun depan” Kata
Puspa
“Ohh… tapi kok calon suami lho
tega ya ngekhianatin lho?” Kata Alya
“Alya… kamu sudah mempermalukan
bapak” Kata bapak
“Bapak, aku bertingkah enggak
sopan karena Alya tahu mana yang salah mana yang benar, Rena sama Dinda tahu
kok dan bisa ngertiin Alya” Jelas Alya
“Heh kamu jangan ngaku-ngaku
ya!” Kata Andi kepada Revi
“Andi kita itu…” Kata Puspa
“Stop ini rumah gue jadi kalau
kalian mau berantem jangan disini!” Kata
Alya
“Al… lho banyak omong ya” Kata Andi
Kemudian
Andi menyimpan pisau di leher Alya.
“Andi? Kamu mau apakan anak
saya? Jadi kamu selama ini menipu kami” Kata
bapak
“Iya pak, jangan mendekat!” Kata Andi
“Apa urusan kamu melarang saya
mendekati anak saya” Kata bapak
“Pak jangan dekatin Alya! Alya
bisa jaga sendiri kok” Kata Alya
Kemudian
Dinda dan Rena menelpon polisi secara bersembunyi.
“Hallo pak disini ada keributan
tolong kami pak. baik pak, secepatnya ya pak!” Kata Dinda
“Alya…” Kata ibu
“Ibu jangan takut!” Kata Alya
“Diam lho ngomong terus” Kat Andi
“Mulut-mulut gue, lepasin pisau
itu dari leher gue!” Kata Alya
“Semudah itu?” Tanya Andi
“Ini bukan sinetron ya? Juga
bukan film action” Kata Alya
“Andi ayo pulang!” Kata Puspa
“Diam kamu!” Kata Andi
“Andi dia masih kecil dia
masih…” Kata Revi
“Ya terus masalahnya buat lho?” Kata Andi
“Angkat tangan sodara Andi!
Sekarang anda tidak bisa lari lagi dari kami” Kata polisi yang baru saja datang
“Hah?” Kata Andi kaget kemudian melepaskan pisau yang ada di leher Alya
“Sekarang anda ikut kami ke
kantor polisi!” Kata polisi
“Pak saya tidak mau lagi bertemu
dengan anda” Kata Andi
“Bapak… ibu… terimakasih sudah
membantu kami menemukan orang ini” Kata salah
satu orang polisi
“Maksud bapak dia buronan?” Tanya bapak
“Iya pak, dia sangat terkenal di
salah satu daerah, dan sekarang kami tidak tahu kalau dia kabur ke daerah bapak
ini” Kata komandan polisi itu
“Pak polisi terimakasih banyak” Kata Alya
“Sama-sama. Ayo bawa dia!” Kata pak polisi
“Lihat aja lho nanti Alya!” Kata Andi
“Kenapa? Mendekam aja lho
dipenjara selamanya” Kata Alya
“Alya maafkan bapak ya” Kata bapak
“Iya maafin Alya juga ya” Kata alya sambil mencium tangan bapak
“Sekarang aku mulai mengerti
kalau kita mau melakukan sesuatu yang baik selalu aja ada godaannya seperti
seorang pelajar pada saat mereka akan menggapai cita-citanya mereka selalu
berhadapan dengan rintangan dan hanya ada 2 pilihan menanggapinya dengan
menerima rintangan sebagai masa depan atau menghindarinya kalau bisa
menghancurkannya. Dan gue salah satu pelajar yang udah kejebak sama rintangan
itu walaupun gue bisa menghacurkannya jadi kalian harus lebih hati-hati
daripada gue” Kata Alya di dalam hatinya
Pada
sore hari di caffe seperti biasa Dinda dan Rena sudah menunggu Alya, tidak lama
setelah itu Alya datang membawa barang-barang Bisma.
“Alya mana sih? Katanya janjian
disini? Tapi kok belum datang juga?” Kata
Rena
“Konsernya bisa kebagian paling
belakang nih” Kata Dinda
“Eh itu si Alya?” Kata Rena
“Hay sorry ya gue lama habis gue
berat banget bawa barang-barang ini” Kata
Alya sambil menyimpan kardus di atas meja
“Lho gila Al, lho bener-bener
gila” Kata Dinda
“Gue bakal buktiin kalau gue itu
smashblast dan bismaniak fanatic” Kata
Alya
“Yaudah kita pergi sekarang yuk.
Nanti kebagian tempat paling belakang lagi” Kata
Dinda
“Memang pake kursi konsernya?” Tanya Alya
“Enggak sih, berdiri” Jelas Dinda
“Yaudah kita sempit-sempitan
aja. Ayo ahh! Ini itu hari yang paling penting buat gue tulis di buku sejarah
gue” Kata Alya
“Kegilaan inilah yang gue suka
dari lho Al” Kata Rena
“Masa lalu get out” Kata Alya
Setelah
sampai di tempat konser Smash. Alya, Dinda, Rena berdiri paling depan. Kemudian
Smash menyanyikan lagu Pahat Hati. Alya berteriak sekencang-kencangnya.
“Bisma…” Teriak Alya
“A… Bisma keren tuh, gue suka
Smash sekarang” Kata Rena
“Gue juga…” Kata Dinda
Kemudian
Bisma menjabat tangan Alya. Dunia berasa berhenti dan hanya ada Alya dan Bisma
yang sedang berpegangan tangan. Kemudian Bisma melepaskannya dan kembali
menyanyi dengan memberikan senyuman kepada Alya. Alya senang tidak kepalang dan
kembali menonton Smash.
“Gue janji suatu saat gue bakal
bikin film yang melibatkan kisah gue dan nama Bisma judulnya “AKU MENYESAL
MELUPAKAN BISMA KARISMA” gue enggak pernah nyangka gue bakal pacaran sama
seorang buronan polisi dan yang lebih gue heranin seorang buronan polisi bisa
jadi seorang buronan cinta. Gue yakin film gue bakal lebih tenar daripada film
Romeo & Juliet karya William Shakspeare dan gue juga bakal nyeritain
pengalaman hidup gue ini sama Bisma, dan gue enggak sabar gimana sih ekspresi
dia? Semangat gue kembali lagi terimakasih Bisma”
Selesai
Langganan:
Postingan (Atom)